Bila dibandingkan dengan Guangzhou Evergrande Taobao, Jiangsu Suning atau Shanghai Shenhua, nama Hebei China Fortune jelas kalah populer walau sama-sama bermain di Liga Super Cina, kasta tertinggi dalam piramida sepak bola Negeri Tirai Bambu.
Hal itu terbilang wajar sebab Hebei baru memulai kampanyenya di Liga Super Cina per musim 2016 silam. Sebelumnya, mereka lebih sering berkutat di divisi yang lebih rendah. Bahkan di tahun 2013, tim yang baru berdiri pada 28 Mei 2010 ini masih mengadu nasib di China League Two (setara divisi tiga).
Namun seiring dengan keberhasilan mereka promosi ke Liga Super Cina pada tahun 2016 usai keluar sebagai peringkat dua China League One musim 2015, Hebei langsung menggebrak sekaligus mencuri atensi publik sepak bola dunia.
Masuknya perusahaan yang bergerak di bidang real estate, China Fortune Land Development Co., Ltd., sebagai pemilik baru sejak 2015 lalu (sehingga mengubah nama tim yang sebelumnya Hebei Zhongji Football Club), memengaruhi kemampuan finansial tim ini sehingga dapat memboyong pemain berkelas.
Tak main-main, Hebei bergerak lincah selama bursa transfer dengan merekrut sejumlah bintang dari liga-liga Eropa. Salah satu di antaranya adalah penggawa Paris Saint-Germain (PSG) berpaspor Argentina, Ezequiel Lavezzi.
Diboyong hanya dengan mahar senilai 4,95 juta paun, keputusan Lavezzi untuk merumput di Cina tentu mendatangkan beberapa pertanyaan. Terlebih, kariernya di Stadion Parc des Princes juga tak buruk-buruk amat lantaran selalu jadi andalan plus ikut andil atas empat gelar Ligue 1, masing-masing dua trofi Piala Liga dan Trophee des Champions serta sebiji Piala Prancis yang dicomot PSG dalam rentang 2013 sampai 2016.
Usut punya usut, Lavezzi berkenan merumput di Negeri Tirai Bambu bareng Hebei dan meninggalkan eksotisme ibu kota Negeri Anggur lantaran diberi upah senilai 400 ribu paun per minggu. Sebuah nilai fantastis yang pastinya sulit ditampik!
Mengacu pada situasi tersebut, publik sepak bola dunia pun menjuluki Lavezzi sebagai pesepak bola mata duitan. Tak peduli bahwa mayoritas penggawa asing yang bersedia merumput di Liga Super Cina memang beroleh iming-iming gaji selangit.
Bersama dengan Gervinho, Gael Kakuta, dan Stephane Mbia, Lavezzi masuk ke dalam kereta pemain asing perdana kepunyaan Hebei. Namun seperti yang telah diduga oleh khalayak, meski bermain dengan tiga nama tersebut plus beberapa penggawa lokal yang cukup berkualitas, kesempatan untuk beroleh trofi jelas tak segampang di PSG.
Beraksi di sebuah lingkungan baru realitanya tak membuat Lavezzi kesulitan beradaptasi. Hanya saja, musim perdananya bareng Hebei kerap terdistraksi oleh cedera dan partisipasi dengan tim nasional Argentina (utamanya di Copa America Centenario 2016). Barulah di musim-musim berikutnya lelaki kelahiran Villa Gobernador Gaivez ini dapat tampil lebih sering buat Hebei.
Senantiasa jadi pilihan utama, berdasarkan Transfermarkt, pria yang sekarang tepat berumur 33 tahun itu sudah merumput sebanyak 45 kali sembari mengepulkan 24 gol dan 24 asis, sebuah cataan yang lumayan elok.
Akan tetapi, sampai detik ini belum ada satu pun titel juara yang sanggup dipeluk Lavezzi bersama kesebelasan terkaya nomor tujuh di Cina menurut Forbes itu. Padahal, semenjak tahun 2016 pula, Hebei merekrut lelaki asal Cile, Manuel Pellegrini, sebagai juru taktik.
Teruntuk Liga Super Cina, pencapaian terbaik Lavezzi selama memperkuart Hebei adalah bercokol di posisi empat klasemen musim 2017 kemarin. Sementara di Piala FA Cina, perjalanan terjauh mereka cuma sampai perempat-final.
Namun pada musim 2018 kali ini, ada perasaan optimisme yang lebih menggelegak di dada Lavezzi setelah Hebei mendatangkan eks penggawa Liverpool dan Barcelona, Javier Mascherano.
Kemampuan apik rekan senegeranya itu pasti dapat meningkatkan kualitas Hebei untuk bersaing dengan tim-tim semisal Evergrande, Suning ataupun Shenhua demi mencaplok titel, utamanya di ajang Liga Super Cina usai Hebei tersingkir dari Piala FA Cina tadi malam (2/5) akibat keok di tangan Shandong Luneng pada fase perempat-final.
Sanggupkah Lavezzi mengantar Hebei mencaplok gelar di pengujung musim ini sekaligus ‘membayar lunas’ harapan klubnya itu?