Beberapa waktu lalu, terdengar satu kabar nan mengejutkan dari persepak bolaan Malaysia ketika salah satu kesebelasan profesional yang tengah berlaga di Liga Primer Malaysia (kasta kedua dalam piramida sepak bola Negeri Jiran), Kuantan FA, diketahui menunggak gaji para pemain dan pelatih selama 11 bulan.
Kasus itu sendiri membuat Kuantan FA dihukum berat oleh asosiasi sepak bola Malaysia (FAM) yaitu dikeluarkan dari kompetisi Liga Primer Malaysia. Beruntung bagi eks pemain ataupun pelatih dari tim berjuluk The Seagulls tersebut, momen dikeluarkannya mereka dari kompetisi terjadi berdekatan dengan jelang dibukanya bursa transfer pada bulan Mei nanti.
Artinya, pemain-pemain atau pelatih Kuantan FA yang saat ini mayoritas tengah menganggur, dapat memanfaatkan kesempatan itu buat bergabung dengan klub baru. Walau begitu, FAM sebagai induk organisasi sepak bola Malaysia tidak akan tinggal diam dan menganggap kasus tunggakan gaji tersebut selesai selepas para pemain serta pelatih yang belum menerima hak mereka selama 11 bulan mendapat pinangan dari tim lain.
FAM akan bekerja sama dengan otoritas liga untuk membayar gaji para pemain dan pelatih yang ditunggak manajemen The Seagulls. Sebagian dana untuk melunasi utang gaji itu sendiri rencananya bakal dicomot dari kas otoritas liga sebesar 500 ribu ringgit (dana ini sendiri awalnya diperuntukkan sebagai subsidi seperti yang umum dilakukan di Indonesia). Sebab dengan cara itulah, keresahan yang terus menggelayuti para penggawa dan pelatih Kuantan FA akan mereda.
“Aku sungguh berharap FAM dapat membantu mereka (pemain dan pelatih) untuk mendapatkan apa yang menjadi hak-hak mereka selama nyaris setahun terakhir. Di sisi lain, situasi muram ini juga harus dijadikan contoh oleh klub-klub lain di Malaysia agar kejadian serupa tidak terulang”, terang Datuk Hamidin Amin, Sekretaris Jenderal FAM, seperti dilansir foxsportsasia.
Bagi Ismail Zakaria, sosok yang menjadi nakhoda Kuantan FA dalam periode mahaberat ini, pengalaman buruk yang ia dapati bersama The Seagulls ini pasti akan abadi dalam memorinya sebagai pelatih sepak bola. Ia pun menyebut jikalau hal tersebut jauh lebih pedih ketimbang mengalami pemecatan.
“Aku sudah melewati berbagai macam fase dalam karierku sebagai pelatih tapi yang satu ini, benar-benar berbeda dan tak terbayangkan sebelumnya. Aku akan mengambil hikmah dari peristiwa menyedihkan ini, beristirahat sejenak sembari menenangkan diri untuk kemudian bangkit menjadi sosok yang lebih baik”, tutupnya.