Cerita

Mempertanyakan Pembelaan Jurnalis Inggris yang Berlebihan Terhadap Harry Kane

Hari Sabtu tanggal 21 April lalu, Manchester United (MU) berhasil mengandaskan perlawanan Tottenham Hotspur di semifinal Piala FA. Gol yang dicetak oleh gelandang muda Spurs, Dele Alli, di awal laga, berhasil dibalas oleh rekrutan anyar MU, Alexis Sanchez hanya dalam jangka waktu kurang dari 10 menit. Pada akhirnya, gelandang sang Setan Merah asal Spanyol, Ander Herrera, berhasil mencetak gol kemenangan timnya, dan MU berhasil melaju ke final Piala FA.

Sekilas, laga ini terkesan biasa saja. Hasil laga ini sama sekali tidak mengejutkan, dan tak ada kejadian yang betul-betul menarik terjadi di lapangan. Namun, drama mulai terjadi pasca-laga usai. Tak ada angin apa-apa, akun Twitter resmi Piala FA tiba-tiba meledek penyerang Spurs, Harry Kane, yang tampil tanpa taji.

Di twit yang sudah dihapus itu, akun Twitter resmi Piala FA meledek Kane dengan video bek Manchester United, Chris Smalling, yang tengah menyebutkan nama sang pemain. Tentu saja, twit yang satu ini menjadi viral. Kane menjadi target ledekan dari banyak pihak. Terlebih, penyerag utama timnas Inggris ini baru saja menjadi bahan lelucon setelah mengklaim gol yang diciptakan oleh Christian Eriksen kala melawan Stoke City.

Meskipun begitu, twit ini ternyata juga memancing reaksi yang berlawanan. Beberapa jurnalis sepak bola Inggris berbondong-bondong membela Kane, dan menganggap bahwa twit yang dilontarkan oleh akun resmi Piala FA ini bisa membuat Kane marah, hingga mengancam kans Inggris di Piala Dunia mendatang. Pada akhirnya, twit ini pun dihapus oleh akun Twitter yang bersangkutan, dan pihak FA pun melayangkan permintaan maaf secara tertulis kepada sang pemain berusia 24 tahun.

Sikap-sikap jurnalis media sepak bola Inggris terhadap Kane ini tentunya dikritisi oleh banyak pihak di media sosial. Pada dasarnya, sikap John Cross dan kolega ini memang patut dipertanyakan. Apa perlu melakukan pembelaan yang begitu berlebihan terhadap satu pemain tertentu?

Alasan pertama mengapa pembelaan terhadap Kane yang dilakukan oleh jurnalis sepak bola Inggris ini tampak berlebihan adalah karena mereka mengkritisi apa yang biasa disebut banter. Secara definisi, banter adalah saling ledek antara kedua kubu mengenai satu hal. Dalam sepak bola, banter adalah hal yang wajar; kubu yang kalah mendapatkan ledekan dari lawan-lawannya. Asal tidak menyinggung ras, seksualitas, dan agama, banter sah-sah saja dilakukan.

Apabila ditilik lebih lanjut, banter yang dilakukan akun Twitter Piala FA tentunya merupakan banter yang normal, yang tidak menyinggung. Namun, pembelaan yang dilakukan oleh jurnalis-jurnalis tersebut memberi kesan bahwa Kane begitu terluka atas banter tersebut, hingga bahkan dianggap mengancam peluang Inggris di Piala Dunia nanti. Hal ini justru bisa membawa citra yang buruk bagi sang pemain sendiri. Kane bisa dianggap sebagai pemain yang lemah, dan langsung memble hanya karena banter semata.

Alasan kedua adalah adanya standar ganda dalam jurnalistik sepak bola Inggris. Yang mengkhawatirkan, standar ganda ini menjurus pada rasisme yang implisit. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan beberapa media terhadap Raheem Sterling, yang juga merupakan pemain andalan Inggris. Acapkali, Sterling mendapat kritikan atas hal-hal yang terkesan normal.

Jika dilihat dari dua headline yang ditautkan di foto di twit tersebut, dapat dilihat bahwa apa yang Sterling lakukan adalah apa yang orang-orang normal lakukan. Tindakan bias menjurus rasis ini tentunya mengkhawatirkan, dan perilaku-perilaku jurnalis sepak bola Inggris seperti inilah yang justru bisa merusak kesempatan The Three Lions di Piala Dunia nanti.

Tak dapat dipungkiri, Kane adalah salah satu pemain terbaik timnas Inggris saat ini. Menjadi top skor dalam dua musim Liga Primer Inggris terakhir adalah bukti yang paling sahih. Ketajaman Kane tentunya amat sangat dibutuhkan Gareth Southgate untuk mampu membawa Inggris berjaya di Rusia nanti, dan menjaga agar penyerang berusia 24 tahun tersebut untuk selalu bahagia adalah tugas dari semua pihak sepak bola Inggris.

Namun, pembelaan yang berlebihan yang dilakukan oleh jurnalis Inggris terhadap Kane justru bisa menjadi pedang bermata dua. Sekadar banter belaka tentu tak akan menyakitkan, bukan?