Cerita

Penghargaan PFA untuk Mohamed Salah, tentang Cara Inggris Apresiasi Pemain Muslim

Penampilan yang luar biasa memang ditunjukan oleh penyerang sayap Liverpool, Mohamed Salah. Berhasil membawa timnya bersaing di papan atas Liga Primer Inggris dan terus melaju di Liga Champions, hasilnya, pemain asal Mesir ini kemudian diganjar penghargaan pemain terbaik musim ini oleh asosiasi pesepak bola profesional Inggris, PFA.

Penghargaan yang diberikan kepada salah bukan saja soal apresiasi terhadap kualitas permainan. Lebih dalam lagi, ada makna tersendiri terkait kesuksesan Salah meraih penghargaan individual yang begitu prestisius di sepak bola Inggris. Karena PFA merupakan asosiasi para pemain yang ada di Inggris, dengan kata lain, para pesepak bola di tanah yang mendaku sebagai penemu sepak bola tersebut, sepakat memilih Salah sebagai pemain terbaik mereka musim ini.

Baru-baru ini muncul gambar soal pemenang pemain terbaik Liga Inggris versi PFA dalam tiga musim terakhir. Foto Mo Salah yang sedang memegang trofi pemain terbaik Liga Inggris versi PFA, ditempatkan berjejer dengan dua pemenang lain musim-musim sebelumnya yaitu N’Golo Kante yang memenangkannya pada musim lalu, dan Riyad Mahrez yang memenangkannya pada dua musim sebelumnya.

Beragam komentar kemudian muncul, salah satunya adalah soal para pemain Muslim yang meraih prestasi. Sudut pandang ini memang tidak juga salah. Karena ketimbang di era-era sebelumnya, di mana kita hanya mengenal Zinedine Zidane saja sebagai pemain beragama Islam di sepak bola Eropa, kini jumlahnya jelas lebih banyak. Bahkan rasanya setiap kesebelasan setidaknya memiliki satu pemain yang beragama Islam dan beberapa di antaranya juga menorehkan prestasi yang baik.

Para pembaca yang budiman, Anda boleh saja menampiknya, tetapi pemilihan Salah sebagai pemain terbaik versi PFA, juga sebenarnya tidak lepas dari muatan politis. Terutama terkait penyikapan Inggris terhadap para imigran dan kepada para pendatang yang beragama Islam.

Seperti yang diketahui, ada kausalitas soal kedatangan imigran ke Eropa dalam jumlah yang besar dengan maraknya Islamophobia di benua tersebut. Karena openness atau keterbukaan merupakan salah satu ciri dari masyarakat modern, maka Eropa yang sudah sekian lama menjadi poros peradaban, akhirnya kemudian ikut melakukannya. Salah satunya adalah peningkatan toleransi terhadap para imigran. Hal ini juga berlaku kepada Inggris, meskipun mereka sedang dalam wacana melepaskan diri dari organisasi internasional, Uni Eropa.

Penghargaan sebenarnya bisa saja diberikan kepada Kevin De Bruyne, pemain yang berperan penting terhadap kesuksesan Manchester City meraih gelar juara. Atau kepada anak emas sepak bola Inggris, Harry Kane, yang bahkan disebut sebagai national treasure oleh sebagian besar media di Inggris sana.

Tetapi kemudian penghargaan diberikan kepada Salah. Ini bisa menandakan bahwa Inggris ingin memperlihatkan kepada seluruh Eropa dan dunia bahwa mereka bisa bersikap adil terhadap sesuatu yang sifatnya kompetitif. Mereka ingin menunjukan bahwa mereka mengapresiasi kemampuan seseorang, terlepas dari ras, bahasa, warna kulit, juga termasuk agamanya.

Penghargaan pemain terbaik versi PFA yang diberikan kepada Salah juga digunakan sebagai salah satu bukti bagi Inggris yang ingin membuktikan bahwa mereka berada di kondisi yang lebih baik ketimbang kebanyakan negara Eropa lain yang masih kental isu soal rasisme dan Islamophobia.