Cerita

Nayim, Pemain Muslim Pertama di Liga Primer Inggris

Pada tahun 2013 lalu, jurnalis BBC, Rob Crowling, menyebut bahwa Islam sudah mengubah kultur sepak bola baik secar khusus di Inggris, maupun secara umum dalam lingkup global. Banyak perubahan serta adaptasi yang dilakukan oleh sebuah klub karena mereka memiliki pemain Muslim. Begitu pula pesepak bola Muslim yang mesti melakukan banyak penyesuaian ketika bermain di kesebelasan tertentu.

Ibadah puasa di bulan Ramadan adalah yang paling kentara, sebab sudah banyak sekali pemain Muslim yang memilih untuk tetap menjalankan ibadah tersebut meski di hari pertandingan. Lalu soal sikap mereka untuk tidak terlibat dalam kegiatan sponsor klub yang berhubungan dengan minuman keras dan judi, serta selebrasi sujud yang kian marak, menjadi hal mencolok yang dilakukan oleh para pemain Muslim.

Beberapa kesebelasan baik di Liga Primer maupun divisi-divisi di bawahnya, dimiliki oleh pengusaha asal Timur Tengah beragama Islam. Dan seperti yang diketahui, beberapa stadion di Inggris kini bahkan sudah membuat ruang ibadah khusus untuk para pemain Muslim mereka. Bahkan mesti dicatat bahwa pemain termahal di sepak bola Inggris saat ini, Paul Pogba, juga merupakan seorang Muslim.

Adalah Mohammed Ali Amar yang memiliki sapaan akrab Nayim, yang menjadi sosok Muslim pertama yang bermain di Liga Primer Inggris. Nayim mengawali apa yang kemudian selanjutnya terus terjadi hingga berdekade-dekade selanjutnya. Setelah Nayim, dalam setiap musimnya ada sekitar 50 pemain di Liga Primer Inggris yang beragama Islam.

Alumnus La Masia yang lama berkarier di Tottenham Hotspur

Nayim merupakan kelahiran Ceuta, Spanyol. Seperti yang diketahui karena daerah ini tidak jauh dari wilayah Afrika Utara, maka cukup banyak warga di daerah ini yang merupakan keturunan wilayah tersebut. Nayim merupakan satu dari sekian banyak warga Ceuta yang memiliki leluhur dari daerah Maghribi. Bahkan Ceuta ini sendiri memiliki nama dalam dialek Arab yaitu Sabtah.

Pada usia 12 tahun, Nayim meninggalkan Ceuta untuk bergabung ke La Masia. Nayim berada di akademi usia muda Barcelona tersebut pada periode 1979 hingga 1985. Lalu tetap bertahan di sana hingga ia bermain untuk tim senior Blaugrana pada tahun 1988. Apabila data tersebut benar, maka Nayim berada satu angkatan dengan Pep Guardiola dan pelatih timnas Indonesia saat ini, Luis Milla.

Nayim tiba di Inggris pada November 1988 dengan status sebagai pemain pinjaman dari Barcelona ke Tottenham Hotspur. Tampil mengesankan di musim perdananya, klub asal London tersebut kemudian memilih untuk mempermanenkan Nayim. Musim selanjutnya, Tottenham resmi memboyong Nayim dengan transfer sebesar 400 ribu paun, angka yang sebenarnya cukup tinggi pada masa itu.

Musim selanjutnya menjadi yang terbaik bagi Nayim. Berposisi sebagai gelandang, ia menjadi pelayan setia bagi Paul Gascoigne yang tengah mengalami masa-masa terbaik dalam kariernya. Nayim kemudian berhasil membawa Tottenham meraih gelar juara Piala Liga pada musim kompetisi 1990/1991.

Nayim berada di Inggris selama lima musim. Ia memiliki karier yang cukup baik di sana. Ia bertahan di Tottenham hingga tahun 1993, atau tepatnya di musim perdana level tertinggi sepak bola Inggris berubah menjadi kompetisi modern, Liga Primer Inggris. Persembahan terakhirnya untuk Tottenham adalah ketika ia mencetak hat-trick di Piala FA melawan Manchester City.

Nayim memang pemain Muslim pertama yang berkarier di Liga Primer Inggris. Meskipun demikian, rasanya para penggemar Tottenham di masa kini jelas tidak mengetahui banyak soal Nayim. Terlebih lagi nama Nayim lebih harum di tanah kelahirannya sendiri, Spanyol.

Nayim kembali ke Spanyol setelah Real Zaragoza menebusnya dengan nilai transfer 500 ribu paun kepada Tottenham. Di sana, nama Nayim melegenda. Penyebabnya adalah gol detik terakhir pertandingan yang ia cetak ke gawang Arsenal di partai final Piala Winners pada tahun 1995. Lebih spesialnya lagi, Nayim melakukanya dengan sebuah tendangan lob cantik dari jarak 40 meter yang kemudian memperdaya kiper Arsenal saat itu, David Seaman.

Semusim sebelum kesuksesan membawa Zaragoza merengkuh trofi Piala Winners, Nayim juga  berhasil membawa kesebelasan asal timur laut Spanyol tersebut menjuara Copa del Rey. Banyak suporter Real Zaragoza, memiliki kenangan manis terkait Nayim.

Jelang Piala Dunia 1998 di Prancis, Nayim hengkang dari Zaragoza ke Logrones. Di sana ia menikmati akhir-akhir kariernya hingga kemudian pensiun pada tahun 2000. Nayim sempat terjun ke dunia kepelatihan dan menjadi bagian staf Marcelino Garcial Toral ketika yang bersangkutan menangani Real Zaragoza.

Sejak Mei 2016 lalu, Nayim yang merupakan pesepak bola Muslim pertama di Liga Primer Inggris itu, kembali ke kampung halamannya dan berbakti untuk tim daerah asalnya AD Ceuta FC sebagai direktur olahraga.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia