Dunia Asia

Ali Al-Habsi, Kiper Muslim yang Kenyang Pengalaman di Liga Inggris

Anda ingat insiden Hendri Mulyadi? Ia adalah suporter Indonesia yang nekat masuk ke lapangan ketika tim nasional Indonesia menghadapi Oman di ajang kualifikasi Piala Asia 2011. Sebelum diamankan petugas keamanan, Hendri sempat menggiring bola dan melepas tendangan ke gawang yang ditangkap dengan mudah oleh kiper Oman, Ali Al-Habsi.

Bukan, tulisan ini tidak bertujuan membahas Hendri Mulyadi. Ini adalah cerita karier sukses Al-Habsi, kiper murah senyum yang berbaik hati melayani aksi Hendri. Sang kiper pada saat itu bukan kiper sembarangan. Ia memperkuat klub liga Inggris, Wigan Athletic. Al-Habsi juga tak hanya dikenal sebagai legenda hidup tim nasional Oman, tapi juga Asia.

Pemain yang sedang berulang tahun ke-36 ini pada usia remajanya bekerja sebagai seorang pemadam kebakaran di Bandara Internasional Seeb di Muscat, ibu kota Oman. Ia pernah mengatakan dalam suatu wawancara bahwa andai ia tak menjadi pesepak bola profesional, kemungkinan besar dia akan terus menjadi pemadam kebakaran.

Ia memulai karier di klub Al-Mudhaibi pada tahun 1998. Lima tahun menjalani karier di Oman, sebuah lompatan besar dilakukannya pada tahun 2003. Klub Norwegia, Lyn Oslo, membawanya ke Liga Norwegia. Penampilannya selama tiga musim di klub Skandinavia tersebut menarik minat klub peserta Liga Primer Inggris, Bolton Wanderers.

Al-Habsi pun meninggalkan Norwegia untuk bergabung dengan Bolton pada bulan Januari 2006. Selama tahun pertamanya di klub tersebut, pria bertinggi badan 194 sentimeter ini tidak mendapatkan kesempatan tampil sekali pun. Ia baru melaksanakan debutnya di pertandingan Piala Liga Inggris pada bulan September 2007, ketika Bolton menang dengan skor 2-1 atas Fulham melalui perpanjangan waktu.

Meski lebih seing menjadi pelapis kiper Jussi Jääskeläinen, Al-Habsi tampil dalam 15 pertandingan selama musim 2007/08. Penampilannya yang paling menarik pehatian adalah ketika Bolton menghadapi raksasa Eropa, Bayern Muenchen di Piala UEFA (Liga Europa). Pemain berkepala plontos ini melakukan beberapa penyelamatan cemerlang melawan tim Jerman bertabur bintang itu.

Al-Habsi sempat menandatangani perpanjangan kontraknya sampai tahun 2013, berkat penampilan reguler yang mulai dinikmatinya. Namun, setiap kali Jääskeläinen pulih dari cedera, kiper tim nasional Oman ini akan dikembalikan ke bangku cadangan. Ini membuatnya kehilangan kesabaran dan memutuskan untuk pindah ke Wigan Athletic pada musim panas 2010.

Awalnya hanya bergabung dengan status pinjaman, Al-Habsi memikat manajemen Wigan yang akhirnya memboyong pemain tersebut secara permanen. Musim 2010/2011 menjadi musim tak terlupakan sepanjang karir pemain ini, karena ia tampil sebanyak 34 kali dan menyelamatkan Wigan dari degradasi. Para suporter Wigan pun memilihnya menjadi pemain terbaik musim 2010/2011 versi suporter.

Pada musim selanjutnya, penampilan gemilang sang penjaga gawang berlanjut. Al-Habsi membuktikan dirinya sebagai salah satu kiper terbaik di Liga Inggris. Ia tampil di semua pertandingan Liga Premier Inggris, dan lagi-lagi sukses menyelamatkan Wigan dari degradasi. Di musim ini pun, ia mencatatkan rekor hebat, menyelamatkan sekitar 50 persen dari seluruh hukuman penalti yang ia hadapi sejak bergabung dengan klub tersebut. Eksekusi penalti nama-nama terkenal seperti Robin van Persie, Carlos Tevez, Javier Hernández, dan Mikel Arteta semua pernah digagalkannya.

Selama akhir musim 2012/2013, Al-Habsi harus mengalah ke bangku cadangan karena posisinya tergusur kiper muda asal Spanyol, Joel Robles. Ia pun harus puas berada di bangku cadangan ketika Wigan memenangkan final Piala FA bersejarah atas Manchester City. Menariknya, tanpa kontribusi maksimal Al-Habsi, Wigan justru terdegradasi dari Liga Primer.

Al-Habsi meninggalkan Wigan untuk bergabung dengan Reading pada bulan Juli 2015. Ia bertahan di klub kasta kedua tersebut selama dua musim dan tampil sebagai pilihan utama. Ia lagi-lagi memperoleh apresiasi oleh sporter, dengan terpilih menjadi pemain terbaik dua musim berturut-turut.

Pada musim panas 2017, ia memutuskan pengalamannya di Eropa sudah cukup. Al-Habsi yang kini berusia 36 tahun masih aktif membela Al-Hilal di Liga Arab Saudi. Ia menandatangani kontrak selama tiga tahun, dan masih aktif membela tim nasional Oman. Baru-baru ini, ia kembali bergabung dengan skuat Oman untuk ajang Piala Teluk 2017.

Dengan semua prestasinya tersebut, Al-Habsi sepatutnya menjadi panutan para pemain di Asia, khususnya yang berposisi sebagai penjaga gawang. Legenda Oman ini juga dikenal sebagai seorang Muslim yang taat, dengan keluarga bersahaja yang terdiri dari istri dan tiga anak perempuan.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.