Turun Minum Serba-Serbi

Mereka yang Melakukan Kesalahan dan Gagal Menjadi Juara Liga

Bundesliga dan Liga Primer sudah menemukan juara mereka masing-masing di musim ini, begitu juga dengan beberapa liga lainnya. La Liga nampaknya akan segera menyusul, dengan Barcelona berada di puncak klasemen dan berjarak 11 poin dari Atletico Madrid yang berada di posisi kedua. Namun, berbeda dari liga-liga top Eropa tersebut, perebutan juara Serie A masih terbuka lebar. Hal ini dikarenakan kedua tim teratas, Juventus dan Napoli, hanya berselisih satu poin saja.

Di empat laga tersisa, apapun bisa saja terjadi. Bianconeri bisa terus menang dan mendapat Scudetto ketujuh beruntunnya atau Partenopei bisa saja menyalip mereka lalu merebut takhta gelar juara yang sudah lama tidak mereka dapatkan.

Jika Juve memang tidak ingin gagal untuk menjadi juara, mungkin mereka bisa belajar dari beberapa tim di bawah ini yang kehilangan titel liga meski sudah berada di puncak klasemen menjelang berakhirnya musim.

Bayer Leverkusen (2001/2002)

Pemimpin klasemen sementara di Bundesliga  musim itu, Bayer Leverkusen, sudah unggul dua poin dari Borussia Dortmund dengan tersisa dua pertandingan lagi. Sayangnya, mereka harus kalah dari Nürnberg dan meski berhasil menang di laga pamungkas, Dortmund-lah yang akhirnya mengangkat trofi Bundesliga setelah memenangkan dua sisa laga mereka dengan skor yang sama yaitu 4-3.

Real Madrid (2003/2004)

Pada bulan Maret tahun 2004, dengan menyisakan 12 pertandingan, Real Madrid yang berisi pemain bintang sudah unggul 12 poin dari tim yang berada di posisi kedua. Namun ternyata, Madrid harus rela menyerahkan gelar juara ke Valencia setelah kalah tujuh kali dari delapan pertandingan terakhir dan harus puas duduk di peringkat empat klasemen akhir.

Newcastle (1995/1996)

Newcastle bersama Kevin Keegan hampir saja meraih titel Liga Primer pertama mereka. Di bulan Januari, The Magpies yang berada di puncak punya keunggulan 12 poin dan begitu juga di Februari di mana mereka unggul delapan poin dari Manchester United. Sayangnya, mereka justru mendapat beberapa hasil buruk di sisa pertandingan dan berakhir sebagai runner-up dengan selisih empat poin di belakang MU.

Napoli (1987/1988)

Napoli juga pernah mengalami hal serupa. Menjadi juara di musim dingin dan unggul empat poin di sisa lima pertandingan, Partenopei bisa saja meraih Scudetto kedua mereka. Akan tetapi, Napoli hanya mampu meraih satu poin di lima pertandingan. Sementara itu, AC Milan yang mencoba menyusul mereka berhasil menang atas Napoli, Roma, serta Internazionale Milano, dan seri di dua laga lainnya.

Juventus (1999/2000)

Juve nampaknya harus belajar dari kesalahan mereka di masa lalu. Hingga laga puncak di musim tersebut, Juve yang berada di puncak klasemen hanya terpaut dua poin saja dari Lazio. Drama terjadi di partai puncak Bianconeri ketika hujan lebat menghantam markas Perugia di mana keduanya bertanding. Lazio yang sudah menang 3-0 harus menunggu hasil dari pertandingan Juve yang sempat ditunda hampir sejam, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Perugia.

Internazionale Milano (2001/2002)

Kondisi Serie A di musim 2001/2002 hampir sama dengan musim ini, namun bedanya Inter-lah yang unggul satu poin dari Juventus hingga pengujung musim. Inter harus mengalahkan Lazio, sementara Juve harus mengalahkan Udinese. Bianconeri sudah dipastikan menang dengan dua gol cepat mereka sementara di Olimpico, kejar-mengejar gol terjadi. Sayangnya, Inter harus menyerah di babak kedua dan mereka kalah dengan skor 4-2.