Cerita

Halo Suso, Kamu Kok Loyo?

Dapat bola, tekuk ke dalam, gocek-gocek, kirim umpan silang, gagal. Dapat bola lagi, tekuk ke dalam lagi, gocek-gocek lagi, coba melewati lawan, dan gagal lagi. Terus menerus berulang kali Suso melakukannya, dan akhir-akhir ini hasilnya selalu sama: gagal. Tidak biasa, karena di putaran pertama ia tampil sangat prima. Ada apa dengan Suso?

Buntunya Suso sangat berpengaruh pada produktivitas AC Milan. Ini dikarenakan Hakan Çalhanoğlu di sisi kiri, insting mencetak golnya tidak sebaik Suso saat open-play, sedangkan Patrick Cutrone, Nikola Kalinić, atau André Silva butuh suplai memadai untuk bisa mencatatkan nama di papan skor.

Dengan kata lain, hanya Suso seorang di lini depan Milan, yang punya kemampuan mencetak gol lewat aksi individu. Begitu pula dengan asis, hanya Suso seorang yang paling bisa memberikan umpan sesuai apa yang diinginkan para penikmat asupannya. Jadi ketika Suso buntu, maka rekan-rekan lainnya ikut kesulitan membongkar pertahanan lawan.

Lalu apakah minimnya produktivitas Milan ini jadi salah Suso seorang? Belum tentu, karena gaya bermain Milan juga berpengaruh pada sempitnya ruang gerak Suso.

Terlalu berpusat

Ada ketimpangan dalam sistem penyerangan Milan musim ini, yang lebih berpusat di sisi kanan. Ini terjadi karena di area tersebut ada Franck Kessié yang mobilitasnya sangat tinggi, Suso sendiri, dan disokong Davide Calabria yang selalu siap naik menyerang jika diperlukan.

Namun, di sisi kanan ini pula serangan Milan lebih banyak terhenti. Baik Kessié maupun Calabria tidak memiliki akurasi umpan silang atau kemampuan individu sebaik Suso, jadi ketika bola bergulir di area tersebut, maka hampir pasti Suso yang akan mengambilnya.

Sayangnya, Suso bukan tipikal pemain yang gemar mengumbar kecepatan dengan mengajak lari lawan-lawannya. Ketika Suso mendapat bola, ia akan berusaha melewati lawannya dengan meliuk-liuk atau gerak tipu. Hampir selalu ada jeda ketika Suso mendapat bola dan berpikir, hendak diapakan bola tersebut.

Situasi yang berbeda terjadi di sisi kiri Milan. Riccardo Rodríguez dan Çalhanoğlu kerap bermain kombinasi dengan cepat, yang diakhiri dengan umpan silang, umpan terobosan, atau tendangan jarak jauh. Di area tersebut, hanya Giacomo Bonaventura yang tidak dibekali kecepatan mumpuni karena memang tugasnya sebagai pembagi bola.

Tidak ada pelapis

Mungkin juga buntunya Suso karena dia tidak memiliki pelapis sekaligus kompetitor di posisinya. Berbicara tentang pelapis di sini bukan hanya tentang siapa yang cara bermainnya mirip Suso, tapi juga siapa yang bisa memberi warna berbeda.

Jika Milan sudah memiliki pemain bertipikal Suso yang gemar memotong ke dalam, mungkin I Rossoneri bisa mencari sosok pelapis dalam diri pemain dengan lari cepat tapi bukan inverted winger. Pemain seperti Juan Cuadrado contohnya, atau Jose Callejon. Mereka bisa mengubah tempo serangan Milan jadi lebih cepat karena bergaya direct.

Memiliki pelapis yang berbeda tipe dengan Suso juga sangat berguna untuk memberi tekanan terus menerus pada bek lawan secara konstan selama pertandingan. Misalnya begini, Suso bermain 70 menit dan tidak berkontribusi maksimal, tapi dia dapat membuat bek-bek lawan kewalahan. Jadi di 20 menit tersisa Milan dapat memanfaatkan kelelahan bek lawannya dengan memasukkan pelari cepat lainnya yang lebih segar.

Beberapa tim seperti Juventus, Bayern München, dan Real Madrid mempraktekkan cara tersebut, menyimpan pelari cepat mereka di bangku cadangan sebagai amunisi tambahan. Juventus dengan Cuadrado, Bayern biasanya dengan Kingsley Coman sebelum cedera, dan Real Madrid dengan Lucas Vazquez.

Suso saat ini sedang terjebak di periode negatif bersama Milan. Terakhir kali ia mencetak gol adalah ketika imbang 1-1 di kandang Udinese, dan dalam lima pekan terakhir di Serie A tak ada satupun asis yang dibuatnya. Raihan tersebut berbanding terbalik di putaran pertama yang dilewati Suso dengan 5 gol dan 3 asis di Serie A.

Harus ada pembenahan yang dilakukan Milan untuk membuat Suso kembali bertaji, setidaknya di sisa musim ini. Jika mencari pelapis baru bisa dilakukan musim depan dan perubahan skema permainan akan terlalu radikal, Milan bisa memulainya dengan memperbaiki kualitas penyerang.

Sebab, sebagus apapun Suso jika tak ada penyerang yang memiliki naluri gol tinggi untuk menyelesaikan peluang, hasil akhirnya akan tetap nihil. Upaya Suso akan terbuang sia-sia.