Nasional Bola

Kerusuhan Kanjuruhan, Awal Mula Malam Mencekam di Kandang Singa

Pertandingan big match antara Arema FC melawan Persib Bandung berujung ricuh. Sesaat sebelum wasit meniup peluit panjang, yang diperkirakan sekitar 50 detik lagi menuju akhir laga, sekelompok suporter tuan rumah menyerbu masuk lapangan dan melakukan tindak anarkis.

Pemicu kerusuhan diduga adalah gol kedua Persib yang dicetak Ezechiel N’Douassel pada menit ke-77. Saat itu, Ezechiel tengah merangsek ke pertahanan Arema, tapi di saat bersamaan gelandang Arema FC, Ahmet Atayev, terkapar di lapangan dan meminta pertolongan. Suporter tuan rumah merasa pertandingan seharusnya dihentikan sementara untuk memberi perawatan medis pada Atayev.

Kedudukan saat itu 2-1 untuk Persib yang merupakan tim tamu. Arema FC yang sedang mendekam di dasar klasemen tentunya tidak ingin kalah lagi, dan mau tidak mau harus meraih kemenangan untuk menaikkan peringkatnya. Asa tersebut kemudian sempat terwujud di menit ke-87, lewat gol Balsa Bozovic.

Setelah gol tersebut, angin langsung berbalik memihak Arema FC. Serangan semakin gencar dilakukan dan Persib semaki tertekan. Namun, hanya tiga menit setelah gol Balsa, Arema kembali ke titik terbawah. Dedik Setiawan yang masuk sebagai pemain pengganti, mendapat kartu merah langsung dari wasit Handri Kristanto karena menyikut Ardi Idrus.

Tak lama kemudian, pergerakan masif suporter tampak di tribun ekonomi timur. Dimulai dari pelemparan botol minuman, aksi anarkis suporter kemudian berlanjut dengan memasuki area pinggir lapangan dan bergerak bersamaan menuju hakim garis. Saat itu juga, pemain Persib langsung berlarian menuju bench untuk menghindari amuk massa.

Match steward sempat menahan pergerakan suporter Arema, tapi massa tuan rumah justru semakin terpicu untuk menginvasi lapangan. Dari kerumunan tersebut terlihat ada seseorang yang ditandu untuk mendapat perawatan intensif, dan sesaat kemudian jumlah suporter yang merangsek ke lapangan semakin bertambah banyak.

Mayoritas dari mereka mengejar wasit, yang saat itu sedang berjalan menuju lorong pemain. Namun ternyata, yang menjadi target tidak hanya sang pengadil lapangan, tapi juga pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomez, yang mendapat luka di pelipisnya.

Malam yang mencekam

Hanya dalam tempo sekian detik, pertandingan yang awalnya sangat seru dengan serangan yang silih berganti dari kedua kesebelasan, berubah menjadi malam yang mencekam. Suporter menginvasi lapangan, tapi anehnya, tidak tampak aparat kepolisian di sana.

Thread dari akun Twitter @PSMSnews ini bisa menjadi referensi, di tayangan yang terekam televisi, sama sekali tidak tampak aparat kepolisian yang melindungi pemain maupun ofisial pertandingan. Yang ada justru hanya match steward memakai rompi oranye.

Ketiadaan aparat keamanan di lapangan inilah yang juga diduga menjadi penyebab luka di pelipis pelatih Persib. Selain itu, korban lain dari insiden ini kebanyakan adalah para suporter wanita, yang langsung dievakuasi menuju rumah sakit terdekat. Beberapa suporter pria juga terlihat mendapat perawatan akibat luka-luka yang mereka alami.

Mengenai insiden ini, pihak Arema FC sudah pasrah jika mendapat hukuman berat dari Komdis PSSI. Sementara itu pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomez, meminta Komdis memberikan hukuman yang setimpal untuk pihak Arema FC, merujuk pada hukuman berat yang diterima kapten Persib, Supardi Nasir, usai menanduk wasit pekan lalu.

Sangat disayangkan insiden seperti ini masih saja terjadi di sepak bola Indonesia. Apalagi, kali ini melibatkan Aremania, yang sempat dianggap sebagai salah satu suporter terbaik di Indonesia.