Arsenal akan kembali menghadapi wakil Rusia, CSKA Moskow, di laga kedua perempat-final Liga Europa. Salah satu figur yang menyita perhatian dari klub ibu kota Rusia tersebut adalah gelandang mereka, Bebras Natcho. Pasalnya, ia adalah satu dari sedikit pemeluk agama Islam dari negara Israel yang memiliki reputasi lumayan sukses di sepak bola.
Bebras Natcho, yang kadang juga ditulis dengan ejaan Bibras Natkho, bukan hanya pilihan utama di lini tengah CSKA. Baru-baru ini, ia diberi kepercayaan untuk menjadi kapten tim nasional Israel. Ini tentu saja menjadi kebanggaan bagi Natcho, yaitu menjadi pemimpin sebuah tim yang dominan dengan etnis Yahudi.
“Suatu kehormatan besar bagi saya untuk menjadi kapten tim nasional, dan itu adalah salah satu mimpi ayah saya,” kata Natcho seperti dikutip The Independent, menjelang pertandingan Liga Europa melawan Arsenal pekan lalu.
Ayah Natcho sendiri berdarah Circassian, kelompok etnis Muslim yang sebagian besar tinggal di Rusia dan Turki. Saat ini, ada sekitar 5.000 penduduk Israel dari keturunan etnis tersebut. Jika dibandingkan total populasi Israel yang mencapai 8,5 juta jiwa, etnis Circassian tentu saja merupakan minoritas.
“Menjadi kapten tim nasional bukan saja momen penting bagi karier saya, tapi juga komunitas kami. Saya selalu merasakan dukungan mereka. Senang rasanya membuat mereka bangga,” sambung Natcho.
Pemain berusia 30 tahun ini dibesarkan di kota Kafr Kama di bagian utara Israel. Ia adalah seorang Muslim yang taat, sehingga identitasnya tentu saja mendapatkan banyak tantangan sepanjang hidupnya. Baru-baru ini, legenda hidup tim nasional Israel yang pernah membela West Ham dan Celtic FC, Eyal Berkovic, mengkritik Natcho. Pasalnya, sang pemain tidak menyanyikan Hatikvah, lagu kebangsaan Israel yang mengandung lirik puja-puji khas Yahudi.
Dengan tegas, Berkovic menyatakan, “Seorang kapten tim nasional bagaimana pun juga harus menyanyikan lagu kebangsaan. Siapa pun yang menolak untuk melakukannya tidak layak mengenakan ban kapten!”
Namun, penolakan Natcho mendapat dukungan dari mantan kapten Israel yang pensiun tahun lalu, Eran Zahavi. Dalam sebuah wawancara dengan situsweb Walla, Zahavi menentang pernyataan Berkovic, “Ini adalah tim nasional Israel, bukan tim nasional Yahudi!”
Natcho sendiri merupakan pemain Israel yang paling sukses di Eropa saat ini, setelah masa Berkovic dan Yossi Benayoun telah lewat. Bersama gelandang Brighton, Beram Kayal, dan bek Eintracht Frankfurt, Taleb Tawatha, ketiganya adalah pemain penting tim nasional Israel yang beragama Islam.
Natcho memulai kariernya di luar negeri setelah meninggalkan Hapoel Tel Aviv dan memperkuat Rubin Kazan pada awal awal tahun 2010. Setelah itu ia hijrah ke Yunani untuk memperkuat PAOK, ia akhirnya direkrut CSKA pada bulan Agustus 2014. Sejak saat itu, ia menjadi pemain kunci di lini tengah di klub ibu kota Rusia tersebut.
Ketika ditanya tentang visinya memimpin tim nasional Israel ke depan, Natcho memberi jawaban bagus, “Di tim nasional, kami suatu kesatuan. Kami tidak peduli pada perbedaan agama. Sangat disayangkan jika ada pihak yang menggunakan alasan agama untuk menghancurkan kebersamaan kami.”
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’