Cerita Tribe Ultah

Fernando Morientes, Sepanjang Karier sebagai Kompetitor

Tidak hanya dalam sebuah cerita atau film saja,terkadang dalam kehidupan nyata pun, tidak semua orang memainkan peran sebagai protagonis. Ada sebagian orang yang dalam hidupnya justru tampil sebagai antagonis, atau dalam hal ini adalah kompetitor atau pesaing. Dalam sepak bola, cerita yang paling tersohor sebenarnya adalah milik penyerang asal Spanyol, Fernando Morientes.

Banyak yang menganggap bahwa nama “Moro” yang menjadi sapaan akrab Morientes, merupakan nama kecil dari nama belakangnya. Padahal, makna “Moro” ini sendiri memiliki arti lain. “Moro” di sini merujuk kepada bangsa Moor dari Afrika Utara yang  pernah mengokupansi Spanyol. Dalam konteks lain, ”Moro” ini berarti asing atau alien, atau istilah yang lebih sederhana adalah tidak biasa.

Julukan “Moro” ini diberikan kepada Morientes selama ia berkarier di Madrid. Bagaimana para penggemar memberikan La Afecion alias afeksi dalam tingkatan hebat kepada Guti Hernandez dan Raul Gonzales. Morientes mengalami perlakuan yang berbeda. Ia dianggap tidak memiliki kebesaran yang serupa dengan Guti dan Raul. Bagi mereka, Morientes adalah pesaing, terutama untuk Raul yang begitu dipuja di Santiago Bernabeu.

Sepanjang karier sebagai kompetitior

Morientes lahir di Caceres, tapi kemudian keluarganya pindah ke Toledo ketika ia berumur empat tahun. Di Toledo tersebut ia kemudian mengenal dunia sepak bola hingga akhirnya bergabung ke Albacete. Bahkan di awal karier sepak bolanya saja, Morientes sudah bertindak sebagai kompetitor. Selama tiga musimnya di Albacete, ia merupakan pesaing bagi penyerang yang lebih senior Antonio Alfaro. Pun ketika hijrah ke Zaragoza pada tahun 1995, ia merupakan pesaing bagi Dani Garcia.

Tetapi kualitas memang tidak pernah bohong. Meskipun lebih sering memainkan peran yang antagonis, Morientes jelas merupakan penyerang hebat sejak belia. Bakatnya kemudian terendus oleh Real Madrid, di mana kemudian cap sebagai kompetitor kemudian semakin melekat kepada dirinya.

Musim perdananya di Santiago Bernabeu, Morientes yang didaratkan dengan mahar 6,6 juta euro tersebut, memang diproyeksikan untuk memberikan kompetisi kepada dua penyerang milik Real yang lain yaitu Predrag Mijatovic dan Davor Suker. Musim pertamanya di Real dijalani dengan cukup baik, dengan 12 gol berhasil dilesakan Morientes dalam 34 pertandingan. Musim keduanya bersama Los Blancos menjadi pertanda, di mana karier sepak bola Morientes kemudian lebih dikenal sebagai sang kompetitor.

Baca juga: Tanah Spanyol yang Akrab bagi Predrag Mijatovic

Bakat seorang Raul Gonzales kemudian mekar. Seluruh elemen klub, mulai dari suporter, sesama pemain, pelatih, hingga petinggi klub, begitu menanti kehadiran Raul di tim senior Real. Karena kemapuan hebat Raul sudah tersohor bahkan sejak usia belia, Morientes terkena imbasnya. Selama enam musim membela Real, ia baru mendapatkan pujian ketika bisa bermain baik atau berkombinasi dengan begitu sinergis dengan Raul. Masa ini begitu pelik bagi Morientes karena para suporter terkadang geram ketika Morientes memilih untuk menyelesaikan peluang sendiri ketimbang memberikannya kepada Raul.

Kedatangan Ronaldo, The Phenomenon, selepas Piala Dunia 2002, membuat situasi menjadi semakin pelik. Klub rival Barcelona dikabarkan siap membajak Morientes, tetapi sang penyerang kemudian memilih untuk tetap bertahan. Tetapi Morientes sadar betul, bahwa kompetisinya dengan Raul dan Ronaldo, bukan kompetisi melawan penyerang gaek macam Mijatovic dan Suker seperti di musim perdananya di Real. Kompetisi melawan Raul dan Ronaldo adalah bertarung melawan para penyerang yang sedang dalam masa terbaik mereka.

Morientes kemudian mengalah. Ketika datang tawaran untuk bermain di Monaco dengan status pinjaman, ia menyetujuinya. Tapi justru di klub negara kota ini, Morientes berhasil membuktikan diri kepada Real Madrid, kepada Raul, dan tentunya kepada para suporter di Santiago Bernabeu. Masih segar dalam ingatan bagaimana Morientes mencetak dua gol penting yang kemudian meloloskan Monaco ketika mereka berhadapan dengan Real Madrid di perempat-final Liga Champions musim 2003/2004.

Ketika Monaco berniat untuk mempemanenkan status Morientes, Real menolak. Morientes pun terbang dengan harapan ia akan mendapatkan perlakuan yang lebih baik di Santiago Bernabeu. Apesnya, proyek Galacticos justru kemudian membuat Morientes kembali tersisihkan. Kali ini disebabkan oleh kedatangan penyerang asal Inggris, Michael Owen.

Morientes jelas menyesalkan keputusannya untuk kembali ke Real. Maka semusim kemudian ketika tawaran datang dari Liverpool, ia menerimanya dengan senang hati. Well, nasib sebagai kompetitor terus mengikuti Morientes ke manapun ia pergi. Ia mendarat sebagai gerbong pemain Spanyol di musim kedua Rafael Benitez di Anfield. Morientes memang tidak pernah benar-benar diproyeksikan menjadi penyerang utama The Reds pada musim itu karena sebenarnya Benitez mendatangkan Morientes disebabkan Djibril Ciise yang mengalami cedera parah.

Kejadian ini terus serupa di perjalanan selanjutnya dalam karier Morientes. Sempat mendapatkan tempat utama di musim perdananya bersama Valencia, di musim kedua ia mesti menjadi kompetitor bagi David Villa. Begitu pula di pengujung kariernya di Marseille. Didier Deschamps mendaratkan Morientes untuk memberikan persaingan yang lebih ketat kepada Brandao dan Mamadou Niang.

Fernando Morientes memang sepanjang kariernya lebih dikenal sebagai kompetitor, tetapi semua pun mengakui bahwa  pemilik 47 caps bersama timnas Spanyol ini adalah penyerang berkualitas. Morientes adalah tipe penyerang dengan reaksi yang sangat baik dan ia juga tangguh dalam duel udara. Terlebih Morientes adalah tipe penyerang yang jarang ada. Ia justru akan tampil lebih baik ketika memainkan peran sebagai penyerang yang mendukung penyerang lain. Peran yang hampir serupa dengan yang dijalankan Dwight Yorke, David Trezeguet, dan Adrian Mutu.

Hari ini, 5 April, merupakan hari ulang tahun Fernando Morientes, sang kompetitor.

Feliz cumpleano, Moro!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia