Berita Eropa

Penunjukan Martin Atkinson sebagai Wasit Derby Manchester yang Mesti Disyukuri Pihak United

Secara kalkulasi, seandainya berhasil meraih kemenangan di derby Manchester pada pekan pertandingan ke-34, Manchester City sudah memastikan gelar juara Liga Primer Inggris menjadi milik mereka. Sang rival sekota, Manchester United, tentu akan melakukan seluruh upaya untuk menunda kepastian juara tersebut. Jose Mourinho tentu tidak ingin melihat Pep Guardiola berpesta tepat di depan mukanya sendiri.

Menang melawan City sepertinya merupakan sesuatu yang amat sulit di musim kompetisi kali ini, apalagi pertandingan nanti akan digelar di markas City, Etihad Stadium. Tetapi misi yang diusung oleh Paul Pogba dan kawan-kawan sebenarnya bukan juga sesuatu yang mustahil. Apalagi wasit yang akan menjadi pengadil dalam pertandingan tersebut adalah Martin Atkinson.

Atkinson, 47 tahun, wasit asal West Riding of Yorkshire ini, memiliki cerita yang cukup unik dengan kubu United. Sebenarnya, ia merupakan penggemar Leeds United sejati, klub yang juga merupakan rival klasik dari United. Tetapi bagi tim-tim lain di Liga Primer Inggris, terutama Liverpool, mereka menganggap bahwa Atkinson berada di golongan yang sama dengan Howard Webb sebagai pengadil yang “kemungkinan besar” akan lebih menguntungkan tim Setan Merah.

Kapten legendaris Liverpool, Steven Gerrard, bahkan sampai menulis dalam biografinya bagaimana ia tidak begitu senang ketika Atkinson memimpin pertandingan. Gerrard sepertinya masih menyimpan dendam karena sempat dikartumerahkan Atkinson di partai melawan United pada tahun 2015. Masih segar dalam ingatan bahwa dalam pertandingan tersebut Gerrard baru 38 detik berada di lapangan.

Kebencian dan tuduhan Atkinson lebih membela United sebenarnya tidak juga salah. Karena selama dipimpin oleh Atkinson, sejak pertama kali sang wasit menjadi pengadil untuk pertandingan United pada tahun 2006, di mana Setan Merah menang 4-2 atas Fulham, United memiliki tren kemenangan yang cukup bagus ketika pertandingan tersebut dipimpin lagi oleh Atkinson. Apalagi apabila laga tersebut merupakan pertandingan Liga Primer Inggris, rekor United di pertandingan yang dipimpin Atkinson, dari 41 pertandingan, yaitu 23 kemenangan, 10 kali imbang, dan 8 kali menelan kekalahan.

Kabarnya, keberpihakan Atkinson disebabkan insiden yang terjadi pada tahun 2008. Atkinson membuat dua keputusan kontroversial di laga antara United berhadapan dengan Chelsea. Yang pertama adalah ketika Wayne Rooney sebenarnya sudah lolos dari jebakan offside dengan amat bersih, dan sudah tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Petr Cech, Atkinson kemudian meniup peluit dan menganggap Rooney sudah berada dalam posisi offside. Yang kedua adalah ketika Antonio Valencia berlari ke jantung pertahanan Chelsea, dan “dikeroyok” empat pemain Chelsea, Atkinson bergeming dan tidak meniup peluit sama sekali untuk memberi penalti.

Komentar-komentar pedas kemudian mengarah kepada Atkinson. Disebutkan bahwa Atkinson benar-benar merasa bersalah atas keputusannya di pertandingan tersebut. Rasa bersalah yang sepertinya terus ada hingga saat ini.

Kehadiran Atkinson sebenarnya lebih merupakan faktor non-teknis. Memang boleh jadi ia akan lebih menguntungkan United, tetapi apabila City bisa memenangkan pertandingan dengan cara yang baik dan bersih, tentu keberhasilan mereka untuk meraih gelar juara akan menjadi lebih manis lagi.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia