Kompetisi kasta tertinggi indonesia, Liga 1 sudah resmi bergulir dua pekan. Banyak hal menarik yang terjadi dari penyelenggaraan Liga 1 kali ini, mulai dari pertandingan dengan kategori big match yang sudah hadir sejak pekan pertama, antusiasme penonton yang datang memenuhi stadion untuk mendukung klub kesayangan masing-masing, hingga parade kostum 18 kesebelasan terbaik di Indonesia yang hampir semuanya kompak mengeluarkan kostum anyar untuk menyambut musim baru.
Dari 18 jersey klub tersebut, masing-masing menunjukkan sisi kreativitas dan kearifan lokal dari daerah masing-masing yang tentunya membuat pertandingan semakin berwarna. Namun jika diperhatikan lebih detail, ada sebuah hal ganjil yang nampaknya luput dari sebagian besar pencinta sepak bola Indonesia, yaitu mengenai pemasangan patch atau emblem logo kompetisi Liga 1 2018.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada tanggal 22 Maret 2018 atau H-1 jelang bergulirnya Liga 1 2018, sebuah berita mengejutkan muncul terkait dengan salah satu sponsor utama kompetisi, Traveloka, yang secara tiba-tiba menarik diri untuk kembali berpartisipasi di gelaran Liga 1 2018. Tidak dijelaskan secara rinci apa yang membuat Traveloka tiba-tiba menarik diri untuk kembali menjadi title sponsor. Hal ini tentunya membuat repot operator Liga 1 2018 yang sudah terlanjur mencetak dan menyebarkan patch tersebut kepada 18 tim yang berpartisipasi, termasuk patch khusus untuk sang juara bertahan, Bhayangkara FC.
Mengenai hal ini, CEO PT. Liga Indonesia Baru (LIB), Risha Adi Wijaya, mengatakan jika pihaknya telah mengimbau untuk masing-masing klub untuk tidak memasang dulu patch di lengan kanan jersey 18 klub kontestan. Direktur utama PT. LIB, Berlinton Siahaan, menambahkan bahwa semua permasalahan yang muncul di Liga 1 akan dibahas dalam triwulan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. LIB dengan klub.
Namun, fakta yang terjadi di lapangan justru berbeda, ada beberapa tim yang penulis amati memang belum memasang patch tersebut sampai pekan ke 2 Liga 1 2018, tapi ada pula sebagian tim sudah menggunakan patch tersebut namun dengan sedikit modifikasi dengan menutup sebagian logo sponsor dengan plester. Tentu hal ini sedikit mengganggu estetika kostum klub kontestan dan mengganggu pandangan penonton yang menyaksikan pertandingan, sebab bagaimana bisa sebuah kompetisi kasta tertinggi tidak mempunyai regulasi yang jelas terkait dengan pemasangan patch maupun sponsor yang menempel di jersey klub?
Author: Dwi Prasetyo