Berita Dunia

Kekurangan Dukungan, Liga Thailand Hentikan Penggunaan VAR

Penggunaan teknologi VAR (Video Assistant Referee) memang cukup didewakan oleh beberapa pihak. Tuntutan penggunaan teknologi tersebut sampai sekarang masih menjadi pro-kontra di berbagai negara. Salah satu negara Asia Tenggara, Thailand, sempat menerapkan penggunaan VAR sebelum kemudian merevisi kebijakan tersebut.

Liga Thailand akan berhenti menggunakan VAR (Video Assistant Referee) dan AAR (Additional Assistant Referees) terhitung dari 1 April 2018. Keputusan penting ini diambil dalam pertemuan Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT)  pada 7 Maret 2018 lalu.

Pertemuan yang dipimpin oleh Ketua FAT, Somyot Poompanmoung, badan pimpinan Liga Thailand memutuskan untuk menutup sistem VAR dan AAR mulai 1 April sehubungan dengan kurangnya kejelasan dan persetujuan dari FIFA dan AFC. Meski demikian, FAT menambahkan beberapa catatan bahwa jika ada klub yang ingin menggunakan VAR atau AAR, mereka dapat mengajukan permintaan khusus.

FAT akan menindaklanjuti permintaan tersebut, yaitu berkoordinasi dengan perusahaan yang mengoperasikan sistem tersebut. Namun, klub pemohon harus bersedia membayar biaya operasi, yaitu sekitar 3.000- 4.000 Baht (95-128 dolar AS) per penggunaan.

Belum diketahui pendapat dari klub-klub peserta Liga Thailand tentang keputusan ini. Sistem VAR di Negeri Gajah Putih digunakan untuk pertama kalinya dalam ajang Piala Champions Thailand (semacam Community Shield) yang dilaksanakan di di Stadion Supachalasai antara Buriram United dan Chiangrai United pada 19 Januari 2018 lalu. Dalam pertandingan ini, penyerang asing Buriram, Diogo Luis Santo, telah menjadi pemain pertama yang mendapat kartu merah menyusul pertimbangan dengan bantuan VAR.

Setelah itu, teknologi tersebut diterapkan pada kasta utama Liga Thailand 2018, yang dimulai pada 9 Februari 2018. Pada saat itu, FAT sebenarnya mewajibkan setap klub untuk mempelajari keefektifan penggunaan teknologi tersebut. Tujuannya untuk mempertimbangkan kesiapan masing-masing tim peserta Liga Thailand dan biaya yang akan dikeluarkan dalam  implementasi lebih lanjut setelahnya.

Thailand memang sedang berusaha mengadakan berbagai terobosan sebagai usaha untuk memperbaiki standar kompetisi mereka, terutama kualitas para wasit. Apalagi, Thailand diguncang skandal match-fixing  (pengaturan pertandingan) pada akhir November 2017 lalu. Berita menghebohkan itu terungkap di tengah-tengah meroketnya kualitas sepak bola negara tersebut.

Hasil penyelidikan mengungkap empat pertandingan di Liga Thailand selama tahun 2017, yaitu satu di bulan Juli dan tiga di bulan September, terindikasi match-fixing. Dampaknya, dua belas oknum terseret menjadi tersangka.

Nah, apakah dibatalkannya kewajiban penggunaan VAR akan menyebabkan kemunduran kualitas wasit yang berdampak pada penurunan kualitas kompetisi Thai League secara keseluruhan? Kita tunggu saja kelanjutan kabarnya.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.