Pada era 2000-an silam atau momen di mana gim konsol PlayStation tengah melambung namanya, ada sebuah ‘ritual’ yang acapkali digunakan para pemula setiap kali bermain gim tersebut yakni menggunakan Borussia Dortmund sebagai gacoan untuk berduel.
Berbekal pemain-pemain seperti Marcio Amoroso, Jens Lehmann, Sunday Oliseh, sampai Tomas Rosicky, Dortmund merupakan skuat yang menjanjikan untuk dipergunakan. Terlebih, sejumlah pemain yang saya sebutkan itu (kecuali Lehmann yang seorang kiper), memiliki kecepatan yang mumpuni.
Namun lebih dari itu, salah satu hal yang kerap diungkapkan sebagai alasan utama para pemula mengandalkan Dortmund adalah keberadaan penyerang jangkung bak raksasa, Jan Koller.
Menurut mereka, mengandalkan tusukan dari sisi sayap lalu memencet tombol lingkaran guna mengirim umpan silang dan disambut dengan tekanan di tombol kotak yang berujung sundulan keras dari Koller adalah jurus ampuh nan mematikan.
Dahulu, saat masih berstatus pemula juga karena belum begitu sering memainkan PlayStation, saya pun merasakan sendiri nggak enaknya dihajar sundulan maut Koller.
Memiliki tinggi 202 sentimeter, lebih mirip postur seorang pebasket, Koller adalah sosok penyerang ganas yang mesti diwaspadai. Berbeda dengan PlayStation di mana ia tampak andal saat melakukan heading saja, di dunia nyata Koller merupakan representasi penyerang yang cukup lengkap.
Baca juga: Winning Eleven dan Starter Kit Para Umatnya di Rental PlayStation
Benar jika akselerasi dan kecepatan Koller tidak sekencang penyerang dengan tubuh pendek seperti Radamel Falcao atau Lionel Messi. Namun jangan sangsikan kemampuan Koller tatkala bola ada di kakinya. Ia bisa menggiring bola dengan aduhai sampai masuk ke kotak penalti sebelum melepas tendangan keras yang mampu mengoyak jala lawan.
Walau tak punya kecepatan eksepsional, tapi Koller tahu betul bagaimana memanfaatkan bangun tubuh kokohnya. Dalam setiap aksi menguasai bola, pria berpaspor Republik Ceko ini akan melindungi bola dengan kekuatan tungkainya.
Selain itu, keseimbangan tubuhnya yang di atas rata-rata juga menyulitkan lawan untuk melakukan body charge guna merebut bola. Lewat cara-cara seperti itulah, Koller bisa menciptakan peluang untuk dirinya sendiri maupun rekan setim guna menggelontorkan gol demi gol.
Mengawali karier sepak bola di negeri sendiri bareng Sparta Praha pada pertengahan era 1990-an silam, posisi awal yang diperankan oleh Koller adalah penjaga gawang. Namun bersama kesebelasan raksasa Republik Ceko ini pula, Koller dialihfungsikan sebagai penyerang.
Keputusan tim pelatih Sparta ternyata tidak salah. Pasalnya, Koller justru berhasil menunjukkan potensi hebatnya di posisi baru. Walau cuma mencetak 5 gol dari 29 penampilan sepanjang dua musim berseragam merah marun khas Sparta, tapi sejumlah pihak terus memberikan pujian untuknya.
Figur yang punya julukan Dino (mengacu kepada dinosaurus yang bertubuh raksasa) ini kemudian dicomot oleh kesebelasan asal Belgia, Lokeren, pada musim 1996/1997.
Pilihan buat merantau ke Belgia rupa-rupanya jadi momen kunci lesatan karier Koller di dunia sepak bola. Tiga musim membela Lokeren, pria kelahiran Praha tersebut sukses bertransformasi sebagai penyerang tajam. Merumput di 102 pertandingan pada seluruh ajang, Koller sanggup mengepulkan 46 gol.
Catatan apik tersebut lantas menarik atensi tim nasional Ceko buat menggunakan jasanya. Uniknya lagi, debut perdana Koller dengan seragam timnas dilakoninya saat berjumpa timnas Belgia di Brussels pada 9 Februari 1999.
Lebih jauh, ia pun memikat perhatian kesebelasan tenar Belgia, Anderlecht. Pada musim panas 1999/2000, Koller pun secara resmi diboyong ke Stadion Constant Vanden Stock.
Bareng Anderlecht, Koller justru meledak. Kolaborasinya dengan Tomasz Radzinski di sektor depan klub berkostum ungu itu amat beringas. Selama dua musim, ia tak pernah mencetak gol kurang dari 20 biji. Sepasang titel Liga Pro Belgia dan Piala Super Belgia pun sukses ditambahkan ke dalam almari trofi Anderlecht.
Performa cemerlang itu jugalah yang membuka jalan Koller menuju Bundesliga untuk memakai baju kuning khas Dortmund sejak musim 2001/2002. Diplot sebagai ujung tombak andalan, pria yang sekarang merayakan ulang tahun ke-45 ini sanggup jadi tumpuan utama Die Schwarzgelben buat mencetak gol.
Lima musim beraksi di Stadion Signal Iduna Park, Koller mencatat 167 penampilan dan membungkus 73 gol. Tak sampai di situ karena ia juga berjasa atas titel Bundesliga yang digapai Dortmund pada musim 2001/2002.
Sayang, begitu hengkang dari Dortmund dan bergabung dengan AS Monaco pada musim 2006/2007, Koller seolah kehilangan sentuhannya dalam mencetak gol. Kondisi serupa juga ia alami saat membela Nürnberg, Krylia Sovetov Samara, dan Cannes. Bersama tim yang disebut terakhir, Koller pun menyudahi karier sepak bolanya medio 2011 silam.
Kendati demikian, nama Koller akan selalu dikenang sebagai salah satu penyerang ciamik di masanya. Bahkan untuk timnas Ceko sendiri, Koller masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa. Dari 91 caps, ia sukses mengemas 55 gol. Sebuah catatan emas yang tidak mudah untuk dipecahkan.
Selamat ulang tahun, Jan Koller!
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional