Cerita

Thomas Tuchel, Pilihan Penuh Risiko Bagi Arsenal

Masa bakti Arsene Wenger di Arsenal tampak semakin besar peluangnya untuk berakhir di akhir musim ini. Kesuksesan di Liga Europa beberapa waktu lalu kala mengalahkan AC Milan memang sempat membangkitkan mood. Namun, manajemen The Gunners tampak sudah siap untuk berpisah dengan manajer yang telah menghabiskan waktunya bersama mereka selama 21 tahun.

Berangkat dari hal ini, beberapa nama telah dikaitkan dengan Arsenal untuk menjadi pengganti Wenger. Mulai dari nama-nama lawas nan berpengalaman seperti Carlo Ancelotti dan Massimiliano Allegri, hingga yang lebih muda seperti Diego Simeone dan Eddie Howe. Meskipun begitu, menurut media ternama Jerman, Kicker, Ivan Gazidis selaku CEO Arsenal, telah menjatuhkan ke manajer muda asal Jerman, Thomas Tuchel.

Menurut Kicker, dilansir dari ESPN, Arsenal bahkan telah menjalin kesepakatan dengan Tuchel. Mantan manajer Borussia Dortmund yang berusia 44 tahun ini diberitakan menolak tawaran dari Paris Saint-Germain (PSG) demi mendapatkan pekerjaan di London. Sebelumnya, Tuchel juga diberitakan tengah melakukan negosiasi bersama Bayern München.

Tuchel memang direkomendasikan oleh Jupp Heynckes, manajer Bayern saat ini, untuk menggantikannya. Heynckes yang sudah berumur 72 tahun memang akan pensiun dari posisinya di akhir musim ini. Selain Bayern dan PSG, Chelsea juga dikabarkan menaruh minat pada Tuchel.

Berita merapatnya Tuchel ke Arsenal diperkuat oleh informasi dari legenda sepak bola Jerman, Lothar Matthaus. Berbicara pada Bild, Matthaus mengatakan bahwa Tuchel memang telah dikontak oleh manajemen Arsenal. Ketika ditanyakan lebih jauh, mantan pemain Internazionale Milano ini enggan memberikan komentarnya.

Usai keluar reportase dari dua media Jerman ini, Gooners, sebutan dari pendukung Arsenal, tentunya merasa girang. Seruan #WengerOut yang selama ini mereka suarakan akhirnya membuahkan hasil. Terlebih, manajer muda nan cerdas seperti Tuchel-lah yang ditunjuk sebagai pengganti Wenger. Memang, rekam jejak Tuchel bersama FC Mainz dan Borussia Dortmund tentunya cukup menggugah. Tak hanya itu, permainan menyerang nan atraktifnya bersama Dortmund, dengan rataan 2,35 gol per laga, membuat pendukung Arsenal yakin Tuchel mampu membawa The Gunners kembali bermain cantik setelah sekian lama tampil medioker dan inkonsisten. Patut diingat juga bahwa Tuchel-lah yang menjadi manajer Dortmund dengan rataan poin per laga terbesar yakni 2,1 poin, lebih besar dari Jürgen Klopp dan Ottmar Hitzfield.

Meskipun begitu, pada kenyataannya, Tuchel adalah pilihan yang penuh risiko bagi Arsenal.

Masalah pertama yang mungkin Tuchel akan bawa bagi Arsenal adalah keretakan hubungan dengan stafnya sendiri. Ya, ketika ia menangani Dortmund, Tuchel sempat berkonflik dengan Sven Mislintat, kepala pemandu bakat Arsenal saat ini. Mislintat, yang menjadi faktor utama keberhasilan Dortmund dalam merekrut bakat-bakat muda, pernah dibekukan oleh Tuchel dan dilarang untuk datang ke sesi latihan Dortmund. Akibat hal ini, Mislintat memutuskan untuk pindah ke Arsenal.

Konflik antara Tuchel dan Mislintat memang sudah lama berlalu. Namun, bukan berarti hubungan antara keduanya sudah membaik. Apabila benar Tuchel nanti datang menggantikan Wenger, tugas berat bagi Gazidis untuk menyatukan manajer barunya dengan sang pemandu bakat super tentu telah menanti. Akan sangat disayangkan apabila Arsenal tak mampu memanfaatkan Mislintat dengan sebaik-baiknya.

Yang kedua adalah tekanan dari Gooners untuk Tuchel. Jujur saja, saat ini nama Ancelotti bahkan bisa menjadi pilihan yang lebih aman bagi Arsenal ketimbang Tuchel. Pasalnya, pengganti Wenger nantinya pasti akan diharapkan untuk memberikan kesuksesan dalam jangka waktu yang sebentar bagi Arsenal.

Masalahnya, Tuchel belum cukup memiliki pengalaman untuk mendapat tekanan seperti itu. Selama karier manajerialnya, tak sekalipun ia dituntut untuk memberikan trofi dalam waktu cepat. Mainz adalah klub papan tengah ke bawah, sementara kita semua tahu bahwa Dortmund tak akan membebani manajernya dengan tuntutan besar selama masih ada Bayern di Bundesliga. Jikalau Tuchel benar direkrut, ia wajib belajar mengatasi tekanan. Sebaliknya, suporter Arsenal juga tak bisa berharap banyak dalam waktu dekat kepadanya.

Risiko lainnya adalah Tuchel pada dasarnya adalah orang yang keras. Alasan mengapa ia hanya bertahan selama dua musim bersama Dortmund adalah perpecahannya dengan petinggi klub. Namun, berkaca pada sikap Gazidis dan kolega di jajaran direksi terhadap Wenger sejauh ini yang lunak, rasanya masalah ini tak punya peluang besar untuk muncul.

Merekrut Tuchel adalah jalan penuh risiko bagi Arsenal. Namun, mengingat situasi klub yang benar-benar terpuruk belakangan ini, rasanya risiko memang perlu diambil untuk memutarbalikkan nasib. Satu hal yang pasti, apabila Gooners mau bersabar terhadap Tuchel, dan pria Jerman ini mampu mengatasi tekanan, maka risiko yang diambil pun (seharusnya) bisa berbuah manis.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket