Cerita

Tidak Sepantasnya Mario Balotelli Diabaikan oleh Luigi Di Biagio

Pada jeda internasional kali ini, Italia mulai mencoba membangun tim nasional mereka kembali bersama pelatih interim, Luigi Di Biagio. Petualangan Di Biagio bersama tim nasional senior Italia dimulai dengan dua laga uji coba melawan Argentina dan juga Inggris. Ada beberapa kejutan yang hadir dari 26 nama yang dipilih Di Biagio untuk dua laga uji coba kali ini.

Kembalinya sang kiper veteran, Gianluigi Buffon, ke bagian tim nasional menjadi kejutan pertama Di Biagio. Sebelumnya Buffon sempat mengumumkan akan undur diri dari tim nasional Italia selepas kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan kekalahan dari Swedia di laga play-off.

Kejutan selanjutnya hadir dari pemanggilan penyerang muda milik AC Milan, Patrick Cutrone. Pemuda berusia 20 ini memang sudah menjadi andalan Di Biagio ketika dirinya masih menukangi Italia U-21. Penampilan Cutrone yang semakin membaik bersama AC Milan membuat dirinya mendapatkan tiket promosi menuju tim nasional senior. Satu-satunya kejutan yang tidak terjadi adalah kembalinya Mario Balotelli ke Gli Azzuri.

Sudah empat tahun berselang dari kali terakhir Mario Balotelli bermain bagi tim nasional Italia. Piala Dunia 2014 adalah kesempatan terakhir yang pernah diberikan untuk Mario Balotelli. Sejak saat itu, pintu tim nasional seakan tertutup bagi mantan pemain Internazionale Milano tersebut. Pelatih beberapa kali berganti, namun panggilan tim nasional tak jua datang untuk Balotelli.

Bukan tanpa alasan memang, sebab sejak bermain di Liverpool, performa Balotelli sangat mengecewakan. Dari 28 pertandingan bersama The Reds dirinya hanya mampu mencetak 4 gol. Itu sebabnya pada ajang Piala Eropa 2016, Antonio Conte lebih memilih Graziano Pelle dan Eder Citadin sebagai ujung tombak Gli Azzuri.

Mario Balotelli pun dirasa tidak memiliki masa depan bersama tim asal Merseyside kala itu. Sempat kembali ke Italia untuk bermain bersama AC Milan, nyatanya Super Mario tak juga menemukan performa terbaiknya. Liverpool pun berusaha sekuat tenaga untuk menjual Mario Balotelli. Namun sayangnya tidak banyak klub yang sedia menampung sang pemain bengal tersebut. Tingginya gaji dan seringnya Balotelli membuat masalah menjadi pengganjal tim–tim lain untuk merekrut pemain berusia 27 tahun ini. Pada akhirnya, OGC Nice menjadi penyelamat karier Mario Balotelli. Klub asal Prancis ini berjudi dengan merekrut penyerang berbakat yang kala itu sepertinya sudah  lupa cara mencetak gol.

Tidak disangka, Nice menjadi tempat yang bersahabat bagi Balotelli. Di Ligue 1, performa Balotelli semakin membaik. Di musim pertama, dirinya berhasil memncetak 17 gol dari 28 pertandingan di seluruh kompetisi. Satu hal lagi yang membuat karier Balotelli kembali bersinar adalah dirinya kini sudah jauh lebih dewasa dan tak lagi menimbulkan masalah seperti di beberapa klub sebelumnya. Berkat penampilannya yang impresif bersama Nice, banyak pengamat berpendapat sudah saatnya Balotelli kembali bermian untuk tim nasional Italia.

Sayangnya, performa gemilang sang pemain tidak membuat dirinya langsung bisa kembali mentas bersama tim nasional Italia. Balotelli kembali tidak diikutsertakan bersama tim nasional Italia. Keputusan ini banyak dipertanyakan oleh publik sepak bola Italia. Selain karena performa Balottelli yang sedang menanjak, sebenarnya Luigi Di Biagio pun tak punya cukup opsi berkualitas untuk lini serang Gli Azzuri.

Dari 26 nama yang dipanggil Di Biagio untuk dua pertandingan uji coba kali ini, terdapat tiga pemain yang berposisi sebagai penyerang murni. Tiga nama tersebut adalah Ciro Immobile, Andrea Belotti, dan Patrick Cutrone. Dua nama pertama memang sudah menjadi andalan Italia sejak dilatih Gian Piero Ventura.

Baca juga: Kegagalan Italia dan Dosa-Dosa Gian Piero Ventura

Namun dari ketiga juru gedor tersebut, hanya Immobile yang mencetak lebih banyak gol dibanding Balotelli pada musim ini. Immobile memang sedang berada pada puncak permainannya setelah berhasil mencetak 34 gol bersama Lazio musim ini. Immobile juga masih berada pada puncak daftar pencetak gol terbanyak Serie–A hingga pekan ke–29.

Berbanding terbalik dengan Immobile, Andrea Belotti kini sedang berjuang untuk kembali menemukan bentuk permainan terbaiknya setelah hanya mampu mencetak 9 gol bersama Torino. Nasib Patrick Cutrone sedikit lebih baik, karena dirinya mampu mencetak 15 gol di seluruh kompetisi bersama AC Milan.

Fakta bahwa dirinya berhasil meraih satu tempat utama di tim asuhan Genarro Gatusso pun sebenarnya sudah menjadi kejutan mengingat AC Milan mempunyai Nikola Kalinic dan Andre Silva di posisi juru gedor. Meski begitu, performa Balotelli bersama Nice tetap lebih baik dibanding dua juniornya itu. Hal itulah yang membuat banyak yang beranggapan bahwa Luigi Di Biagio memperlakukan Balotelli secara tidak adil.

Di Biagio pun tidak ingin banyak pihak berspekulasi mengenai keputusannya untuk tidak memanggil Balotelli ke tim nasional. Dirinya beranggapan bahwa kualitas seorang penyerang tidak cukup dinilai dari jumlah gol yang mereka ciptakan.

“Saya sudah menjelaskan bahwa jumlah gol itu penting untuk seorang pemain depan, tetapi mereka harus mempunyai level permainan tertentu,” jawab Di Biagio kepada para wartawan.

“Saya telah menonton, mengevaluasi, dan memutuskan, dan saya pikir saya memilih tim terbaik. Begitulah faktanya sekarang, tapi saya tidak akan menutup pintu tim nasional pada siapa pun.”

Sayangnya pendapat Di Biagio banyak dipertanyakan oleh publik sepak bola Italia, karena untuk mengetahui kualitas seorang penyerang, tentu dari jumlah gol yang telah ia cetak. Protes keras pun diucapkan dari agen Super Mario, Mino Raiola.

“Kami kecewa dengan tidak dipanggilnya Balotelli,” tutur Raiola pada Radio 24.

“Kami bahkan lebih kecewa dengan penjelasan yang kami terima secara terbuka, karena kami belum berbicara dengan siapa pun. Jika Di Biagio mengatakan bahwa jumlah gol tidak cukup untuk menilai seorang penyerang, maka tim nasional tertutup untuk pemain seperti dia.”

“Saya ulangi, kami kecewa dan kami tidak mengerti apa yang harus dilakukan pemain untuk pergi ke tim nasional. Tim nasional harus diwakili oleh pemain-pemain terbaik, jadi jika yang terbaik tidak dipanggil maka kami tidak memahami kriteria untuk menjadi pemain tim nasional.” tutup sang agen.

Mino Raiola kesal terhadap bagaimana tim nasional Italia memperlakukan kliennya tersebut. Mino merasa kualitas seorang pemain depan sudah seharusnya dinilai dari jumlah golnya, dan sang agen sepenuhnya benar.

Memang keputusan pemanggilan pemain ke tim nasional adalah hak istimewa seorang pelatih tim nasional, namun sebaiknya Luigi Di Biagio memutuskannya secara bijaksana dan tentunya objektif. Mario Balotelli berhak untuk mendapatkan kesempatan lainnya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pilihan yang berkualitas bagi negaranya. Ditambah segudang pengalaman internasional yang dimiliki Balotelli, tentu akan berguna bagi tim nasional Italia yang sedang mengalakkan regenerasi pada skuatnya.

Untuk laga uji coba ke depan dengan absennya Italia dari Piala Dunia 2018, sudah sepantasnya Mario Balotelli dicoba kembali di skuat. Bermain di bawah sokongan gelandang berkualitas seperti Marco Veratti dan Jorginho, serta tandem yang tajam dalam diri Ciro Immobile dan Lorenzo Insigne.

Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)