Cerita

Tribe Profil: Misi Berat Persela Lamongan di Liga 1 tanpa Sang Kapten Legendaris

Melakukan pergantian pelatih di tengah musim, finis di papan bawah Liga 1 musim lalu, kehilangan sang kapten sekaligus ikon klub, Choirul Huda, yang berpulang ke pangkuan Tuhan, adalah berbagai cerita sendu yang diukir oleh Persela Lamongan pada musim 2017 kemarin.

Kalaupun ada catatan positif dari kesebelasan yang berdiri pada 18 April 1967 ini, barangkali hanya lesatan beberapa pemain muda mereka seperti Ahmad Birrul Walidain, Ahmad Nur Hardianto, Mohammad Fahmi Al-Ayyubi, dan Saddil Ramdani.

Tak ingin mengulangi kisah serupa, manajemen Laskar Joko Tingkir tancap gas melakukan pembenahan guna mengarungi Liga 1 musim 2018. Tak sekadar membuat hati para suporternya merasa gembira, tapi juga menjadikan Persela sebagai tim yang lebih baik di seluruh aspek.

Perombakan skuat

Per musim ini, Persela secara resmi sudah ditinggalkan oleh beberapa pemain pilarnya. Ahmad Nur Hardianto pindah ke Arema FC, sedangkan Samsul Arif Munif merapat ke Barito Putera. Setali tiga uang, lima pemain asing Laskar Joko Tingkir di musim lalu yakni Ivan Carlos, Jose Coelho, Marcio Rosario, Ramon Rodrigues, dan Kosuke Uchida juga angkat kaki dari Stadion Surajaya.

Kehilangan nama-nama di atas tentu menggerus kekuatan Persela dan perombakan skuat jadi sesuatu yang tak terelakkan. Agar tetap kompetitif, manajemen dan sang pelatih, Aji Santoso, bergerak sangat aktif selama jeda kompetisi lalu.

Jangan heran bila selama jeda kompetisi, ada banyak sekali pemain, lokal maupun asing, yang dicoba sekaligus dievaluasi kemampuannya oleh Persela dalam periode seleksi dan turnamen pra-musim.

Namun jelang kompetisi digelar, mereka pun meresmikan kedatangan beberapa tenaga baru yang dapat memperkokoh tim sekaligus memberi kedalaman pada skuat. Sejumlah nama anyar yang secara ofisial bergabung dengan Persela di musim ini adalah Ahmad Baasith, Dio Permana, Guntur Triaji, dan I Gusti Rustiawan.

Menariknya, tiga pemain ini masih berusia muda (semuanya di bawah usia 25 tahun) sehingga memperlihatkan kepada publik jika Persela tidak resisten terhadap pemain belia.

Di luar tiga penggawa itu, manajemen Persela juga mendatangkan Dwi Kustanto, Jodi Kustiawan, dan Muhammad Ridwan. Sementara untuk nama-nama impor, Persela memilih Diego Assis, Loris Arnaud, Shohei Matsunaga, dan Wallace Costa Alves sebagai amunisi tambahan.

Perubahan skuat yang cukup signifikan ketimbang musim lalu tentu memaksa Aji mencari ramuan yang paling tepat untuk tim besutannya. Apalagi saat tampil di dua turnamen pra-musim, Piala Presiden 2018 dan JakaJaya 2018, aksi-aksi dari Saddil dan kolega belum kelewat memuaskan.

Dihiasi pemain muda usia, pemain-pemain asing baru yang mayoritas belum mengenal iklim sepak bola Indonesia membuat target paling realistis Persela di musim kompetisi 2018 adalah selamat dari jerat degradasi layaknya musim kemarin.

Akan tetapi, Persela wajib membenahi performa keseluruhan mereka agar keadaan genting seperti musim lalu, lolos degradasi di detik-detik akhir, tidak terulang kembali. Lebih jauh, dengan kualitas skuat yang cukup menjanjikan seperti sekarang, Persela juga menyimpan potensi untuk memberi kejutan berarti. Misalnya saja bersaing di papan tengah.

Prakiraan formasi

Dengan perombakan masif yang ada, Aji pasti berusaha keras menemukan sistem bermain terbaik sehingga dapat diimplementasikan anak asuhnya secara paripurna di atas lapangan. Berkaca dari uji tanding yang dilakoni Persela selama ini, pakem 4-3-3 tampaknya menjadi pilihan sang pelatih.

 

Mencari pengganti sosok sekaliber (almarhum) Choirul Huda memang tidak mudah. Namun di titik inilah, Persela harus mencobanya. Dari sekian nama, Dwi Kustanto layak difavoritkan mengingat ia memiliki pengalaman yang lebih banyak ketimbang dua kompatriotnya, Ridwan dan Juprianto Alexander.

Di barisan belakang, kuartet Birul (kapten kesebelasan), Wallace, Arif Satria, dan Samsul Arifin, bakal memberi kekokohan yang Laskar Joko Tingkir butuhkan demi menuntaskan misinya. Jika ada yang berhalangan, sosok macam Eky Taufik, Jodi, sampai Gusti Rustiawan, siap menunjukkan kualitas mumpuni mereka.

Dari sekian lini, sektor tengah Persela mungkin yang paling berwarna. Bagaimana tidak, Aji memiliki segudang amunisi yang dapat ia maksimalkan tenaganya untuk mengendalikan permainan. Agung Pribadi, Matsunaga, dan Guntur dapat dikedepankan sebagai pilihan utama. Andai performa mereka jeblok, eks pembesut Arema FC dan Persema Malang itu masih punya tenaga segar dalam diri Ahmad Baasith, Dio, dan juga Sugeng Efendi.

Sejak direkrut, Arnaud memang diproyeksikan sebagai ujung tombak andalan Persela. Ia bakal memiliki pendamping hebat dalam sosok Diego dan Saddil. Kendati demikian, trio ini wajib membuktikan kepaduan dan ketajamannya. Di sisi lain, Aji juga masih punya Fahmi dan Bima Nandaka sebagai alternatif walau keduanya masih tergolong hijau.

Prediksi: Finis di peringkat 10-14 klasemen akhir.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional