Berita Eropa

Wahai Lech Poznan, Hati-Hati dengan Warganet Indonesia!

Laga Lech Poznan melawan Lechia Gdansk berlangsung panas. Dua hari menjelang pertandingan, Poznan melancarkan psywar dengan membuat poster berbahasa Indonesia dengan menuliskan kalimat pengantar berbahasa Indonesia pula.

Psywar yang dimenangkan oleh Poznan ini merembet ke dalam lapangan. Poznan berhasil mengalahkan Lechia Gdansk dengan skor mencolok, 3-0. Kekalahan yang membuat posisi Lechia semakin tertekan di papan klasemen.

Tak hanya klubnya yang melakukan psywar, suporter Lech Poznan pun mahir melalukan psywar. Kali ini dengan spanduk yang dibentangkan oleh kelompok Ultras Poznan. Dilansir dari akun Twitter @Owskimateusz, spanduk tersebut bernada vulgar (maaf), “Sial Pelacur”.

Merasa harga diri Egy yang merupakan kebanggan Indonesia diusik, warganet Indonesia pun menyerang balik Lech Poznan. Mereka menyerang akun Instagram Lech Poznan, @lechpoznan1922.

https://www.instagram.com/p/BgZpr2whCaV/

Di unggahan tersebut, sampai berita ini selesai dibuat, terdapat 120 ribu lebih komentar yang masuk. Jangan harap komentar tersebut berisikan pujian atau ucapan selamat atas kemenangan melawan Gdansk, sebab mayoritas komentar tersebut berisikan komentar bernada cacian. Meskipun tak semuanya bernada cacian, karena ada pula yang menuliskan lirik lagu “Jaran Goyang” yang dipopulerkan Nella Kharisma!

Jumlah komentar di unggahan tersebut dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pengikut akun Instagram Lech Poznan. Artinya, mereka yang mencaci maki Lech Poznan tak mengikuti akun tersebut alias hanya numpang mencaci saja.

Kekuatan warganet Indonesia memang sangat hebat. Tak hanya mencaci, warganet juga dulu pernah memberikan sanjungan untuk akun pesepak bola asing lain. Adalah Quincy Kammeraad, kiper timnas Filipina U-19 yang gawangnya pernah dibobol tujuh gol oleh timnas Indonesia U-19 saat Piala AFF U-18.

Saat itu Kammeraad diberi kartu merah akibat melanggar Feby Eka Putra di menit ke-88. Ia tertangkap kamera berjalan keluar lapangan sambil menangis. Ia tak kuat menahan beban dan kesedihan yang teramat dalam.

Setelah pertandingan, warganet Indonesia ramai-ramai menyerbu akun Instagram Kammeraad dan memberikan dukungan. Keganasan warganet Indonesia berubah menjadi aksi simpatik.

Warganet Indonesia memang yang terbaik. Mereka bisa menjadi hantu yang menakutkan dan menjadi sosok ibu yang sangat baik hati. Satu yang harus dipelajari oleh orang Indonesia: budaya psywar di sepak bola Eropa lebih keras dibandingkan di Indonesia. Dan untuk Lech Poznan, selamat menikmati sepak terjang warganet Indonesia!

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com