Turun Minum Games

Pengalaman Saya Memakai Lechia Gdansk tanpa Egy Maulana Vikri di FIFA 18

Bermain gim sepak bola di waktu senggang memang mengasyikkan. Dulu, saya adalah penggemar gim Pro Evolution Soccer (PES) atau sering juga disebut Winning Eleven (WE). Saat masih kecil, saya lebih suka bermain gim bola bersama kakak-kakak saya ketimbang bermain gim lain.

Gameplay-nya menarik, hampir mirip dengan aslinya. Grafisnya juga luar biasa dan mode permainan seperti Master League dan Become a Legend adalah salah satu inovasi terbaik mereka. Saya bermain PES sampai zaman SMA sebelum beralih sepenuhnya ke FIFA ketika berada di bangku kuliah.

FIFA bisa dibilang lebih populer dibandingkan PES saat ini. Saya tidak akan membuat perbandingan mana gim yang paling bagus di antara keduanya, karena kedua gim tersebut memiliki keunggulannya masing-masing. Saya pun beralih ke FIFA karena teman-teman saya lebih banyak memainkan gim tersebut.

Bermain FIFA setelah bekerja merupakan oasis bagi saya dan rekan-rekan saya di Football Tribe Indonesia. Singkat cerita, sambil menunggu pertandingan Liga Champions antara Besiktas melawan Bayern München dan juga Barcelona dengan Chelsea, kami pun bermain FIFA 18.

Saya mendapat kesempatan untuk bertanding dengan Chief Editor Football Tribe Indonesia, Isidorus Rio. Sebelum bertanding, kami sempat berunding terlebih dahulu apakah akan memakai tim kecil atau tim besar. Kamu berdua lalu memutuskan untuk memakai tim kecil.

Saya pun berpikir akan memakai tim mana. Biasanya saya memakai tim-tim papan bawah Liga Primer Inggris, namun kali ini otak saya berpikiran lain. Karena saya ingat berita tentang Egy Maulana Vikri sedang hangat-hangatnya, saya pun memutuskan untuk memakai Lechia Gdansk. Saya tahu dan paham bahwa saya tidak akan menemukan nama Egy di FIFA 18. Melihat saya memakai Lechia, Chief Editor saya itu pun memutuskan untuk memakai Lech Poznan, lawan Lechia berikutnya di Liga Polandia pekan ini.

Di pilihan jersey, saya pun memilih jersey putih dengan strip hijau seperti yang dikenakan Egy saat diperkenalkan oleh Lechia beberapa hari lalu. Menyetel pengaturan kontrol lalu masuk ke menu pemilihan skuat pemain. Jika bicara jujur, saya tidak terlalu mengenal baik pemain-pemain yang ada di Lechia. Sebelum memulai pertandingan, saya pun menyusuri satu per satu pemain yang ada.

Baca juga: Kira-Kira, Berapa Rating FIFA Egy Maulana Vikri untuk FIFA 19?

Formasi yang saya gunakan adalah formasi standar yang sudah disediakan, yaitu 3-4-1-2, di mana formasi ini juga digunakan oleh Lechia ketika berhadapan Legia Warsawa pekan lalu. Pemain-pemain yang menjadi starter pun sama persis, mungkin karena update FIFA yang mengikuti pertandingan asli.

Saya pun memutuskan untuk tidak mengubah formasi dan susunan pemain yang sudah ada. Di kiper, ada Dusan Kuciak yang memiliki rating 71. Saya agak khawatir dengan trio lini belakang Lechia, yaitu Grzegorz Wojtkowiak, Joao Nunes, dan Adam Chrzanowski yang sedang turun rating-nya, namun saya memutuskan untuk tidak mengganti mereka. Di lini tengah, ada beberapa pemain yang mendapat sorotan saya. Ada Daniel Lukasik, Slawomir Peszko, dan mantan pemain Juventus, Milos Krasic. Di lini depan juga ada duo Paixao.

Tanpa mengutak-atik pemain yang ada, saya pun mantap untuk melawan Lech Poznan. Sebelumnya, perlu diingat bahwa skill saya bermain FIFA itu pas-pasan. Saya lebih mengandalkan kecepatan pemain untuk menciptakan gol di gim ini. Ketika memutuskan untuk memakai Lechia, saya tidak berekspektasi tinggi bahwa para pemainnya dapat bermain sesuai dengan gaya saya.

Tapi ternyata saya keliru. Meski tidak cepat-cepat amat, para pemain Lechia masih terasa ringan untuk dimainkan. Merasa nyaman, saya pun berhasil unggul dua gol terlebih dahulu lewat gol dari Krasic dan Peszko. Lawan saya yang tak mau kalah berhasil memperkecil jarak setelah pemain andalan Lech Poznan, Radoslaw Majewski, mencetak sebuah gol.

Saya yang tidak ingin dibalap membuat sebuah gol tambahan. Umpan satu-dua terasa enak digunakan menggunakan para pemain Lechia, dan Peszko pun menciptakan gol keduanya di pertandingan ini. Mungkin karena sudah merasa aman, saya pun lengah dan membiarkan Chief Editor saya mencetak gol keduanya. Dia mencetak gol penyama kedudukan lewat eksekusi tendangan bebas Majewski dan tak lama, sebuah gol penentu kemenangannya pun tercipta. Hasil akhir, saya kalah 4-3.

Setelah selesai bermain, saya pun membayangkan jika Egy sudah dimasukkan ke dalam FIFA 19 nanti. Kami sudah membuat artikel mengenai rating dari Egy di FIFA, dan jika benar nantinya pace dari Egy adalah 84, kemampuannya tersebut pastinya akan memanjakkan para pemain FIFA yang menggunakan Lechia. Jika sudah hadir di FIFA, kemungkinan saya akan menggunakannya sebagai gelandang serang, menarik ke belakang Krasic untuk menggantikan Simeon Slavchev yang kurang masuk ke dalam permainan saya.

Saya pastinya akan menunggu kehadiran Egy di dalam gim FIFA 19 nanti dan akan menggunakan Lechia lagi untuk mengetes kemampuan pemain muda asal Indonesia itu.

Author: Budy Darmawan (@budydiew)
Penyuka sepak bola