Selayaknya provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga sangat menggemari sepak bola. Hal ini jugalah yang mendasari lahirnya beberapa klub sepak bola profesional dari DIY, dengan Persiba Bantul, PSIM Yogyakarta, dan PSS Sleman sebagai yang terpopuler.
Akan tetapi, performa tiga kesebelasan di atas sedang berada di momen yang kurang baik. Pasalnya, tak ada satu pun dari mereka yang bertarung di kasta teratas sepak bola Indonesia, Liga 1. PSIM dan PSS per musim depan masih harus berlaga di Liga 2, sedangkan Persiba justru terjerembab di Liga 3 usai terdegradasi dari Liga 2 musim kemarin.
Jika dibandingkan dengan wakil provinsi lain seperti Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), PSIM, PSS dan Persiba jelas tertinggal cukup jauh.
Hal itu terjadi sebab DKI punya Persija Jakarta, Jabar dengan Persib Bandung, Jateng diwakili PSIS Semarang, sementara Jatim mengirim empat utusan sekaligus dalam wujud Arema FC, Madura United, Persebaya Surabaya, dan Persela Lamongan di Liga 1.
Bahkan jika menghitung tim-tim yang fakir sejarah seperti Bhayangkara FC (musim lalu bermukim di Bekasi, Jabar) dan PS TIRA (dahulu bernama PS TNI serta bermarkas di Bogor, Jabar), klub-klub asal DIY tentu semakin tersudut.
Kalaupun ada yang ‘setara’ dengan mereka di Pulau Jawa, maka tim-tim asal provinsi Banten semisal Cilegon United, Perserang Serang dan Persita Tangerang bisa diapungkan lantaran tim-tim ini juga berkompetisi di Liga 2.
Walau tak ada satu klub asli DIY yang mentas di Liga 1 musim 2018 nanti, tapi gegap gempita Liga 1 bakal terasa meriah di DIY. Kondisi itu tercipta setelah beberapa kesebelasan dari Pulau Jawa lain yang berlaga di Liga 1 berduyun-duyun mengajukan sejumlah stadion yang amat representatif di kawasan DIY sebagai calon kandang mereka. Sebuah ironi yang menyakitkan bagi penggila sepak bola, khususnya tim-tim lokal di DIY.
Per awal tahun 2018, PS TIRA sudah mengumumkan diri bahwa mereka mengganti namanya sekaligus pindah homebase ke DIY. Klub yang dibesut oleh Rudy Eka Priyambada ini bakal menggunakan Stadion Sultan Agung di Bantul sebagai kandang resmi mereka guna mengarungi musim anyar.
Baca juga: PS Tira, ‘Klub Baru’ di Liga 1 2018
Sementara itu, PSIS Semarang telah mengajukan beberapa stadion di DIY seperti Stadion Sultan Agung plus Stadion Maguwoharjo di Sleman untuk dijadikan kandang sementara mereka di Liga 1 2018 kepada asosiasi sepak bola Indonesia dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi.
Hal ini terpaksa dilakukan PSIS karena Stadion Jatidiri yang menjadi kebanggaan masyarakat Semarang tengah direnovasi besar-besaran agar semakin representatif dan layak menggelar pertandingan-pertandingan kelas wahid, termasuk bagi tim nasional Indonesia.
Awalnya, manajemen Laskar Mahesa Jenar mengajukan Stadion Moch. Soebroto di Kota Magelang sebagai calon kandang buat bertempur di musim baru. Namun nahas, stadion yang disebut terakhir ini gagal lolos verifikasi PT. LIB sehingga mereka mengajukan dua stadion di DIY itu sebagai alternatif buat menggelar laga home.
Belum cukup sampai di situ, baru-baru ini muncul pula kabar tentang pengajuan Persija untuk menggunakan Stadion Sultan Agung sebagai kandang alternatif.
Dilansir oleh Goal, kubu Macan Kemayoran melakukannya sebagai langkah antisipasi sulitnya pemakaian Stadion Gelora Bung Karno maupun stadion-stadion yang dekat dari Jakarta akibat penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti.
Untuk memudahkan izin penggunaan Stadion Sultan Agung, manajemen Persija bahkan sudah melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Bantul
Andai kepastian yang sudah ada (seperti PS TIRA) dan beberapa kemungkinan di atas (pengajuan PSIS dan Persija) terealisasi, maka DIY bakal sangat riuh dengan pertandingan-pertandingan Liga 1 per musim anyar mendatang.
Saban pekan, klub-klub dari berbagai daerah di Indonesia akan datang ke wilayah yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X tersebut guna berduel di atas lapangan hijau dan mengumpulkan kemenangan.
Namun sayang beribu sayang, hal itu justru tidak dilakukan oleh klub-klub asli DIY. Sebuah ironi yang semoga saja tidak berlanjut di musim-musim kompetisi selanjutnya.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional