Cerita

Gugurnya Rivalitas Juventus dan Fiorentina di Pemakaman Davide Astori

Sepak bola antarklub di Italia menyimpan banyak rivalitas. Salah satu rivalitas yang paling panas adalah antara Juventus dan Fiorentina. Berbeda dengan rivalitas lain yang biasanya didasari oleh faktor geografis atau berebut trofi, rivalitas antara Juventus dan Fiorentina murni didasari oleh kebencian antara satu sama lain.

Permusuhan di antara keduanya dimulai di tahun 1982. Kala itu, Fiorentina memiliki peluang besar untuk menjuarai Serie A. Namun, harapan mereka musnah setelah di laga terakhir, mereka hanya meraih hasil imbang, sementara, siapa lagi kalau bukan Juventus, meraih kemenangan. Hasil yang didapat kedua tim ini terhitung kontroversial, sebab gol yang dicetak Fiorentina ke gawang Cagliari dianulir, sementara Juventus ‘dihadiahkan’ penalti di laga melawan Catanzaro.

Semenjak itu, kebencian mendalam pun dirasakan oleh pihak Fiorentina ke Juventus. Tak hanya sekali mereka menganggap Nyonya Tua telah ‘mencurangi’ mereka. Salah satu peristiwa yang menyulut kemarahan kubu Fiorentina dengan hebat adalah perihal pembajakan Roberto Baggio oleh Juventus.

Di tahun 1990, Baggio yang merupakan pemain kesayangan La Viola, diakuisisi oleh Juventus dengan biaya yang kala itu memecahkan rekor transfer di Italia. Tak tanggung-tanggung, kerusuhan pun terpercik akibat transfer ini. Markas Fiorentina diserang oleh pendukungnya sendiri, setelah Baggio mengaku bahwa ia sebenarnya tak ingin pindah ke Juventus.

Berangkat dari dua kejadian ini, hingga kini, pertemuan antara kedua klub ini selalu diwarnai aksi panas nan kontroversial. Namun, ada satu momen yang mampu membuat kedua pihak bersatu. Sayangnya, momen ini bukanlah momen yang menyenangkan hati. Permusuhan antara Juventus dan Fiorentina menguap di pemakaman kapten La Viola, Davide Astori, tanggal 9 Maret lalu.

Ada kisah mengharukan yang terjadi sehari sebelum pemakaman Astori, yang melibatkan skuat Juventus. Dilansir dari Lanazione, kala itu, I Bianconerri baru saja meraih kemenangan penting atas Tottenham Hotspur di pertandingan leg kedua Liga Champions yang bertempat di Stadion Wembley, London. Meski meraih kemenangan penting, tak ada senyum lebar di wajah para pemain Juventus. Mereka semua masih terpukul atas kepergian Astori yang begitu tiba-tiba.

Di ruang ganti, sang kapten, Gianluigi Buffon, berkata kepada rekan-rekannya bahwa ia dan Massimiliano Allegri, sang manajer, berhasil menyewa satu pesawat pribadi yang bisa membawa mereka pergi ke Florence di pukul empat pagi esok harinya untuk menghadiri pemakaman Astori.

Buffon juga menambahkan bahwa tak ada kewajiban bagi rekan-rekannya untuk ikut, mengingat pertandingan melawan Spurs baru saja berakhir. Selain itu, pesawat yang disewa hanya mampu menampung 12 orang, sudah termasuk Buffon dan Allegri.

Apa yang terjadi di subuh keesokan harinya sungguh mengharukan. SEMUA pemain Juventus hadir di bandara untuk turut serta terbang ke Florence!

Sayang, kapasitas pesawat yang terbatas hanya bisa menampung beberapa pemain dan staf, yaitu Giorgio Chiellini, Medhi Benatia, Miralem Pjanic, Andrea Barzagli, Claudio Marchisio, Daniele Rugani, Buffon, Allegri dan asistennya, Marco Landucci. 12 orang ini disusul oleh Federico Bernardeschi, yang membawa mobilnya dari Turin ke Florence. Bernardeschi memang tak ikut ke London karena tengah cedera.

Setelah tiba di Basilika Santa Croce, tempat prosesi pemakaman Astori, pintu belakang telah disiapkan untuk skuat Juventus yang baru tiba. Pintu belakang ini disiapkan demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat betapa dibencinya mereka di Florence.

Namun, Buffon sebagai pemimpin tim menolak usulan tersebut, dan mengatakan bahwa mereka akan masuk dari pintu depan, selayaknya tamu lainnya. Pemandangan yang tak lazim namun mengharukan pun terjadi. Kedatangan Buffon dan kolega disambut oleh ribuan suporter Fiorentina yang menghadiri prosesi pemakaman. Mereka mendapatkan tepuk tangan yang panjang, sesuatu yang mungkin hanya akan sekali terjadi sepanjang sejarah kedua klub.

Buffon pun merasa bangga sekaligus terharu atas sambutan yang diberikan kepada dirinya dan rekan-rekannya.

“Pergi ke Florence bagi Juventus bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, ketika kami tiba, suporter Fiorentina menyambut kami dan berterima kasih pada kami. Kehadiran mereka membuat saya merasa bangga. Ini adalah perpisahan terakhir yang dapat kami berikan tak hanya bagi teman baik kami, namun juga salah satu orang terbaik yang ada di sepak bola.”

Ujar-ujar bahwa ada hal yang lebih besar dari sepak bola memang benar. Kedua tim boleh saja saling membenci, rivalitas adalah hal yang wajar dalam sepak bola. Namun, baik skuat Juventus maupun suporter Fiorentina mampu mengantar Astori pergi ke surga dengan senyuman, melihat kedua pihak yang saling membenci mengantarnya dengan penuh kedamaian.

Riposa in pace, Davide Astori.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket