Simon McMenemy, manajer muda asal Skotlandia, mampu mencuri perhatian di kancah Asia Tenggara kala menjadi pelatih kepala timnas Filipina di Piala AFF 2010. Kala itu, Filipina masih menjadi negara yang belum diperhitungkan di Asia Tenggara. Namun, McMenemy berhasil menciptakan kejutan kala The Azkals berhasil menembus semifinal sebelum akhirnya takluk oleh Indonesia.
Berangkat dari situ, McMenemy mulai mendapat reputasi di Asia Tenggara. Selepas dilepas oleh timnas Filipina, ia menjadi manajer dari klub Vietnam, Dong Tam Long An. Selepas itu, ia hijrah ke Indonesia untuk menangani Mitra Kukar, lalu pindah ke Pelita Bandung Raya. Ia juga sempat pindah ke Maladewa untuk melatih New Radiant, kembali ke Filipina untuk menangani Loyola Meralcom, sebelum akhirnya berlabuh ke Bhayangkara FC tahun 2016 lalu.
Prestasinya bersama Bhayangkara FC ketika menjuarai Liga 1 2017 lalu menjadi puncak dari karier manajerialnya sejauh ini. Atensi pun kembali membanjirinya. Kali ini, ia bahkan menarik perhatian dari media ternama dari Inggris, BBC.
Hari ini (8/3), BBC menerbitkan artikel tentang McMenemy sebagai manajer Britania berkualitas yang belum pernah terdengar namanya. Di situ, diceritakan tentang bagaimana McMenemy berhasil meraih prestasi apik jauh dari negeri kelahirannya, serta pahit dan manisnya bekerja di Asia Tenggara. Mulai dari kekagumannya akan perkembangan sepak bola yang begitu cepat antara sebelum dan setelah kedatangannya, mencapai kesepakatan dengan New Radiant lewat Twitter, hingga menghadapi ular yang menyerbu pekarangan rumahnya di Kalimantan.
Tentunya, prestasinya bersama Bhayangkara FC musim lalu mendapat tempat khusus di artikel tersebut. Di situ, dituliskan bahwa ia bisa menjadikan Bhayangkara seperti tim Leicester City yang berhasil menjuarai Liga Primer Inggris dua musim lalu.
“Saya tahu saya memiliki kesempatan. Saya melihat Bhayangkara sebagai tim papan tengah, tim yang tak diunggulkan, namun saya percaya pada tim ini,” ungkap McMenemy ketika ia memutuskan untuk melatih Bhayangkara.
Kepercayaan McMenemy terhadap timnya akhirnya terbukti. Pada akhirnya, ia berhasil membawa timnya yang pada awalnya tak diperhitungkan, menjadi juara. Reputasi McMenemy memuncak, ia bahkan dinamakan sebagai manajer terbaik di Asia Tenggara oleh FourFourTwo.
Di artikel tersebut, McMenemy juga mengomentari tentang fenomena manajerial di Britania, khususnya Inggris. Ia menyatakan bahwa di Inggris, manajer muda kurang diberi kesempatan, baik oleh klub maupun tim nasional.
“Ada banyak ketidakpuasan dari para pelatih muda karena klub-klub di sana hanya menukar pelatih tua dengan pelatih tua lainnya. Ke mana mereka? Mengapa kita tak belajar dari negara seperti Jerman, di mana banyak pelatih muda yang sukses?”
Ia juga menyatakan bahwa ia sempat melamar di klub Skotlandia bernama Clyde, namun ia dianggap tak memiliki pengalaman yang cukup di negara asalnya. Namun, ia tetap berharap ia dapat melatih di negara asalnya.
“Saya berharap waktu saya untuk melatih di Inggris akan datang. Saya tahu nama saya tak populer, namun pengalaman saya tentunya bisa berbicara.”
Di usia yang baru menginjak 40 tahun, McMenemy berhasil menguasai Asia Tenggara. Kini, ia tentunya tengah fokus untuk musim baru bersama Bhayangkara. Namun, di masa depan, ia mungkin akan fokus untuk menghadapi musim baru di tanah Britania sana.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket