Cerita

Pascal Groß, Wildcard yang Patut Dipertimbangkan Jerman di Piala Dunia

Angin dingin masih berembus kencang di tanah Inggris, membuat salju enggan beranjak pergi. Alhasil, kebekuan pun muncul di mana saja, tak terkecuali stadion-stadion sepak bola nan megah yang ada di sana.

Namun di sebuah kota yang berada di selatan Inggris dan berhadapan langsung dengan Selat Channel, Brighton & Hove, angin hangat berembus mengikis kebekuan. Angin tersebut berarak dari Stadion Falmer, markas sebuah klub sepak bola dari kota berpopulasi 275 ribu orang itu, Brighton & Hove Albion.

Teruntuk penggemar Liga Primer Inggris sejak era 1990-an, nama Brighton & Hove jelas kurang familiar. Pasalnya, klub yang pernah ditukangi manajer legendaris Inggris, Brian Clough ini, merumput terakhir kali di kasta teratas  pada musim 1982/1983 silam.

Berasal dari Jerman, angin hangat itu menghadirkan asa nan cemerlang bagi The Seagulls untuk menjalani kampanye mereka di Liga Primer Inggris musim ini, setidaknya untuk mengemban misi selamat dari jerat relegasi. Ya, angin hangat yang saya maksud itu adalah gelandang bernomor punggung 13, Pascal Groß.

Direkrut Brighton & Hove dari Ingolstadt dengan biaya sekitar 3 juta paun, tak ada ekspektasi berlebih yang mengiringi kehadiran Groß di Stadion Falmer. Manajemen The Seagulls sendiri membulatkan keputusan buat merekrut sang pemain guna memenuhi kebutuhan Chris Hughton yang duduk sebagai pelatih.

Namun seiring waktu, kehadiran Groß di sektor tengah Brighton & Hove terasa semakin krusial. Pemain berumur 26 tahun ini merupakan otak permainan tim dan sering jadi inisiator serangan. Jangan kaget bila ketergantungan klub yang berdiri pada 24 Juni 1901 itu kepada Groß sangat tinggi.

Keserbabisaan Groß membuatnya bisa menempati beberapa posisi di ruang mesin The Seagulls, mulai dari gelandang tengah, gelandang serang, hingga second striker, sehingga memberi banyak opsi taktik buat sang pelatih. Keahliannya dalam mengeksekusi bola-bola mati juga membuat Hughton tak ragu untuk menunjuknya sebagai salah satu algojo andalan tim.

Tanpanya, The Seagulls acapkali bermain tanpa arah, mirip layangan putus. Berdasarkan statistik via Transfermarkt, Groß sudah bermain sebanyak 29 kali di Liga Primer Inggris 2017/2018. Catatan itu membuatnya jadi salah satu pemain yang belum sekalipun absen merumput di liga paling glamor seantero Bumi tersebut.

Di sisi lain, kegagalan Brighton & Hove melaju jauh di ajang Piala FA dan Piala Carabao disinyalir sebagai akibat dari keputusan Hughton yang tak pernah sekalipun memainkan Groß.

Dari partai-partai yang sudah dimainkannya di Liga Primer Inggris, Groß mampu mengemas 5 gol dan 8 asis. Performanya itu membuat dirinya jadi pemain Brighton & Hove yang paling sering terlibat secara langsung dalam gol-gol yang sukses dibukukan oleh tim.

Tidak hanya itu, Groß pun menjadi salah satu penggawa favorit para manajer yang bermain gim Fantasy Premier League. Kendati berharga murah (cuma 5,9 paun), impek figur setinggi 181 sentimeter ini terbilang cukup signifikan karena sanggup mengemas 133 poin sampai gameweek ke-29.

Performa apik yang diperlihatkan Groß bersama Brighton & Hove sejauh ini tentu menyenangkan hati semua elemen yang di kubu The Seagulls dan pastinya, manajer gim fantasy yang menggunakan jasanya.

Berkat aksi-aksi menawannya, Groß berhasil mengantar The Seagulls nangkring di posisi ke-10 klasemen sementara. Dengan modal 34 poin, mereka masih punya kans buat lolos ke ajang Liga Europa.

“Kami beruntung mendapatkannya di bursa transfer musim panas kemarin. Groß adalah figur yang sangat cerdas dalam bermain sehingga membantu kami untuk jadi lebih baik dari waktu ke waktu”, papar Hughton seperti dilansir Daily Mail.

Namun perlu diwaspadai pula oleh Brighton & Hove, koleksi poin yang mereka miliki saat ini juga masih berpotensi untuk terseret arus degradasi andai gagal tampil baik di sejumlah partai sisa lantaran cuma unggul tujuh angka dari Crystal Palace yang duduk di posisi ke-18.

Walau begitu, ada satu pertanyaan yang tengah akrab di telinga lelaki asal Mannheim ini. Apalagi kalau bukan peluangnya untuk memakai seragam tim nasional Jerman di Piala Dunia 2018 mendatang. Berkaca pada semua yang telah dipertontonkan Groß sampai detik ini, wajar bila pertanyaan itu mengemuka.

Bisa dikatakan, Groß merupakan salah satu pemain asal Jerman yang paling berkilau musim ini meski hanya memperkuat tim kecil dengan status promosi. Tapi seperti yang sama-sama kita ketahui, Jerman bukanlah negara yang miskin sumber daya pemain.

Khusus di lini tengah, Die Mannschaft asuhan Joachim Löw punya nama-nama ciamik nan berkelas macam Mario Götze, Ilkay Gündogan, Sami Khedira, Toni Kroos, dan Mesut Özil.

Di luar nama-nama itu, Löw masih punya amunisi lain dalam sosok Julian Brandt, Emre Can, Julian Draxler, Leon Goretzka, dan Leroy Sane yang tak kalah hebatnya. Makin terlihat ajaib karena ‘hanya’ dengan nama-nama belia ini saja, Jerman masih mampu mencaplok trofi di ajang Piala Konfederasi 2017 lalu.

Selain sepuluh nama gelandang di atas, Die Mannschaft pun masih punya Kerem Demirbay, Diego Demme, Sebastian Rudy, Julian Weigl, serta Amin Younes. Hal ini bermakna bahwa peluang Groß untuk dipanggil timnas Jerman, lebih-lebih dibawa ke Piala Dunia 2018 nanti cukup kecil.

Meski begitu, Groß tak sepatutnya patah arang karena waktu untuk membuktikan diri masih terhampar luas di hadapannya. Asal konsisten, termasuk membawa Brighton & Hove bertahan di Liga Primer Inggris, bukan tidak mungkin Löw akan mempertimbangkannya dengan lebih sungguh-sungguh.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional