Sebenarnya Persekabpas Pasuruan bukan pijakan pertama Zah Rahan di sepak bola Indonesia. Justru Persekaba Badung-lah yang pertama kali memakai jasa pemain ini di Liga Indonesia, tapi harus diakui bahwa nama Zah Rahan memang lebih identik dengan Persekabpas di awal petualangannya menaklukkan rimba sepak bola Indonesia.
Zah Rahan di Persekabpas adalah dewa (jika menyebutnya “tuhan” dianggap berlebihan). Tanpa bermaksud mengecilkan kontribusi pemain lainnya, tapi penampilan Zah Rahan memang yang paling menonjol, terutama di Liga Indonesia 2006. Di bawah komando pelatih Subangkit, Laskar Sakera saat itu menjadi kuda hitam yang sangat merepotkan tim-tim besar.
Beroperasi di sektor gelandang serang, Zah Rahan adalah pusat serangan Persekabpas. Di kedua sisi ia diapit Siswanto (kiri) dan Kasan Soleh (kanan). Di belakangnya berdiri dua pivot tangguh dalam diri Uilian Souza dan Francisco Rotuno. Di depannya, bercokol duet Supaham dan Alfredo Figueroa, lalu disempurnakan trio Heri Ismanto, Murphy Kumonple, dan Jordy Kartiko di lini belakang.
Persekabpas saat itu mengusung formasi 3-5-2 laiknya tim-tim lain di Liga Indonesia, yang terkadang beralih ke 3-6-1 atau formasi lainnya sesuai kebutuhan. Namun, satu yang pasti adalah, Zah Rahan harus bermain. Iya, harus, karena dia tidak hanya istimewa tapi juga luar biasa.
Bagi kalian yang hobi bermain futsal atau sepak bola bersama teman, mungkin pernah memiliki rekan setim yang sangat jago dan seringkali bola langsung diarahkan padanya, dengan harapan dapat tercipta keajaiban. Itulah yang dilakukan Zah Rahan di Persekabpas Pasuruan.
Tahun 2006 yang bersejarah
Seperti yang dituliskan di awal tulisan, Zah Rahan adalah dewa. Dia adalah satu dari segelintir pemain asing di Liga Indonesia yang menjadi pilar di tim nasionalnya. Bersama timnas Liberia, Zah Rahan telah tampil di beberapa kejuaraan besar, seperti Piala Afrika dan Piala Presiden (bukan yang turnamen pra-musim itu).
Sewaktu muda gaya bermainnya kerap disamakan dengan Alex Song yang masih bermain di Arsenal saat itu. Lalu karena pergerakannya yang lincah dan stamina yang di atas rata-rata, ia juga sering dibandingkan dengan Michael Essien yang masih menikmati masa-masa indah di Chelsea dan mungkin tidak terbayangkan suatu saat akan berseragam Persib Bandung.
Kembali ke Zah Rahan yang merupakan pemain kunci Persekabpas, Laskar Sakera di tahun 2006 dibawanya menembus putaran kedua setelah menghuni peringkat 4 Wilayah Barat. Sebuah peningkatan pesat, mengingat di musim sebelumnya Persekabpas hanya finis di posisi 6.
Mereka kemudian tergabung di Grup B bersama para tim raksasa seperti Persija Jakarta dan PSM Makassar, serta klub kuda hitam lainnya, Persmin Minahasa. Hebatnya, ujian di fase ini dilalui Zah Rahan beserta kolega dengan mulus. Mereka berhak ke semifinal setelah memuncaki klasemen dengan 7 poin, termasuk satu poin yang didapat dari laga dramatis kontra Persmin.
Namun sayangnya, dongeng Persekabpas berakhir di babak ini. Berjumpa dengan PSIS Semarang yang juga rival mereka di Wilayah Barat, Laskar Sakera takluk 0-1 lewat gol Imral Usman di menit ke-10. Euforia pun sirna seketika, tapi sinar Zah Rahan tidak redup saat itu juga.
Persekabpas adalah awalan dari kariernya yang terus menanjak. Pada 2007 ia dipinang Sriwijaya FC dan meraih mahkota juara Liga Indonesia 2007/2008 serta tiga trofi Piala Indonesia, lalu di Persipura Jayapura dalam periode 2010-2014 ia sempat menikmati dua gelar Liga Super Indonesia, yakni pada 2010/2011 dan 2012/2013.
***
Zah Rahan, meskipun hari ini usianya genap menginjak 33 tahun, ia tetap merupakan salah satu gelandang asing terbaik di Liga Indonesia. Dengan postur yang kecil untuk ukuran pemain asing dari Afrika bahkan terlihat seukuran dengan para gelandang lokal, Zah Rahan justru acapkali berjasa besar di tim-tim yang dibelanya.
Setelah sejak 2014 lalu berkelana di Liga Malaysia, ia kini kembali ke Indonesia. Madura United menjadi pelabuhan terbarunya, dan bersiap kembali menorehkan tinta emas dalam perjalanan kariernya, di klub Jawa Timur lagi. Uniknya, ia baru resmi diperkenalkan semalam yang hanya sehari sebelum ulang tahunnya.
Selamat ulang tahun, Zah Rahan. Salam settong dhere!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.