Semua jelas terkesan dengan film Black Panther yang secara visual bisa menggambarkan kebesaran kebudayaan Afrika. Padahal jauh sebelum film tersebut rilis, dunia sepak bola sudah membuat benua Afrika terus tersorot. Jauh sebelum T’Challa, ada sosok yang secara kasat mata bisa membuat seluruh Afrika berbangga, seorang “pangeran” dengan nama Kevin-Prince Boateng.
Kevin-Prince Boateng mulai tersohor ketika ia gagal mengeksekusi penalti di final Piala FA 2010 ketika ia membela Portsmouth. Tetapi beberapa bulan kemudian ketika ia membela Ghana di Piala Dunia 2010, Afrika Selatan, ia berhasil membawa The Black Stars melaju hingga babak perempat-final. Lebih jauh ketimbang negara-negara lain yang mewakili Afrika di Piala Dunia pertama yang digelar di benua tersebut.
Kepindahannya ke AC Milan pada tahun 2010 membuat namanya semakin melambung. Mendaratnya Kevin-Prince Boateng ke Italia, membuat ia melesat menuju jajaran yang sama dengan para pemain hebat asal Afrika lain seperti Samuel Eto’o, Didier Drogba, dan tentunya senior di timnas Ghana, Michael Essien.
Nama “Prince” yang memiliki makna mendalam
Kevin-Prince Boateng adalah anomali di antara para pesepak bola top Afrika yang lain. Ia merupakan sosok yang paling sesuai untuk menjadi perwakilan benua kaya budaya tersebut di lingkup sepak bola secara global. Kevin-Prince Boateng adalah perwujudan yang paling pas sebagai “pangeran dari Afrika”.
Nama depannya memang unik, Kevin-Prince. Pemain yang kini membela Eitracht Frankfurt ini berujar bahwa ia lebih senang dipanggil Prince saja. Dalam sebuah wawancara ia menyebut bahwa dirinya tidak terlalu menyukai kata “Kevin” yang merupakan bagian dari nama depannya itu. Hal ini disebabkan ternyata nama tersebut merupakan kesalahan dari rumah sakit tempat ia dilahirkan. Ada kesalahan mencatat di mana sebenarnya nama depannya adalah Kelvin-Prince. Ia sendiri beranggapan bahwa kata Prince juga memiliki makna yang lebih mendalam.
Ada banyak hal yang membuat Prince merupakan sosok yang tepat untuk mengemban julukan sebagai pangeran Afrika. Pertama dari parasnya yang memang tampan. Boleh jadi karena ia memiliki darah campuran dari Jerman yang membuat menjadi berbeda. Bahkan paras tampannya ini sampai membuat pemimpin revolusi Afrika Selatan, Nelson Mandela, bahkan sampai ingin Prince menikahi putri kesayangannya.
Secara permainan, Prince berbeda dengan kebanyakan pemain Afrika yang lain. Prince memiliki sesuatu yang jarang sekali ada di diri para pemain asal benua tersebut. Soal kecepatan, tenaga, dan insting mematikan di kotak penalti memang merupakan atribut yang khas dari pemain depan asal Afrika seperti yang dimiliki oleh Didier Drogba, Samuel Eto’o, dan juga rekan senegara Prince, Asamoah Gyan.
Prince juga merupakan gabungan dari tenaga, kecepatan, dan teknik. Yang berbeda adalah karakteristik flamboyan yang tidak dimiliki oleh para pemain asal Afrika lain. Anda bisa melihat kembali gol yang dicetak Prince ke gawang Barcelona di Liga Champions musim 2012/2013. Pergerakan dan triknya sebelum menembak bola adalah bagian dari sisi flamboyan seorang Prince.
Permainan Prince sendiri membuat dirinya menjadi seorang trequartista yang cukup dihormati di Italia sana. Padahal ada beberapa anggapan bahwa selain pemain Italia asli, rasanya akan sulit mengemban peran sebagai pemain yang banyak beroperasi di sepertiga lapangan akhir bagian penyerangan tersebut.
Sifat flamboyan ini yang membuat Prince tetap dihormati meskipun ia tidak memiliki gelar juara sebanyak Drogba atau Eto’o. Keputusan Prince untuk memilih Ghana ketimbang Jerman padahal memiliki kesempatan untuk melakukannya, membuat ia semakin dihormati dan dicintai oleh publik Afrika.
Hari ini, 6 Maret, merupakan ulang tahun sang pangeran dari Afrika, Kevin-Prince Boateng.
Selamat ulang tahun, Prince!
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia