Eropa Italia

Dukungan Kevin-Prince Boateng untuk Blaise Matuidi

Sejak diciptakan pertama kali hingga sepopuler saat ini, sepak bola bukanlah cabang olahraga yang ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seluruh umat manusia yang menghuni planet Bumi berhak dan boleh memainkan sekaligus menjadi atlet profesional dari cabang yang satu ini.

Sayangnya, sepak bola tak pernah bisa lepas secara total dari berbagai masalah. Salah satu masalah yang senantiasa mengganggu sepak bola adalah aksi-aksi rasisme atau pelecehan terhadap ras manusia tertentu yang dilakukan oleh ras manusia yang lain. Umumnya, dari orang-orang berkulit putih terhadap orang-orang (termasuk pesepak bola) berkulit hitam.

Baru-baru ini, gelandang Juventus asal Prancis yang memiliki darah Afrika, Blaise Matuidi, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suporter Cagliari (7/1) saat kedua tim bertemu dalam lanjutan Serie A musim 2017/2018.

Sepanjang laga, Matuidi kerap disiuli dan dicemooh para tifosi Gli Isolani, terutama saat bola berada di kakinya. Hal itu sendiri sempat membuat Matuidi melancarkan protes kepada wasit meski tak membuahkan hasil.

Kondisi macam ini membuat eks gelandang AC Milan berpaspor Ghana, Kevin-Prince Boateng, menyatakan dukungannya terhadap Matuidi. Boateng menyebut jika rasisme di Italia sudah masuk dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan sebab kasus seperti ini selalu muncul di setiap musimnya.

Gelandang yang kini membela Eintracht Frankfurt itu menyebut jika asosiasi sepak bola Italia (FIGC) wajib mengambil tindakan tegas guna menyelesaikan masalah ini, khususnya di masa yang akan datang.

Memberi denda kepada pihak klub dinilainya bukan solusi tepat karena suporter yang melakukan tindakan rasis nyatanya tetap bisa datang ke stadion saban pekan guna mengulangi perbuatan buruknya itu.

“Aku sama menderitanya dengan Matuidi terkait kasus ini. Hanya karena warna kulit yang berbeda, kami senantiasa menjadi bahan cemoohan. Kita semua yang mencintai sepak bola harusnya berdiri bersama-sama buat melawan pelecehan semacam ini. Kita bersama-sama memeranginya”, tutur Boateng seperti dikutip dari football-italia.

Kala membela I Rossoneri beberapa tahun lalu, Boateng juga pernah mendapatkan perlakuan rasis, termasuk dalam laga persahabatan melawan Pro Patria. Tanpa ragu, Boateng pun langsung meninggalkan lapangan sebagai bentuk protes.

“Aku sedih dan marah lantaran hal ini masih saja terjadi. Aku seringkali disiuli dan bahkan dipanggil, (maaf) ‘monyet’, setiap kali merumput. Sebuah tindakan yang sesungguhnya tak bisa diampuni”, papar saudara tiri bek Bayern München, Jerome Boateng, itu lagi.

Tanpa adanya penanganan yang lebih serius terkait rasisme, kasus yang menimpa Matuidi, Boateng atau pemain-pemain berkulit hitam lainnya akan senantiasa terjadi.

Maka dari itu, sanksi yang lebih tegas menyoal kasus semacam ini harus diambil. Jangan sampai kampanye melenyapkan rasisme dari sepak bola tak lebih dari pemanis bibir semata.

Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional