Sudah sejak lama Gianluigi Buffon beredar di level teratas kiper di liga top Eropa. Kemampuan dan konsistensi Buffon membuat dirinya disebut menjadi salah satu kiper terbaik selama satu dekade ke belakang. Kualitas permainan Buffon pun tetap terjaga meski kini sudah berada di usia senja. Dan Buffon pun tahu dirinya kini sudah berada di penghujung karier. Namun sepertinya, Buffon masih belum rela untuk pensiun di akhir musim. Kapten Juventus ini pun terus mengupayakan untuk dapat terus bermain untuk 1 atau 2 tahun ke depan.
Sekita 5 bulan yang lalu, Buffon mengumumkan akan mengakhiri karier sepak bolanya baik di level tim nasional maupun bersama Juventus pada akhir musim, tepat ketika umurnya menginjak 40 tahun. Satu–satunya alasan untuk terus bermain adalah jika Juventus berhasil menjadi juara Liga Champions, yang mana akan memberikan kesempatan bagi sang kiper untuk berlaga pada Piala Dunia Antarklub untuk pertama kalinya.
“Ini adalah musim terakhir saya dan saya cukup yakin akan pilihan yang saya ambil,” katanya kepada Sky Italia.
“Saya adalah orang yang sangat tenang, dalam arti bahwa saya tidak takut akan masa depan dan apa yang mungkin terjadi pada hidup saya.”
“Itu tidak akan mengubah apapun untuk bermain selama satu atau dua tahun lagi. Ini tidak akan mengurangi atau menambah apapun atas apa yang telah saya lakukan. Satu-satunya cara untuk tetap bermain adalah memenangkan Liga Champions dan, pada saat itu, kami akan mencoba untuk memenangkan Piala Dunia Antarklub. Mungkin Wojciech Szczesny dan saya bisa bermain secara bergantian,” ungkap Buffon.
Kegagalan Italia berpartisipasi di Piala Dunia 2018 pun membuat Buffon mundur dari tim nasional. Keputusan tersebut diambil tepat setelah pertandingan leg kedua melawan Swedia yang berakhir dengan skor 0-0, sekaligus membuat Italia dipastikan hanya menjadi penonton di Piala Dunia 2018.
“Sayang sekali pertandingan resmi terakhir saya bertepatan dengan kegagalan untuk lolos ke Piala Dunia. Pasti ada masa depan sepak bola Italia, karena kami memiliki kebanggaan, kemampuan, determinasi, dan setelah gagal terjatuh, kami selalu menemukan jalan. untuk bangkit kembali,” tutur Buffon ketika diwawancarai oleh Rai Sports.
Kini, setelah kembali pulih dari cedera yang membuat dirinya sempat absen membela Juventus, Buffon sepertinya menganulir segala pernyataannya di masa lalu. Dirinya kembali mempertimbangkan segala keputusan yang pernah ia buat perihal masa depan kariernya.
Buffon berkilah bahwa dirinya masih memiliki keinginan untuk terus bermain meskipun Juventus tidak menjadi juara Liga Champions. Dirinya pun dengan senang hati bermain untuk tim nasional jika ia dibutuhkan.
“Saya beristirahat dari tim nasional,” kata Buffon di acara Gran Gala del Calcio di Milan.
“Baik untuk Juventus maupun tim nasional, saya selalu menganggap diri saya seorang tentara,” Buffon melanjutkan.
“Bahkan ketika saya berusia 60 tahun, saya tidak akan pernah bisa menolak panggilan dari tim nasional,” tutup Buffon.
Keinginan Buffon untuk terus bermain tentu adalah ancaman bagi karier dua penerusnya di Juventus dan juga tim nasional Italia. Wojciech Szczesny dan Gianluigi Donnaruma patut cemas jika kapten Juventus menolak untuk pensiun di akhir musim.
Ancaman serius bagi karier para penerusnya
Baik Wojciech Szczesny dan Gianluigi Donnaruma kini berada di posisi yang sama, yaitu menunggu. Keduanya masih menunggu kepergian Buffon dan mengambil alih posisi kiper utama di Juventus dan tim nasional Italia. Buffon memang menjadi satu–satunya alasan bagi Szczesny dan Donnaruma untuk naik kelas dari kiper pelapis menjadi kiper utama.
Dan keinginan Buffon untuk terus bermain tentu akan memperlambat proses tersebut karena tidak seperti posisi lain, posisi kiper utama hanya milik untuk satu nama. Dan bukan perkara mudah untuk merebut posisi tersebut bila mantan kiper termahal dunia tersebut terus bermain.
Wojciech Szczesny sudah sangat siap untuk menjadi penerus Buffon sebagai kiper utama Juventus. Sejak dibeli dari Arsenal di awal musim, Szczesny terus memberikan performa yang apik jika diberi kepercayaan dari Massimiliano Allegri. Dari 16 pertandingan di seluruh kompetisi, kiper berpaspor Polandia ini hanya kebobolan sebanyak 6 gol dan berhasil menciptakan clean sheets di 12 pertandingan. Mantan kiper Arsenal ini pun menjadi pengganti berkualitas ketika Buffon harus absen akibat cedera yang dideritanya di akhir tahun lalu.
Di usianya yang ke-27 tahun, memang sudah saatnya Szczesny mendapatkan promosi sebagai kiper utama Juventus. Lupakan berbagai blunder yang pernah ia lakukan ketika berseragam Arsenal. Penampilannya kini sudah jauh lebih matang.
Memang, sejak bermain di Serie–A, permainan Szczesny mengalami peningkatan, bahkan dirinya menjadi kiper dengan catatan clean sheet terbaik pada musim lalu di Serie–A bersama Serigala Ibu Kota, AS Roma.
Tidak jauh berbeda dengan Szczesny, kiper belia andalan AC Milan juga sudah sangat layak menjadi andalan tim nasional Italia. Gigio Donnaruma adalah seorang kiper yang special sebab dirinya sudah menjadi kiper utama AC Milan ketika masih berusia 19 tahun. 108 pertandingan sudah dijalani Donnaruma sejak dua musim yang lalu.
Namun, catatan yang mentereng ini tidak cukup baik untuk meyakinkan pelatih interim Luigi Di Baggio yang dikabarkan akan terus mengandalkan Buffon di pertandingan persahabatan bahkan hingga perhelatan Piala Eropa 2020.
Kabar tersebut tentu akan memperkecil kemungkinan Donnaruma untuk menambahkan jumlah pertandingannya bersama Gli Azzuri yang tetap tertahan di angka 4 pertandingan. Dominasi Buffon di bawah mistar Italia telah membuat banyak kiper berbakat Italia hanya menjadi penonton setia di bangku cadangan tim nasional. Sebut saja Salvatore Sirigu, Federico Marchetti, dan Emiliano Viviano yang sudah berada di usia 30-an namun caps mereka belum mencapai angka 20.
Tetapi, Buffon bisa menjadi penyelamat bagi karier internasional Donnaruma dan bagi tim nasional Italia dengan menolak ajakan kembali dari Luigi Di Baggio. Seperti yang ia bicarakan ketika diwawancarai setelah ditahan imbang Swedia tahun lalu, bahwa Italia masih memiliki masa depan, dan Donnaruma adalah masa depan tersebut.
Ia tidaklah terlalu muda untuk menjadi andalan tim nasional karena Buffon pun memulai debutnya di usia 19 tahun dan menjadi andalan Gli Azzuri setahun berselang pada gelaran Piala Dunia 1998.
Karier Buffon hampir sempurna. Segalanya sudah ia raih kecuali gelar Liga Champions. Dirinya sudah mengupayakan yang terbaik, tetapi 3 kali bermain di final Liga Champions, 3 kali juga ia gagal menjadi pemenang. Buffon memang masih memiliki kemampuan yang baik, tapi dirinya harus sadar bahwa refleks dan keandalannya di bawah mistar tidak seperti dahulu dan hal itu yang disadari oleh manajemen Juventus. Maka dari itu, sampai hari ini, belum ada tawaran resmi dari manajemen untuk memperpanjang kontrak sang kiper.
Juventus memang sedang membangun timnya demi kejayaan pada hari ini dan di masa depan. Atas alasan itu pula pada 2012 lalu, Juventus rela melepas salah satu legenda terbesarnya, Alessandro Del Piero, untuk melanjutkan karier di klub lain. Kenyataan itu pula yang sudah dimengerti oleh Buffon.
Dirinya pun tidak masalah jika harus menyalurkan keinginannya untuk terus bermain di klub lain. Namun hal itu tentu menjadi pilihan yang tidak menyenangkan bagi Buffon dan seluruh suporter Juventus. Melihat kapten, kiper, sekaligus legendanya mengakhiri karier di Kota Turin tentu menjadi pemandangan yang ingin dilihat para Juventini.
Dengan segala prestasi selama kariernya, Buffon akan selalu diingat sebagai salah satu kiper terbaik pada eranya. Tidak ada yang meragukan hal tersebut. Namun untuk kebaikan semua pihak, memang sudah seharusnya Buffon mengucapkan salam perpisahan, demi masa depan Italia dan Juventus yang lebih baik.
Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)