Masa depan Antonio Conte bersama klubnya, Chelsea, semakin buram. Manajer asal Italia tersebut semakin memperkeruh keadaan setelah mengeluh tentang aktivitas transfer klubnya di bursa transfer Januari lalu.
Chelsea memang melewatkan beberapa incarannya, atau mungkin lebih tepat disebut sebagai incaran Conte, dalam diri Leonardo Bonucci, Romelu Lukaku, Radja Nainggolan, Alex Sandro, dan Virgil van Dijk. Namun, keluhannya kini bisa berbalik menyerangnya, dan target Chelsea di awal musim nanti bukanlah seorang penyerang atau bek baru, namun manajer baru.
Salah satu hal yang tentunya akan dinilai selama rezim Conte di Chelsea adalah aktivitas transfernya. Argumen yang Conte berikan beberapa waktu lalu menyiratkan beberapa kebenaran, meskipun kita harus mengesampingkan fakta bahwa argumennya juga berisi pembelaan diri sendiri.
Poin-poin tersebut adalah: Chelsea membeli terlalu banyak pemain, Chelsea tidak membeli pemain cukup cepat di bursa transfer musim panas lalu, dan tentunya, Chelsea tidak mendengarkan manajernya saat melakukan transfer.
Poin terakhir barangkali paling mudah untuk dibantah. Rafael Benitez, manajer Newcastle United yang sempat menjadi manajer Chelsea pernah mengatakan satu hal yang menarik.
“Saya mengharapkan sebuah sofa, dan mereka membelikan saya sebuah lampu,” ucap Benitez ketika merutuki aktivitas transfer Valencia, klub yang kala itu ia latih. Situasi Conte berbeda dengan Benitez. Chelsea membelikan Conte sebuah sofa. Hanya saja, sofa yang dibelikan bukan yang diinginkan oleh Conte.
Conte berargumen bahwa sofa yang dibelikan Chelsea bukanlah kualitas yang terbaik, bukan dari pasar yang top, bukan sofa yang mahal.
Tak perlu lagi menggunakan analogi, Chelsea telah membelikan Conte pemain yang cocok dengan skemanya, terkecuali Michy Batshuayi dan Ross Barkley, serta mungkin, Danny Drinkwater hingga Tiemoue Bakayoko. Skuat The Blues kini diisi oleh bek tengah dan sayap, gelandang bertahan, dan penyerang bertipe target man. Pemain-pemain ini mendukung skema 3-4-2-1 Conte.
Apabila Conte cukup cerdik untuk mengintegrasikan dan mengorganisir rekrutan barunya ke permainan yang timnya tampilkan di musim lalu, maka skemanya bisa menjadi lebih baik lagi. Namun, sejauh ini ia tak berhasil, dan sebaiknya jangan harapkan calon-calon penggantinya, seperti Maurizio Sarri, Diego Simeone, Luis Enrique, Carlo Ancelotti, Thomas Tuchel, dan Brendan Rodgers sekalipun, untuk dapat berhasil karena mereka menerapkan sistem permainan yang berbeda.
Skuat Chelsea saat ini bisa dikatakan sulit untuk masuk ke dalam sistem yang digunakan manajer lain, bahkan manajer-manajer seperti Pep Guardiola, Jürgen Klopp, atau Mauricio Pochettino. Chelsea dapat berhasil musim lalu karena Conte mampu mengidentifikasi kemampuan masing-masing pemainnya dan menggabungkan mereka dengan tepat. Orang yang akan datang menggantikannya dan mencoba sistem dengan skema yang berbeda, besar kemungkinan akan gagal.
Pemain-pemain Chelsea saat ini tak cocok dengan permainan yang mengandalkan pressing tinggi. Tak cocok pula untuk skema 4-4-2 milik Diego Simeone, 4-3-3 seperti yang diterapkan Klopp, lebih lagi skema Guardiola yang variatif.
Chelsea saat ini hanya mampu bermain cepat seperti Liverpool atau Manchester City apabila mereka tidak memainkan Cesc Fabregas, pengoper terbaik sekaligus pemain paling lambat, di skema tiga gelandang. Marcos Alonso serta Victor Moses bermain di permainan terbaiknya sebagai bek sayap (wingback), namun Alonso mungkin tak cukup cepat dan Moses tak memiliki kualitas bertahan yang baik untuk bermain di skema empat bek milik Sarri. Andreas Christensen, salah satu penampil terbaik Chelsea musim ini, tak mampu tampil baik di sistem yang lain. Secara kolektif, skuat Chelsea saat ini tidak memiliki kecepatan yang diinginkan beberapa manajer, atau kekreatifan yang diprioritaskan oleh manajer lain.
Apabila Conte telah memberikan upaya untuk membangun dinasti di Chelsea, klub yang sering berganti manajer dengan uang yang tak terbatas, maka Chelsea kini dihadapkan pada pilihan yang sulit. Skuat klub asal London ini kini memiliki dua label; tak cukup baik untuk Conte, namun mungkin terlalu rumit bagi penerusnya. Skuat Chelsea kini dapat dikatakan sudah ‘ter-Conte-minasi’, dan mungkin sistem Conte, atau setidaknya gaya mainnya, akan bertahan lebih lama di London Barat ketimbang dirinya sendiri.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket