Turun Minum Serba-Serbi

Para Pemain yang Berganti Tim Nasional di Abad ke-21

Dahulu, seorang pemain memperkuat dua tim nasional bukanlah hal yang aneh. Alfredo Di Stefano, Ladislao Kubala, hingga Davor Suker pernah berseragam dua timnas berbeda karena alasan keturunan maupun bubarnya negara kelahiran mereka. Memasuki abad ke-21, aturan FIFA semakin ketat dengan membatasi pemain hanya boleh memperkuat satu timnas senior sepanjang kariernya. Namun, ternyata masih ada beberapa pemain yang berganti seragam timnas.

Berikut ini beberapa di antaranya:

Diego Costa (Brasil dan Spanyol)

Ini adalah sebuah contoh paling aktual tentang seorang pemain yang telah bermain untuk dua tim nasional. Diego Costa telah mewakili negara kelahirannya Brasil, sebanyak dua kali dalam pertandingan persahabatan sebelum membuat keputusan kontroversial untuk mengalihkan kesetiaannya dan bermain untuk tim nasional Spanyol. Karena dua pertandingan yang dijalaninya bersama Brasil hanya merupakan laga tak resmi, FIFA memberinya izin untuk mengganti tim nasional. Sayang, ekspektasi tinggi menjelang Piala Dunia 2014 di Brasil bersama Spanyol berujung kekecewaan baginya.

Nacer Chadli (Maroko dan Belgia)

Beberapa pemain keturunan Maroko bermain untuk Prancis, tapi Chadli memutuskan membela Belgia. Pemain ini dihadapkan pada keputusan untuk menentukan negara mana yang akan ia wakili di tingkat internasional. Chadli sempat memilih skuat Maroko yang dibelanya untuk pertama kali pada tahun 2010, pada saat ia berusia 21 tahun. Namun setahun kemudian, pemain West Bromwich Albion ini mengganti kesetiaannya kepada Belgia. Saat ini ia telah mengoleksi lebih dari 30 caps untuk Belgia, termasuk tampil di Piala Dunia 2014.

Roman Neustädter (Jerman dan Rusia)

Meski sisa-sisa keturunan Rusia hanya terlihat di nama depannya, pemain ini mantap mengganti paspornya menjadi Rusia demi mengejar kesempatan bermain lebih banyak di laga antarnegara. Padahal, ia telah dipercaya Joachim Löw untuk memperkuat Jerman dalam dua laga persahabatan pada tahun 2013 lalu. Keputusannya ternyata berdampak bagus. Pemain Fenerbahce ini menambah kekuatan lini tengah Rusia di Piala Eropa 2016 dan persiapan piala Dunia 2018.

Jermaine Jones (Jerman dan Amerika Serikat)

Satu lagi mantan penggawa timnas Jerman yang ‘murtad’. Jones sudah dipercaya tim senior Jerman pada beberapa laga persahabatan pada tahun 2008. Namun, ia lebih mendapat tempat di Amerika Serikat, negeri kelahiran ayahnya. Pemain Los Angeles Galaxy ini pun melegenda di Negeri Paman Sam dengan tampil di Piala Dunia 2014.

Thiago Motta (Brasil dan Italia)

Karier mantan gelandang Barcelona ini nyaris tersendat sebelum pindah ke Internazionale Milano. Akhirnya sejak tahun 2012, ia nyaman di Paris Saint-Germain. Pemenang dua trofi Liga Champions ini awalnya dua kali memperkuat negara asalnya, Brasil, pada tahun 2003. Namun, karena tak pernah lagi dipanggil selama delapan tahun, pada tahun 2011 dia menerima panggilan dari Italia. Bersama Azzuri, ia mengoleksi 23 caps dan tampil di Piala Eropa serta Piala Dunia.

Miro Baldo Bento (Indonesia dan Timor Leste)

Tak usah jauh-jauh, situasi unik ini juga pernah dialami mantan penggawa tim nasional Indonesia, Miro Baldo Bento. Kasus Miro adalah kebalikan dari nasib Davor Suker yang kehilangan paspor Yugoslavia akibat negara tersebut bubar. Miro sendiri berhak memperkuat tim nasional Timor Leste menyusul berdirinya negara tersebut pada akhir abad ke-20. Sempat membela Indonesia di ajang Piala Tiger (sekarang AFF) tahun 2000, mantan pemain PSM Makassar dan Persija Jakarta ini memutuskan membela timnas Timor Leste pada tahun 2005.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.