Berantakan, mungkin kata itulah yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi sepak bola Belanda dalam kurun beberapa tahun terakhir. Tak hanya di level klub, tapi juga tim nasional.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, tak ada kesebelasan dari Negeri Kincir Angin yang berhasil melaju jauh di kejuaraan antarklub Eropa dalam kurun setengah dekade terakhir kecuali Ajax Amsterdam di final Liga Europa 2016/2017 kemarin.
Sedangkan di level timnas, Belanda mengukir catatan buram dengan gagal lolos ke dua turnamen akbar secara beruntun yaitu Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018.
Kendati demikian, masih ada secercah asa yang berkilau dari Negeri Kincir Angin, utamanya dari sektor pemain muda. Salah satu figur yang namanya kini semakin santer terdengar di telinga penggemar sepak bola adalah Frenkie de Jong, penggawa Ajax.
Mulai mendapat kepercayaan untuk tampil bersama tim utama Ajax di musim 2017/2018, de Jong yang baru berusia 20 tahun tampil eksepsional sehingga mencuri atensi khalayak. Sebagai pemain yang punya posisi natural sebagai gelandang, de Jong sanggup menjadi representasi nyata dari totaalvoetbal yang jadi filosofi Belanda.
Sudah bukan rahasia lagi jika totaalvoetbal membutuhkan pemain yang serbabisa dan mampu mengisi banyak posisi dan de Jong, dengan segenap kemampuannya, amat terampil mengisi slot gelandang bertahan, gelandang tengah, gelandang serang, dan bahkan bek tengah kala beraksi di atas lapangan.
Tak heran bila namanya sekarang begitu sering dikait-kaitkan dengan sejumlah kesebelasan top Eropa semisal Barcelona, Chelsea, dan Manchester City.
Berkat performa menawan yang ia perlihatkan setiap kali merumput, publik pun tak henti-hentinya mengirimkan pujian untuk pemuda yang lahir dari keluarga suporter fanatik Feyenoord Rotterdam ini. Eks penggawa De Oranje tahun 1970-an, Arie Haan, menjadi sosok terbaru yang memberikan apresiasi kepada de Jong.
Di mata lelaki yang sekarang berumur 69 tahun tersebut, de Jong memiliki kualitas yang luar biasa meski usianya masih belia. Skill individunya tergolong lengkap sehingga status bintang bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai dalam waktu dekat.
Tak tanggung-tanggung, Haan berani mengomparasikan de Jong dengan pesepak bola legendaris kepunyaan Jerman yang pernah dihadapinya secara langsung di lapangan, Franz Beckenbauer. Kebetulan, de Jong punya kemiripan posisi dan cara bermain dengan Der Kaiser, julukan Beckenbauer.
Di masa jayanya dahulu, Beckenbauer adalah seorang pemain hebat yang sanggup mengalirkan bola dan mengendalikan permainan dari sektor belakang, sebagai bek tengah atau libero, walau memiliki posisi alami sebagai gelandang.
Tatkala bola ada di kakinya, maka barisan pertahanan tim lawan kudu waspada tingkat tinggi. Lengah sedikit saja, Beckenbauer pasti mampu mengirimkan umpan manja untuk rekan setimnya atau bahkan mengeksekusinya sendiri sehingga mendatangkan keuntungan buat Jerman.
“De Jong adalah versi yang lebih baik dari seorang Beckenbauer. Pasalnya, ia memiliki kecepatan dan akurasi umpan yang lebih mumpuni. Jangan kaget bila di masa depan ia sanggup melampaui pencapaian Beckenbauer”, papar Haan seperti dilansir oleh ESPN.
Serentetan penampilan apik yang disuguhkan oleh de Jong bahkan membuat para pengamat meyakini bahwa dirinya akan kembali memperkenalkan peran libero yang sudah lama terasing dari permainan sepak bola, khususnya di era modern.
Meski demikian, de Jong tak ingin besar kepala dengan pujian yang terus mengalir kepadanya. Pemuda kelahiran Arkel tersebut sadar bahwa masih banyak hal yang kudu ia tingkatkan buat menjadi pesepak bola yang lebih matang. De Jong menyatakan kalau ia siap menerima apapun kritikan yang dialamatkan publik kepadanya.
“Segala kritik yang kuterima adalah pelecut karena itu semua adalah hal positif yang berguna untuk mengembangkan dan menyempurnakan kemampuanku sebagai pesepak bola”, pungkas pemain bernomor punggung 21 tersebut.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional