Tubuhnya kecil dan kurus, seakan menjadi santapan lezat para lawan. Namun, ketika bola berada di kakinya, justru hal sebaliknya yang terjadi. Ia memangsa lawannya dengan umpan-umpan terukur membelah pertahanan yang membuat papan skor bersiap mengganti angka untuk timnya.
Baddrol Bakhtiar namanya, dan di tahun 2011 lalu ia menjadi musuh bersama bangsa Indonesia.
Tepatnya di SEA Games 2011, namanya mulai dikenal luas oleh publik sepak bola nasional. Di ajang yang diselenggarakan di Tanah Air itu, Baddrol merupakan anggota timnas Malaysia yang mengalahkan tim Garuda, di kandang kita sendiri. Mengenakan nomor punggung 10, ia menari-nari di sisi kanan timnas U-23 Malaysia asuhan Ong Kim Swee.
Performa Baddrol membuat penampilan timnas Indonesia menjadi antiklimaks di laga puncak. Sebab, sejak fase grup Garuda Muda tampil sangat tajam. Duet Titus Bonai dan Patrich Wanggai di lini depan menjadikan Indonesia tim tersubur di Grup A, dengan torehan 11 gol.
Akan tetapi, ada satu luka mendalam yang didapat di babak itu, yakni kalah 0-1 dari Malaysia, yang sayangnya terulang lagi di partai puncak secara dramatis. Sempat unggul lewat tandukan Gunawan Dwi Cahyo di menit ke-5, Malaysia mampu menyamakan skor berkat gol Asraruddin Putra Omar setengah jam kemudian.
Trofi juara Malaysia akhirnya ditentukan oleh Baddrol di babak adu penalti, yang merupakan penendang terakhir. Sepakannya ke arah tengah sebenarnya sempat ditahan Kurnia Meiga tapi lajunya masih terlalu kencang sehingga tak dapat dihentikan untuk melewati garis gawang.
Senyum merekah lebar di bibir Baddrol, tawa riang dilepas oleh para pemain Malaysia beserta para pendukungnya, dan Indonesia, yang diwakiliki oleh pelatih Rahmad Darmawan beserta para pemain seperti kapten Egi Melgiansyah dan Diego Michiels yang menjalani turnamen pertamanya bersama timnas, hanya sanggup tertunduk lesu.
One-man club
Jika merujuk pada SEA Games 2011, citra Baddrol tentu sangat buruk di mata para pencinta sepak bola Indonesia. Namun, siapa sangka di balik kebencian kita pada sosok yang sedang berulang tahun hari ini tersebut, tersembunyi kecintaan yang luar bisa darinya pada klubnya.
Sejak berkarier di tim junior, menembus tim utama pada 2005, sampai bermain di Suramadu Super Cup beberapa waktu lalu, Baddrol tetap setia membela panji satu kesebelasan: Kedah FA.
Baddrol adalah putra asli Kedah. Ia sempat menimba ilmu di akademi Chelsea pada 2008, bermain satu lapangan bersama Shaun Wright-Phillips, Tal Ben Haim, Steve Sidwell, serta Nicolas Anelka, dan sekembalinya ke Malaysia, ia mendapat tawaran dari banyak klub, Namun, cintanya yang sudah bulat untuk Kedah FA membuatnya tak bergeming, Cinta yang terbalas oleh hujan trofi tak lama kemudian.
Setelah mengantar Kedah menjuarai Malaysia Premier League di tahun 2006, ia juga ikut merasakan gelar juara Malaysia Super League semusim kemudian, yang berlanjut di musim 2007/2008. Di Piala Liga, Baddrol juga pernah mengangkat trofi di tahun 2007 dan 2008.
Bahkan ketika Kedah terdegradasi di musim 2013, ia tetap setia membela klubnya, menyandang ban kapten, dan membawa Kedah kembali ke kasta tertinggi di musim 2016, yang berujung pada trofi Piala Liga ketiganya.
Sebuah loyalitas serta totalitas yang luar biasa, dan ia sempurnakan kala membawa Kedah FA menjuarai Piala Sumbangsih Malaysia 2017. Ajang yang mempertemukan Kedah FA selaku kampiun Piala Liga, dan Johor Darul Ta’zim (JDT) yang merupakan jawara liga domestik.
Kedah FA saat itu tertinggal lebih dulu dari sepakan penalti Safiq Rahim jelang akhir babak pertama. Baddrol kemudian sukses menyamakan kedudukan di menit ke-63 lewat sepakan kencang dari luar kotak penalti. Skor 1-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan wasit, dan laga dilanjutkan ke babak adu penalti.
Seakan mengulang memori manis di SEA Games 2011, Baddrol kembali memiliki peran besar di adu tos-tosan ini. Ia menjadi penendang keempat dan sukses menunaikan tugasnya, langsung setelah kegagalan Brian Ferreira, penyerang JDT. Safiq Rahim kemudian menyamakan skor, tapi tak berbuah apa-apa karena Liridon Krasniqi yang menjadi algojo terakhir Kedah FA menuntaskan laga itu dengan skor 5-4.
Selamat ulang tahun yang ke-30, Baddrol! Pemain penuh dedikasi, yang tempatnya takkan terganti di hati para pendukung Kedah FA maupun timnas Malaysia.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.