Tahun 2018 bisa jadi baru berumur beberapa pekan, tapi bagi dunia sepak bola Asia Tenggara, tahun 2018 bisa menjadi tahun breakthrough yang menyenangkan. Hal ini dimulai dari beberapa bulan silam, ketika Thailand, sang raja di Asia Tenggara, sukses melaju hingga fase kualifikasi terakhir Piala Dunia 2018 zona Asia, walau kemudian gagal total karena tak berkutik meladeni para big boys di sepak bola Asia.
Pertumbuhan Asia Tenggara di sepak bola semakin terasa ketika Chanatip Songkrasin mulai menancapkan statusnya sebagai pemain inti di J.League bersama Consadole Sapporo. Hal ini berlanjut di tahun 2018 ketika secara masif, ekspansi pemain Thailand di Jepang meningkat dengan berlabuhnya Teerasil Dangda dan Theerathon Bunmathan di J.League menyusul kompatriotnya di timnas, Chanatip.
Apakah ini tanda Thailand akan melaju sendirian pertumbuhannya? Ternyata tidak!
Di Piala Asia U-23 yang kini tengah berlangsung di Cina, dua wakil Asia Tenggara tampil brilian dengan sukses melaju ke babak perempat-final. Sore ini, Malaysia meladeni Korea Selatan, dan Vietnam akan meladeni salah satu tim kuat dari Arab, Irak. Kesuksesan Malaysia dan Vietnam tentu menjadi angin segar bagi sepak bola Asia Tenggara.
Malaysia sendiri lolos dengan kerja keras berkat kemenangan penting 1-0 atas Arab Saudi yang mengunci lolosnya mereka dari grup bersama sang jawara grup, Irak. Vietnam pun lolos dengan jalan terjal yang luar biasa hebat. Tak tanggung-tanggung, Vietnam berhasil lolos dari fase grup salah satunya dengan kemenangan historis 1-0 atas salah satu negara terkuat Asia, Australia!
Berbagi opini dengan chief editor Football Tribe Malaysia, Keesh Sundaresan, saya merangkum beberapa pendapat dari Keesh terkait perkembangan masif sepak bola Asia Tenggara dalam satu setengah tahun ke belakang.
“Lolosnya Malaysia dan Vietnam adalah pencapaian sensasional yang akan memberi banyak efek positif bagi sepak bola regional kita di mata dunia”, ujar Keesh terkait lolosnya dua negara ASEAN tersebut di Piala Asia U-23 2018.
Selain itu, Keesh menambahkan bahwa potensi besar tengah siap menyambut sepak bola Asia Tenggara karena apapun hasil yang diraih Malaysia dan Vietnam di laga sore nanti, tidak mengubah fakta bahwa beberapa pemain kedua negara menunjukkan bahwa mereka tidak kalah kualitas dengan negara-negara tradisional Asia seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Australia.
Masih menurut Keesh, hal ini juga membantu sepak bola ASEAN menaikkan daya tawarnya ke level yang lebih lagi, dan level awal yang dituju, tentu saja meraih pengakuan kualitas dari Benua Kuning, Asia. Dengan kesuksesan Vietnam dan Malaysia menyingkirkan Australia dan Arab Saudi di fase grup, memberi bukti bahwa secara branding, hal ini menunjukkan geliat sepak bola ASEAN tengah berlari ke arah kemajuan positif yang siap menyambut di tahun-tahun mendatang.
Lalu, pertanyaan yang mungkin kita miliki saat ini, apakah kelolosan dua negara dari regional minor seperti Asia Tenggara menunjukkan penurunan kualitas sepak bola Asia secara umum?
“Para big boys di Asia banyak meremehkan kita dari Asia Tenggara. Australia mengistirahatkan delapan pemain intinya saat kalah dari Vietnam, tapi itu tetap tak bisa serta merta menunjukkan tanda bahwa secara kualitas, sepak bola Asia menurun karena lolosnya Malaysia dan Vietnam,” ujar Keesh lebih lanjut.
Secara pribadi, saya sepakat dengan banyak hal dari opini Keesh. Level Asia tidak menurun karena untuk pertama kalinya, benua kesayangan kita ini mengirimkan lima wakilnya untuk Piala Dunia 2018 di Rusia. Itu pencapaian yang tidak bisa kesampingkan begitu saja. Tapi dengan menonjolnya para kuda hitam di Piala Asia U-23 tahun ini, itu semakin menunjukkan bahwa kualitas dari para jagoan Asia dengan negara-negara ASEAN sudah semakin menipis, walau jarak masih terasa dari kualitas permainan secara umum.
Dan setelah semua pembahasan tersebut, kita tentu akan kembali pada pertanyaan dasar nan retoris: Kapan Indonesia mengikuti jejak Negeri Jiran dan Vietnam? Kapan pula Indonesia bisa seperti Uzbekistan, yang kemarin baru saja menghancurkan Jepang dengan skor 0-4?
Author: Isidorus Rio Turangga (@temannyagreg)
Tukang masak dan bisa sedikit baca tulis