Dunia Asia

Mengintip Chiangrai United, Calon Lawan Bali United di Babak Play-Off Liga Champions Asia

Keberhasilan mengalahkan Tampines Rovers di kualifikasi Liga Champions Asia putaran pertama memang patut dirayakan Bali United karena merupakan sejarah baru. Namun, perjalanan belum usai sebab Chiangrai United sudah menanti di depan mata.

Finis di peringkat 4 Toyota Thai League 2017, Chiangrai United merupakan klub dengan jumlah kebobolan terminim ketiga di bawah Buriram United dan Muangthong United yang bersaing ketat di pucuk klasemen. Chiangrai United bahkan sempat menduduki peringkat teratas di awal musim, sebelum konsisten menghuni posisi empat besar sejak paruh musim.

Kekuatan utama klub berjuluk The Beetles ini adalah lini tengahnya. Menurut redaktur Football Tribe Thailand, Jedsada Chanapinijwong, Chiangrai United mengusung pola permainan dari kaki ke kaki. Kesebelasan ini akan selalu menekan lawan, berusaha mencari celah, selama bola ada di kaki mereka. Tidak ada kata santai, tidak ada istilah mengulur waktu.

Jedsada menambahkan, meski Chiangrai United nantinya tidak akan diperkuat maestro lini tengah mereka, Tanaboon Kesarat, yang masih cedera, serta kehilangan Thitiphan Puangchan yang hengkang ke Bangkok Glass United, Alexandre Gama selaku juru taktik masih memiliki variasi lain yang bisa memaksimalkan lini tengah klubnya.

Alternatif taktik itu sudah terlihat di laga pramusim. Chiangrai United yang selama liga domestik musim lalu menggunakan pakem empat bek, dalam liga laga terakhir menggantinya dengan formasi 3-5-2 untuk mengatasi absennya dua pilar lini tengah mereka.

Pola permainan pun sedikit berubah, dari yang awalnya berpusat di tengah, kali ini lebih mengutamakan sisi ofensif dua bek sayap. Serangan akan dibangun dari belakang dan sesegera mungkin dialirkan ke sisi sayap. Di sana, dua fullbacks telah menanti, yang biasanya dilanjutkan dengan membawa bola ke depan dan diakhiri umpan silang atau tarik.

Tribes bisa menyaksikan cuplikan laga pramusim Chiangrai United melalui dua video di bawah ini.

https://www.youtube.com/watch?v=ay1wTsAl-Eo

https://www.youtube.com/watch?v=PeRVNDYqVrg

Pemain kunci

Untuk menunjang sistem permainan seperti itu, dibutuhkan penyerang yang sama bagusnya di bola bawah maupun udara, dan inilah yang harus diwaspadai Bali United, karena Cleiton Silva sang juru gedor lawan sudah mencetak lebih dari 100 gol sepanjang kariernya di Liga Thailand.

Cleiton Silva merupakan tipikal penyerang yang mirip seperti Beto Goncalves di masa jayanya. Cepat, jago berkelit, dan punya finishing tajam. Dari video rangkuman 100 golnya di bawah ini, Tribes bisa melihat bahwa Cleiton sangat lihai memanfaatkan peluang sekecil apapun.

4 hat-tricks, 22 braces, dan 44 single goal adalah catatan yang mentereng dari Cleiton. Apalagi, ia sudah cukup berpengalaman bermain di pentas Asia karena sempat merumput di Muangthong United, setelah berkiprah di Osotspa dan BEC Tero Sasana. Cleiton juga sempat meraih gelar top skor liga di tahun 2012 bersama BEC Tero Sasana, dan di 2016 bersama Muangthong United.

Kelemahan

Skuat Chiangrai United memang terlihat kuat, tapi bukan berarti tanpa cela. Mirip dengan fenomena di Liga Indonesia, di bursa transfer musim ini mereka melepas semua pemain asingnya, dan menggantinya dengan pemain baru. Bahkan Cleiton pun merupakan rekrutan anyar.

Inilah titik lemah yang bisa dimanfaatkan Bali United. Dengan sejumlah pemain baru di Chiangrai United, kohesi mereka belum sepenuhnya terbentuk. Para penggawa Chiangrai United masih meraba-raba irama terbaik mereka, yang berdampak pada lini serang yang mengalami penurunan produktivitas.

Bali United yang mayoritas pemainnya merupakan pilar musim lalu, dapat memanfaatkan titik lemah lawannya ini. Dengan kekompakan yang telah terjalin sejak musim lalu dan terlihat masih sangat terjaga saat mengalahkan Tampines Rovers, Serdadu Tridatu tetap memiliki kesempatan untuk berjaya di Singha Stadium, untuk menantang Shanghai SIPG di akhir Januari.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.