Narasi seputar Liverpool adalah tentang inkonsistensi, skuat yang tidak seimbang, dan kesalahan-kesalahan dasar yang senantiasa terjadi. Boleh dikata, Jürgen Klopp tak langsung bisa memiliki skuat yang ideal. Hingga kini, pertengahan musim 2017/2018, ketika fondasi skuat yang ideal itu mulai terbentuk.
Dua tahun yang lalu, ketika menerima tawaran melatih Liverpool, Klopp tak mendapatkan skuat sesuai keinginannya. Manajer asal Jerman tersebut melatih Liverpool setelah penjualan Luis Suarez. Sebagai gantinya, beberapa nama direkrut oleh Brendan Rodgers, pendahulu Klopp. Sayangnya, dana hasil penjualan Suarez ke Barcelona tak dibelanjakan dengan bijak.
Klopp mewarisi skuat yang cukup besar hingga 42 pemain di tim utama, ditambah beberapa pemain muda yang akhirnya dipinjamkan. Beberapa pemain yang dibeli oleh Rodgers tak sesuai dengan ide bermain Klopp. Pun, beberapa tak menunjukkan performa yang diharapkan. Setidaknya ada tujuh pemain yang dibeli oleh Rodgers, yang gagal memenuhi ekspektasi.
Mereka adalah Rickie Lambert, Lazar Markovic, Divock Origi, Javier Manquillo, Mario Balotelli, Danny Ings, dan Christian Benteke. Tujuh pemain tersebut, perpaduan antara pemain muda dan senior, diharapkan menjadi tulang punggung tim, terutama setelah Luis Suarez hengkang, disusul kemudian Raheem Sterling.
Praktis, hanya Origi dan Markovic yang masih menjadi pemain Liverpool. Origi tengah dipinjamkan ke Wolfsburg. Sementara itu, Markovic kesulitan menembus tim utama setelah menjalani tiga kali peminjaman ke Fenerbahce, Sporting CP, dan Hull City. Selebihnya sudah menjadi sejarah setelah berseragam Liverpool dalam waktu singkat.
Meski banyak membeli “pemain gagal”, Rodgers juga membeli beberapa pemain yang bisa bertahan dan cocok dengan ide Klopp. Dan saat ini, mereka menjadi tulang punggung, setelah menjalani dua tahun yang berat, dua tahun masa adaptasi Klopp dengan Liga Primer Inggris. Para pemain yang dimaksud adalah Roberto Firmino, Nathaniel Clyne, Alberto Moreno, Adam Lallana, dan Emre Can. Sayangnya, Philippe Coutinho memilih angkat kaki ke Barcelona. Padahal, dalam diri Coutinho, Klopp sudah menemukan pusat permainan yang akan memimpin lini depan dahsyat Liverpool.
Menata kembali fondasi skuat
Sebelum Coutinho akhirnya resmi hengkang, Klopp menegaskan bahwa dirinya akan melakukan segalanya untuk mecegah transfer terjadi. Bahkan Klopp menekankan bahwa di bawah pengawasan dirinya, Liverpool tak akan kehilangan Suarez dan Sterling. Pernyataan yang langsung menjadi cibiran, apalagi di hari ketika Coutinho terbang ke Spanyol untuk meresmikan kepindahannya.
Media sosial menjadi arena paling panas untuk merundung Klopp setelah pernyataan itu. Seperti tidak ada yang mau memahami bahwa Klopp hanya ingin mempertahankan pemain-pemain terbaiknya tetap tinggal dan menjadi fondasi ide besarnya. Kepercayaan diri Klopp justru diartikan dengan berbeda, diartikan dengan nada yang negatif.
Dengung cibiran itu tetap terdengar sebelum akhirnya perlahan menghilang, setelah Klopp menjadi pelatih pertama yang bisa mengalahkan Pep Guardiola musim ini. Liverpool menghentikan usaha Manchester City untuk mengemulasi rekor pencapaian tak pernah kalah dalam satu musim yang sampai saat ini masih dipegang Arsenal.
Liverpool menunjukkan caranya. Cara yang, memang tak mudah untuk dieksekusi, namun ampuh untuk menekan mesin perang City. Pressing dan counter-pressing menjadi ide dasar untuk menundukkan City. Dua kerja dasar yang tentu saja berat, yang bisa dieksekusi Liverpool selama hampir 90 menit.
Kerja keras tersebut, tentu tak akan berbuah manis tanpa kontribusi para pemain. Dari skuat tinggalan Brendan Rodgers, Klopp menambah pemain-pemain bertenaga dalam diri Sadio Mane, Mohamed Salah, Alex Oxlade-Chamberlain, Georginio Wijnaldum, Joel Matip, dan Andrew Robertson. Keenam petarung ini meningkatkan level permainan pemain-pemain lama seperti Firmino, Emre Can, Lovren, Joe Gomez, dan Loris Karius. Nama terakhir memang masih sering membuat blunder, dan hingga saat ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu dipikirkan Klopp dalam usaha menyempurnakan fondasi skuat ideal Liverpool.
Penjualan Coutinho juga direspons dengan sangat baik oleh Klopp dan skuat Liverpool sendiri. Klopp membelanjakan sebagian besar dana hasil penjualan Coutinho untuk memboyong Virgil van Dijk. Bek tengah asal Belanda tersebut seperti menjadi kepingan yang hilang, kepingan yang akan menyeimbangkan skuat Liverpool. Lini depan yang dahsyat tentu harus diimbangi dengan lini pertahanan yang solid.
Tak hanya van Dijk, untuk lini tengah, Klopp ingin manajemen Liverpool berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan Naby Keita di bulan Januari. Pemain Leipzig tersebut memang sudah resmi menjadi pemain Liverpool, namun baru bisa bergabung di musim panas 2018.
Dengan bergabungnya van Dijk dan Keita (di bulan Juli nanti), maka skuat Liverpool akan semakin seimbang. Van Dijk akan berduet dengan Lovren, diapit Joe Gomez dan Robertson. Di tengah, Keita akan berkolaborasi dengan Wijnaldum atau Henderson. Di depan, kuartet penuh tenaga akan dijaga oleh Chamberlain, Salah, Mane, dan Firmino. Pemain-pemain inilah yang akan menjadi fondasi anyar dengan ide Klopp sebagai dasarnya.
Ketika pondasi ini semakin padu dan solid, Liverpool akan punya modal kuat untuk dengan tegas berkata bahwa, “Next year is our year!”
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen