Tak semua orang dapat bangkit dari sebuah trauma setelah ditimpa sebuah tragedi besar. Namun, Marc Barta sanggup melakukannya. Untuk menyambut ulang tahun ke-27 pemain belakang asal Spanyol ini, mari kita tinjau ulang kisah hebatnya.
Bartra sempat mengakui bahwa ia mengira dirinya tidak akan bermain sepak bola lagi setelah bus tim Borussia Dortmund terkena ledakan bom. Pemain Spanyol ini memang menderita luka-luka yang paling parah dalam tragedi tersebut dan harus dirawat di rumah sakit.
Seperti yang kita ketahui bersama, pada bulan April tahun 2017 lalu, bus Dortmund diserang bom oleh oknum teroris. Padahal, klub Jerman ini sedang mempersiapkan diri menjelang pertandingan perempat-final Liga Champions melawan AS Monaco. Meski tak ada korban jiwa, sedikit banyak serangan ini memengaruhi mental bermain para penggawa Dortmund, sehingga mereka takluk dengan skor lumayan telak oleh Monaco.
Bartra sendiri membutuhkan operasi di pergelangan tangannya. Ia menjadi satu-satunya pemain yang mengalami cedera serius. “Saat serangan terjadi, saya pikir saya tidak akan bisa bermain lagi. Saya tidak bisa bergerak dalam lima atau 10 menit pertama dan saya tidak dapat mendengar apapun.”
“Maka, ketika dokter mengatakan kepada saya bahwa operasi berjalan baik dan saya akan bisa bermain lagi dalam sebulan, rasa syukur saya tak terlukiskan dan menjadi salah satu berita terindah dalam hidup saya.”
Pemain yang dibeli Dortmund dari Barcelona ini lantas kembali ke lapangan hijau sebulan kemudian. Ia menjadi bagian tak terpisahkan Dortmund yang sukses merebut peringkat tiga Bundesliga dan lolos ke Liga Champions 2017/2018. Selain itu, Bartra juga tampil selama 75 menit di final DFB-Pokal (Piala Jerman) melawan Eintracht Frankfurt. Setelah peluit panjang berbunyi dan memastikan kemenangan Dortmund, wajah bahagia Bartra ketika mengangkat trofi yang ditunggu-tunggu para suporter mereka itu benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata.
Bagian dari ‘generasi hilang’ La Masia
Lahir di Sant Jaume dels Domenys, Tarragona, di region Catalonia, Bartra kecil bergabung dengan tim junior Espanyol l sebelum pindah ke La Masia, akademi FC Barcelona. Ia dipromosikan ke kasta senior, Barcelona B, pada tahun 2009.
Bartra menjalani debut di tim utama Barcelona pada bulan Februari 2010. Sejak saat itu, ia terlihat dipersiapkan untuk menjadi anggota skuat inti Blaugrana di masa depan oleh pelatih Josep Guardiola. Pada musim 2012/2013, Bartra bergabung dengan tim utama secara permanen.
Namun, penerus Guardiola, almarhum Tito Vilanova, lebih cenderung memilih Javier Mascherano, Alex Song, dan Adriano di posisi bek tengah maupun bek kanan daripada Bartra. Kondisi ini berlanjut ketika kursi kepelatihan beralih ke Tata Martino. Dia tetap menjadi pilihan ketiga atau keempat di bawah pelatih Luis Enrique pada saat klub tersebut memenangkan treble pada tahun 2014/2015.
Meski cukup dicintai oleh para pendukung Barcelona, Bartra akhirnya memilih untuk pindah ke Borussia Dortmund pada musim panas 2016 demi mendapatkan kesempatan bermain. Ia mengikuti rekan-rekan seangkatannya yang lebih dulu hengkang demi tujuan yang sama. Para anggota ‘genersi hilang’ La Masia ini antara lain Martin Montoya, Oriol Romeu, dan Thiago Alcantara.
Sejauh ini, keputusan pemain berbola mata menawan ini cukup tepat. Ia mulai sering dipanggil ke tim nasional Spanyol oleh pelatih Julen Lopetegui. Meskipun Dortmund sedang menjalani musim yang sulit pada tahun 2017/2018 ini, penampilan Bartra terbilang cukup solid dan menjadi salah satu calon penggawa Spanyol di Piala Dunia 2018.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.