Andai masih hidup, Tito Vilanova akan berusia 49 tahun pada 17 September ini. Baik ketika masih menjadi asisten Josep Guardiola maupun menjadi pelatih kepala Barcelona, peran mendiang Tito dalam kesuksesan Barcelona cukup besar.
Vilanova meninggal pada usia 45 tahun pada 25 April 2014. Ia berpulang ke hadapan Tuhan setelah melewati pertempuran panjang melawan kanker kelenjar parotid selama bertahun-tahun. Sosok pria bernama lenkap Francisco Vilanova Bayo ini sangat dicintai rekan-rekan sejawatnya di lapangan hijau. Berbagai figur penting dari dunia olahraga menghadiri upacara pemakamannya di katedral Barcelona untuk memberi penghormatan terakhir.
Vilanova adalah asisten Pep Guardiola selama masa-masa emas Barcelona di akhir dekade 2000-an. Ia setia mendampingi pelatih genius tersebut pada saat mereka memenangi tiga gelar La Liga dan dua trofi Liga Champions selama periode 2008 hingga 2012.
Jika Guardiola adalah wajah yang sering muncul di depan publik, Vilanova adala pekerja keras di belakang layar. Menurut seorang pengamat, Tim Hanlon, dalam tulisannya di Daily Mail beberapa tahun lalu, mendiang Tito adalah analis andal dan pemikir yang cukup visioner dalam mengembangkan gaya bermain Barca, yaitu sepak bola dengan umpan-umpan pendek yang kemudian dikenal sebagai ‘tiki-taka’ itu.
Vilanova bertanggung jawab dalam mempersiapkan strategi dan mengamati para pemain potensial selama Barca sukses memenangkan 14 dari kemungkinan 19 piala yang dapat mereka rebut. Tak heran jika sampai sekarang, spanduk bertuliskan ‘Tito selamanya abadi’ masih selalu terlihat di Stadion Camp Nou, bahkan tiga tahun setelah kepergian sang pelatih.
Pasangan Pep dan Tito pertama kali saling mengenal di tim usia muda Barca. Namun, mereka harus berpisah ketika Tito meninggalkan klub tersebut pada tahun 1990. Ia lalu bermain untuk di kasta yang lebih rendah, yaitu bersama Fiegueres. Pria yang semasa bermainnya aktif sebagai gelandang ini akhirnya mendapatkan kesempatannya bergabung dengan klub papan atas Spanyol, yaitu Celta Vigo, pada tahun 1992 hingga 1995.
Kariernya kemudian berlanjut ke klub-klu medioker seperti Badajoz, Mallorca, dan Elche, sebelum akkhirnya menutup karier di Gramenet pada tahun 2001. Ketika Pep memperoleh tawaran untuk melatih Barcelona B, Tito pun diajak untuk bergabung di tim kepelatihan sobatnya itu. Eksperimen kedua genius ini pun akhirnya melahirkan nama-nama yang kelak menjadi kelas dunia, antara lain Sergio Busquets, Pedro Rodriguez, dan Thiago Alcantara.
Setelah sukses menangani Barcelona B hingga menembus Segunda Division (kasta kedua Liga Spanyol), Pep akhirnya mendapat tawaran untuk menangani tim utama Barcelona. Seperti yang sudah-sudah, Tito kembali bergabung di tim kepelatihan sobatnya itu. Kolaborasi legendaris ini kemudian dikenang sebagai salah satu tim Barcelona terbaik sepanjang sejarah, lengkap dengan pemain-pemain kelas dunia dari Samuel Eto’o hingga Lionel Messi.
Meskipun kemudian Pep meninggalkan Barcelona pada musim panas 2012, Tito memberanikan diri untuk mengambil alih tim utama Barca. Barcelona versi Tito lalu membuat rekor di La Liga dengan 18 kemenangan dari 19 pertandingan awal. Namun pada bulan Desember 2012, ia harus meninggalkan tim karena didiagnosis menderita kanker untuk kedua kalinya. Yang pertama dideritanya ketika masih menjadi asisten Pep.
Asistennya, Jordi Roura, mengambil alih tim ketika Tito menjalani perawatan. Messi dan kawan-kawan memang memenangkan liga tapi di akhir musim, tapi cerita Tito di Barcelona berakhir sedih. Sang pelatih mengundurkan diri untuk berkonsentrasi pada pemulihannya dari penyakit tersebut. Kelanjutan ceritanya telah kita ketahui. Penyakit itu akhirnya merenggut nyawanya dari dunia ini.
Tito akan selalu dikenang bukan hanya di klub, tapi juga seluruh kota Barcelona. Pada bulan Februari tahun 2015, namanya diabadikan menjadi sebuah lapangan tempat latihan sepak bola.
Istirahatlah yang tenang, Tito!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.