Hasil perombakan besar-besaran dari sebuah kesebelasan bisa bermacam-macam. Tetapi, yang namanya perubahan besar, biasanya memang membutuhkan waktu yang lama untuk menjadikan sebuah tim kembali kompetitif.
Berbicara tentang AC Milan, perombakan besar di tubuh skuat yang telah mereka lakukan pada musim panas tahun lalu belum bisa dikatakan gagal, karena kompetisi masih berjalan dan Milan masih bertahan di tiga kompetisi yang mereka ikuti, yaitu Serie A Italia, Coppa Italia, dan Liga Europa. Tetapi jika dibilang perubahan itu mulai membuahkan hasil, kita mulai dapat melihatnya, walaupun memang amat lambat.
Melihat pada performa Milan semenjak ditangani Gennaro Gattuso pada akhir November 2017, memang belum terlihat perubahan drastis jika dibandingkan dengan era Vincenzo Montella. Belum ada peningkatan dalam hal ketajaman para penyerang, juga belum terlihat penguatan signifikan di lini pertahanan.
Tetapi, sekali lagi, perubahan ke arah yang lebih baik ini bukan berarti tidak ada sama sekali. Perubahan kecil ini pun mulai tercermin dari performa tiga penggawa baru yang ironisnya kerap dikritik sebagai pemberlian terburuk Milan, yaitu Leonardo Bonucci, Lucas Biglia dan Hakan Calhanoglu, yang dapat kita singkat sebagai trio BBC ala Milan.
Tiga pembelian terburuk? Nanti dulu…
Bonucci, pemain yang datang dengan predikat bek terbaik dunia dan langsung disematkan ban kapten kesebelasan, memang belum menunjukkan diri sebagai pesepak bola yang sama ketika masih berbalut seragam Juventus. Dan rasanya, berharap Bonucci bisa berfungsi optimal seperti sedia kala juga sulit.
Akan tetapi, perlahan Bonucci mulai menjejakkan kaki-kaki jenjangnya dengan kokoh di lini belakang Milan. Seperti Lego yang mulai menemukan pijakan yang pas, ia mulai terbiasa, atau paling tidak, membiasakan diri bermain sebagai satu dari empat bek sejajar, seperti ingin membungkam pihak-pihak yang kerap mencela kemampuan bertahannya.
Pada beberapa laga, contohnya saat melakoni Derby Della Madonnina di Coppa Italia dan saat menjamu Crotone di ajang Serie A yang keduanya berakhir dengan skor tipis 1-0 untuk Milan, Bonucci seperti menunjukkan ketenangan, kematangan, dan akurasi umpan seperti saat berseragam Juventus.
Ya, umpan lambungnya yang begitu akurat berhasil dipantulkan Patrick Cutrone untuk membebaskan Suso Fernandez dari kawalan. Sayangnya, tendangan Suso yang ‘belum panas’, hanya mengarah tepat pada Alex Cordaz, penjaga gawang Crotone.
Bonucci bahkan memperlihatkan diri telah berada di jalur yang tepat ke performa terbaiknya setelah mampu mencetak gol perdananya bagi Rossoneri. Setelah dalam beberapa pertandingan sebelumnya ia mendapati sundulan-sundulan yang melenceng atau tendangan-tendangan yang membentur lawan, akhirnya ia mencetak gol juga meskipun dari prosesnya terlihat begitu besar faktor keberuntungan karena Cordaz gagal mengantisipasi arah bola lambung hasil tendangan penjuru.
Lain halnya dengan Lucas Biglia. Mantan kapten kesebelasan Lazio ini sempat dianggap sebagai salah satu pembelian terburuk. Seperti Bonucci, Biglia juga dianggap belum menunjukkan performa briliannya seperti ketika berseragam Lazio. Lini tengah Milan masih belum mampu menjadi kreator atau protektor yang baik di bawah kendalinya. Akibatnya, tempat Biglia sempat beberapa kali diberikan kepada Riccardo Montolivo.
Namun dalam pertandingan melawan Crotone, Biglia dihadiahi nilai tertinggi dari situsweb WhoScored, pertanda betapa krusial penampilannya. Memang, satu pertandingan saja belum dapat menjustifikasi bahwa performanya tengah bangkit, tetapi dalam situasi seperti ini, mengapresiasi perbaikan sekecil apa pun memang perlu dilakukan.
Dan yang terakhir, Hakan Calhanoglu, merupakan pemain yang juga banyak sekali mendapatkan cibiran. Terlepas dari ia memang baru datang dari klub yang berasal dari liga sepak bola yang berbeda (Bayer Leverkusen, Bundesliga), pemain berusia 23 tahun ini dianggap terlalu lembek untuk bermain di Serie A, dan di negara di mana hasil akhir amat dipuja, Calhanoglu yang minim kontribusi gol atau asis bagi Milan, sudah kadung dicap sebagai pembelian gagal.
Tetapi siapa yang menyangka jika pada laga melawan Inter tersebut kemudian Calhanoglu seperti memperlihatkan mengapa Milan patut bersabar menunggu kemampuan terbaiknya keluar. Berkat permainan penuh determinasi dan umpan-umpannya yang akurat, lini belakang Nerazzurri pun kehilangan konsentrasi hingga kemudian Cutrone berhasil mencetak gol kemenangan.
Satu gol juga berhasil dilesakkannya ke gawang Fiorentina di Artemio Franchi untuk menyelamatkan Milan dari kekalahan, dan umpan-umpan akuratnya amat membantu Milan dalam membongkar rapatnya pertahanan Crotone.
Manajemen sendiri bukannya tidak menyadari lambatnya proses revitalisasi skuat Milan. Dengan poin yang jauh tertinggal dari para penghuni papan atas, rataan gol yang minim dan jumlah kebobolan yang banyak, performa Milan jelas masih di bawah ekspektasi. Para pemain baru Milan juga masih tampil di bawah standar. Inilah yang menyebabkan dipecatnya Montella.
Tetapi Massimiliano Mirabelli, Direktur Olahraga Milan, membeberkan beberapa hal positif yang sebetulnya cukup melegakan, yaitu rendahnya rataan umur skuat Milan dan keberhasilannya menjual pemain-pemain yang memang sudah tidak lagi dibutuhkan.
“Semua ini membutuhkan lebih dari satu jendela transfer,” ujar pria yang juga pernah menjabat sebagai kepala pemandu bakat dari FC Internazionale Milano. Ya, Mirabelli sendiri membuktikan ucapannya bahwa fokus Milan pada bursa transfer musim dingin ini adalah menjual tiga pemain, yaitu Gustavo Gomez, Gabriel Paletta, dan Jose Mauri. Setelah berhasil menjual, barulah Milan dapat kembali berbelanja pemain.
Meningkatnya performa trio BBC ala Milan ini jelas amat membantu. Beroperasi di lini yang berbeda, ketiganya jelas akan menjadikan kebangkitan Milan bukan lagi sekadar wacana. Membaiknya performa mereka tentu menurunkan tekanan pada penggawa anyar lain semisal Nikola Kalinic dan Andre Silva.
Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)