Nasional Bola

13 Januari 2007: Ketika Lord Atep Mengguncang Asia Tenggara

Piala AFF 2007 menjadi era baru bagi sepak bola Asia Tenggara. Ini adalah pertama kalinya nama turnamen dipakai dengan mengacu kepada federasi sepak bola wilayah tersebut, bukan lagi merek minuman keras Tiger Beer yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kemitraan mereka.

Selain format baru yang menggunakan babak kualifikasi untuk menyaring delapan tim peserta, Piala AFF 2007 juga menjadi ajang kemunculan para pemain muda berbakat di wilayah ini. Salah satu di antaranya adalah Lord Atep.

Kembali ke 13 Januari 2007, di National Stadium, Kallang, Singapura, Indonesia berhadapan dengan Laos di hari pertama. Indonesia sebenarnya dijagokan untuk memenangkan pertandingan dengan mudah, tetapi justru mereka kesulitan sepanjang pertandingan, dan terlalu banyak membuang-buang peluang. Atep yang kala itu masih berusia 21 tahun, justru kemudian keluar sebagai pahlawan kemenangan tim.

Atep sendiri masuk ke dalam skuat mengalahkan bintang-bintang muda lain seperti Muhammad Ridwan, Ian Louis Kabes, dan Arif Suyono. Ia bersama Eka Ramdani dan Syamsidar, adalah sedikit dari penggawa skuat yang di persiapkan untuk SEA Games di tahun yang sama, dan dipanggil untuk bermain di Piala AFF. Atep  tidak canggung ketika mesti bermain dengan para pemain yang lebih senior seperti Ilham Jaya Kesuma, Elie Aiboy, dan Erol Iba.

Laos berhasil menahan skuat Garuda pada babak pertama. Indonesia kemudian terus menggempur pertahanan tim lawan. Enam menit setelah wasit meniupkan peluit tanda pertandingan babak kedua dimulai, sebuah kiriman umpan Mahyadi Panggabean dari sisi kiri penyerangan Indonesia jatuh ke jantung pertahanan lawan.

Ilham Jaya Kesuma melakukan flick untuk menyodorkan bola kepada Atep. Kesempatan pertamanya masih berhasil diblok lawan. Bola muntah langsung kembali disambar pemain yang kala itu masih memperkuat Persija Jakarta ini untuk menjebol gawang Laos.

Diselang oleh gol yang berasal dari aksi individu Saktiawan Sinaga, Atep kemudian menyarangkan gol ketiga Indonesia di pertandingan tersebut dengan cara yang sangat sensasional. Sepak pojok Mahyadi sepertinya tidak menemui sasaran karena berhasil diblok pemain bertahan lawan sehingga melebar dan melambung tinggi. Ketika semua pemain di lapangan menganggap bola akan keluar dan menjauh dari kotak penalti, ternyata ada Atep yang berdiri di sana. Sebelum bola menyentuh tanah, Atep menembak bola dengan kaki kanan. Boom, bola meluncur mulus ke gawang Laos.

Situasi ini hampir serupa dengan yang dilakukan Arjen Robben ke gawang Manchester United pada babak perempat-final Liga Champions tahun 2010. Well, sebelum Robben melakukannya, Lord Atep sudah mencetak gol dengan proses yang hampir serupa tiga tahun sebelumnya, tentu Anda paham maksud kalimat ini, bukan?

Piala AFF 2007 ini boleh jadi memiliki banyak kesan tersendiri bagi Atep. Apa yang dilakukannya di pertandingan melawan Laos, sempat membuat Atep bersama tiga pemuda Asia Tenggara lain, Le Cong Vinh (Vietnam) dan Safiq Rahim (Malaysia), dianggap akan menjadi pemain yang bisa membawa sepak bola Asia Tenggara ke tahap yang lebih baik. Sementara dua nama lain sudah merasakan gelar juara Piala AFF, Atep bahkan justru kesulitan hanya untuk sekadar kembali dipanggil ke timnas Indonesia.

Piala AFF 2007 ini juga menjadi sejarah kelam, karena untuk pertama kalinya Indonesia tidak berhasil lolos dari fase grup. Turnamen ini pula yang menjadi akhir bagi karier Peter Withe sebagai pelatih timnas Indonesia, hingga akhirnya secara impulsif Ivan Kolev kembali ditunjuk menangani timnas Indonesia beberapa bulan saja jelang digelarnya Piala Asia 2007, di mana Indonesia menjadi salah satu tuan rumah penyelanggara.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia