Eropa Inggris

Bukan Perkara Mudah bagi Arsenal Mencari Pengganti Francis Coquelin

Dirinya pernah dianggap sebagai salah satu pemain penting bagi Arsenal. Dirinya tidak “menyandang nama besar”, namun memberikan kontribusi yang maksimal. Ketika dibutuhkan, Francis Coquelin memberikan semuanya untuk Arsenal. Kini, ketika dirinya akan pergi, urusan mencari pengganti tak semudah yang dipikirkan.

Praktis, semuanya berawal ketika Santi Cazorla harus absen dalam waktu yang sangat lama karena cedera parah. Menepinya pemain asal Spanyol tersebut menjadi petaka bagi Arsenal. Tak ada gelandang lain yang punya cara bermain dan kemampuan seperti Cazorla. Bongkar-pasang pemain, terutama untuk mencari rekan duet Coquelin sebagai dua pivot, tak berjalan dengan mulus.

Beberapa tahun yang lalu, ketika Arsenal dilanda krisis pemain tengah, Arsene Wenger memulangkan Coquelin dari masa peminjaman bersama Charlton Athletic. Gelandang bertahan asal Prancis tersebut benar-benar menjadi opsi terakhir yang dimiliki Wenger. Maka, mau tak mau, Wenger memberikan menit bermain untuk Coquelin.

Hasilnya di luar dugaan. Duet Cazorla dan Coquelin menjadi pemantik kebangkitan Arsenal. Kedua pemain ini bisa memadukan kreativitas seorang playmaker dengan ketangguhan seorang destroyer. Dua pemain yang nyaris begitu berbeda jenis ini justru menjadi berkah bagi The Gunners. Namun bulan madu itu selesai sudah ketika Cazorla cedera.

Kesulitan mendapatkan pengganti Cazorla, Wenger mengubah skema bermain Arsenal, dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-2-1. Perubahan skema dan bergabungnya Granit Xhaka membuat masa-masa indah Coquelin menuju senjakala. Apalagi, Coquelin sempat dirundung cedera. Sebuah situasi yang membuat dirinya kehilangan performa terbaik yang dahulu ia sajikan.

Untuk skema baru 3-4-2-1, Wenger sudah punya dua pemain kepercayaan untuk mengisi peran sebagai dua pivot, yaitu Xhaka dan Aaron Ramsey. Pun ketika Ramsey cedera, Wenger kembali menggunakan skema dasar empat bek, dengan Jack Wilshere mengisi tempat Ramsey. Praktis, menit bermain Coquelin hanya tersedia di Liga Europa, Piala FA, dan Piala Carabao.

Sadar akan situasi yang sudah sangat berubah, Coquelin tak menunjukkan resistensi ketika namanya dimasukkan ke dalam daftar jual. Meskipun baru saja memperpanjang kontrak Coquelin 12 bulan yang lalu, Arsenal dengan senang hati menerima tawaran dari Valencia. Nilai transfer yang disepakati sekitar 10 hingga 12 juta paun.

Tentu saja, nilai transfer Coquelin nisbi kecil. Valencia masih harus menyediakan sejumlah dana untuk menutup gaji Coquelin yang bagi mereka cukup tinggi. Sementara itu, manajemen Arsenal memahami situasi tersebut dengan menerima proposal resmi Valencia.

Maka, pertanyaan selanjutnya bagi Wenger adalah: “Bagaimana cara Arsenal menggantikan Coquelin?” Betul, meski dirinya dengan mudah dijual, bukan berarti masalah selesai bagi Arsenal.

Jenis pemain

Seperti Cazorla, tak ada lagi gelandang Arsenal lainnya yang mirip dengan Coquelin. Meski berwajah garang dengan fisik tinggi besar, Xhaka bukan tipe gelandang bertahan murni. Xhaka lebih nyaman memerankan peran deep playmaker, meski posisinya memang ada di depan barisan bek tengah. Sederhananya, Xhaka bukan seperti Coquelin, yang bisa selama 90 menit melakukan tekel untuk merebut penguasaan, lalu memberikan bola kepada pemain yang lebih kreatif.

Maka tak perlu dijelaskan lagi bahwa baik Ramsey maupun Wilshere jelas bukan pemain dengan cara bermain seperti Coquelin. Bagaimana dengan Joe Willock? Pemain muda ini sudah semakin sering mendapatkan kepercayaan dari Wenger. Sama saja, pemain muda dari Inggris ini berbeda jenis jika dibandingkan dengan Coquelin.

 

Ainsley bermain sangat tenang

Ainsley Maitland-Niles dan pilihan rasional

Satu-satunya pemain tengah, bahkan lebih lengkap sebagai gelandang bertahan dibandingkan Coquelin, adalah Ainsley. Pemain berusia 20 tahun ini memang punya peran asli sebagai gelandang bertahan. Namun, lantaran Wenger tak punya lagi bek sayap kiri dalam skema 3-4-2-1, Ainsley dipercaya untuk mengisi peran tersebut.

Ainsley bukan gelandang bertahan “tradisional”. Ia punya olah bola yang jauh lebih baik ketimbang Coquelin. Teknik dan jangkauan umpannya juga bisa diandalkan. Bahkan, di usianya yang masih 20 tahun, Ainsley sudah menunjukkan tingkat kematangan yang memuaskan. Terbukti, bahkan ketika Sead Kolasinac sehat, Wenger memberikan kesempatan lebih kepada Ainsley untuk matang bersama pengalaman bertanding.

Baca juga: Ancaman Itu Bernama Ainsley Maitland-Niles

Maka, begini pilihan rasional yang dimiliki Wenger:

Pertama, mengembalikan skema bermain menjadi 4-2-3-1, dengan berbagai adaptasi yang sudah ditunjukkan Arsenal, yaitu menjadi 4-3-3 atau 4-5-1 sesuai situasi pertandingan. Kembali menggelar sistem empat bek, artinya, Wenger bisa mengembalikan Nacho Monreal ke posisinya semula di bek tengah, untuk menemani Kolasinac.

Dengan begitu, Ainsley bisa digeser ke tengah untuk menjadi pelapis salah satu dari Xhaka, Ramsey, atau Wilshere. Atau, ketika Xhaka mengalami penurunan performa, Ainsley bisa menjadi perjudian yang menantang. Tentu sangat pantas bagi Ainsley untuk mendapatkan kesempatan bermain di tengah setelah menjadi salah satu penampil terbaik di bulan Desember ketika bermain sebagai bek kiri.

Pilihan rasional kedua adalah membeli bek kiri. Mengapa bek kiri? Selama ini, terutama ketika bugar, Monreal justru menjadi bek tengah paling konsisten, dibandingkan bek tengah murni lainnya seperti Shkodran Mustafi, Per Mertesacker, Calum Chambers, Rob Holding, Mathieu Debuchy, bahkan Laurent Koscielny sendiri.

Bek kiri modern memang punya banderol cukup tinggi. Nama-nama seperti Alex Sandro milik Juventus atau Danny Rose pemain Tottenham Hotspur punya banderol di atas 40 juta paun. Jika ingin lebih murah namun tetap punya kualitas, Arsenal bisa mulai terlibat dalam perburuan tanda tangan Ryan Sessegnon, bek kiri berusia 17 tahun milik Fulham yang dibanderol sekitar 30 juta paun.

Mengapa harus bek kiri? Alasan kedua adalah, membeli gelandang sentral untuk pakem 3-4-2-1 akan membuat Arsenal mengeluarkan dana yang lebih tinggi ketimbang membeli bek kiri. Untuk skema 3-4-2-1, tak bisa sembarang gelandang bertahan tradisional dimainkan. Diperlukan gelandang tengah dengan keseimbangan yang bagus antara bertahan dan menyerang. Jenis-jenis gelandang yang dibutuhkan, setidaknya, punya kualitas sepeti N’Golo Kante atau Naby Keita.

Gelandang dengan spesifikasi seperti mereka bisa dibanderol di atas 60 juta paun. Padahal, Arsenal punya tipikal pemain yang mirip dalam diri Ainsley.

Pada akhirnya, menjual Coquelin memang mudah dilakukan. Namun, mempersiapkan kehidupan tanpa pemain yang belum pernah mencetak gol untuk Arsenal itu terbukti tak semudah yang dibayangkan.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen