Terkadang, rumah memang menjadi satu-satunya tempat paling bersahabat untuk meletakkan hati yang lelah. Kerinduan akan rumah bisa mengalahkan segalanya. Apalagi ketika rumah tersebut memang “membutuhkan” kepulangan seseorang itu. Kerinduan yang sama, yang berpeluang memulangkan Thiago Alcantara ke Barcelona.
Musim 2013/2014 menjadi salah satu musim yang pastinya ingin dilupakan banyak pendukung Barcelona. Kesedihan itu terasa ketika Pep Guardiola berhasil membujuk Thiago untuk meninggalkan Barcelona dan bergabung dengan Bayern München. Dana sekitar 25 juta euro mengiringi kepindahan Thiago. Harga yang begitu murah untuk Bayern.
Saat itu, Thiago dianggap sebagai pewaris yang paling ideal bagi Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Namun, situasi menjadi sangat pelik ketika dua maestro tersebut masih berada di usia produktif. Siapa saja pelatih Barcelona tentu tak akan dapat dengan mudah meyingkirkan Xavi dan Iniesta dari tim utama demi Thiago.
Thiago sendiri menyadari bahwa dirinya akan sangat sulit mencongkel dua seniornya. Di sisi lain, pemain berdarah Brasil itu juga tak bisa berlama-lama menghuni bangku cadangan dan membuang kesempatan emas untuk berkembang. Maka, sangat masuk akal apabila ia mengukuti jejak Guardiola untu merumput bersama Bayern.
Pilihan yang masuk akal. Bagi pemain muda, menit bermain sangat berharga untuk keperluan berkembang. Apalagi, Thiago punya kesempatan untuk dilatih secara langsung oleh Guardiola. Pilihan Thiago berbuah manis. Ia berkembang begitu sempurna, dan menjadi salah satu gelandang muda terbaik di dunia.
Di mata Bayern, dana 25 juta euro yang mereka keluarkan terlihat seperti nol euro. Harga yang begitu murah untuk calon maestro di masa mendatang. Hingga Guardiola angkat kaki dan digantikan pelatih lain, Thiago masih menjadi pilihan utama. Sebuah gambaran akan kualitas yang berhasil ia capai.
Namun, seperti pembuka tulisan ini, kerinduan akan rumah bisa sangat mendesak. Ayah dari Thiago, Mazinho, mengonfirmasi bahwa anaknya ingin kembali ke Barcelona. Mengapa Thiago ingin meninggalkan klub yang sudah membantunya berkembang begitu sempurna?
El Mundo Deportivo mengonfirmasi bahwa Thiago tak betah bermain di bawah asuhan Jupp Hynckes yang menggantikan Carlo Ancelotti. Tidak merasa nyaman memang menjadi banyak alasan bagi pesepak bola untuk angkat kaki. Sebuah situasi yang ideal bagi Barcelona.
Mungkin, ketimbang mendatangkan Philippe Coutinho, Barcelona bisa fokus memulangkan salah satu maestro lini tengah ini. Ia yang hengkang sebagai pemuda, akan kembali ketika sudah menjadi laki-laki sepenuhnya.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen