Eropa Italia

Naples, Kota Sepak Bola yang Berbahaya

Sebagai pemcinta sepak bola, penulis yakin kalian semua pasti tak akan melewatkan stadion sepak bola, toko resmi klub sepak bola lokal, atau bahkan pub-pub tempat suporter klub lokal berkumpul apabila berkunjung ke suatu kota baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan, ada beberapa pecandu sepak bola yang rela pergi jauh hanya untuk mengunjungi situs sepak bola di suatu tempat tertentu

Memang, beberapa kota di dunia justru mengandalkan sepak bola sebagai sektor pendapan utama, seperti contohnya beberapa kota ini. Namun, kota-kota tersebut mampu membangun lingkungan yang kondusif agar turis sepak bola yang datang ke kota tersebut merasa aman.

Lain halnya dengan Naples, kota yang terletak di selatan Italia ini, memiliki kultur sepak bola yang besar secara alami. Sayangnya, hal ini tidak didukung dengan tingkat keamanan yang mumpuni.

Naples adalah salah satu kota yang paling berbahaya di dunia. Adanya aktivitas camorra, mafia lokal, membuat Naples masuk ke daftar kota-kota yang paling berbahaya di dunia. Menurut laporan dari Business Insider, setidaknya ada 100 klan mafia dengan asosiasi lebih dari 10 ribu organisasi. Pejalan kaki membawa senjata api adalah hal yang lazim di sana. Pemerasan, perampokan, dan pencurian juga memiliki angka yang tinggi di sana. Bisnis narkoba serta perdagangan manusia secara ilegal juga menjadi isu tersendiri yang tak dapat diatasi oleh pemerintahan setempat.

Lokasi Naples yang berada di selatan Italia memang menjadi masalah tersendiri. Di Negeri Pizza tersebut, bagian selatan dan utara bagaikan hitam dan putih. Di selatan Italia, tingkat kesejahteraan jauh lebih minim dibandingkan di utara, yang dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pendidikan, kesehatan, dan kejahatan. Selain itu, mafia di Italia kebanyakan bersarang di selatan Italia.

Lebih dari itu, tingkat polusi di Naples juga mengkhawatirkan. Para camorra dikabarkan telah membuang limbah kimia hasil industri dan limbah nuklir sejak medio 1990-an. Selain itu, sekitar 10 ton sampah beracun dikubur di area pembuangan sampah akhir kota Naples, yang sebenarnya diperuntukkan untuk sampah-sampah biasa. Ini menyebabkan tingginya tingkat kanker di kota tersebut

Yang menjadi masalah adalah, tingkat keamanan Napoli yang amat minim ini berimbas ke sepak bola. Fabio Quagliarella, penyerang gaek milik Sampdoria, pernah menjadi korban penguntit yang menghancurkan kariernya ketika membela SSC Napoli. Cerita Quagliarella bersama Napoli sungguh menyedihkan, karena pada dasarnya ia adalah putra daerah yang besar di kota tersebut, namun namanya sempat kotor karena ulah seorang polisi yang terganggu jiwanya.

Selain Quagliarella, penyerang sayap mungil nan gesit Napoli, Lorenzo Insigne, pernah mengalami tindak kriminal di kota tersebut. Di bulan Februari 2016 lalu, Insigne dirampok oleh sekelompok orang bersenjata api ketika sedang mengendarai mobil miliknya bersama istrinya, Genoveffa Darone.

Saat itu, mobil Insigne yang tengah berhenti karena lampu lalu lintas, dihampiri oleh beberapa perampok yang mengendarai sepeda motor. Pria yang lahir di tahun 1991 itu pun ditodong dengan pistol yang mengarah ke kepalanya, sebelum ia akhirnya menyerahkan jam tangan bermerek Rolex, perhiasan, dan beberapa uang tunai ke perampok tersebut. Satu perampok pun berkata kepadanya untuk mencetak gol di laga selanjutnya Napoli melawan Fiorentina.

Insigne bukan satu-satunya pesepak bola yang menjadi korban perampokan ketika bermain di Napoli. Di tahun 2013, gelandang asal Swiss, Valon Behrami, juga ditodong dengan pistol, sebelum akhirnya bebas setelah menyerahkan jam tangan dengan merek Hublot senilai 5 ribu euro.

Bahkan, pemain sekelas Marek Hamsik yang mendedikasikan kariernya untuk Il Partenopei pun tak luput dari kejahatan serupa. Di tahun yang sama dengan Behrami, pemain dengan rambut mohawk asal Slovakia ini dirampok ketika tengah mengendarai mobilnya di sekitar Stadion San Paolo. Ia pun harus menyerahkan Rolex-nya sebelum dapat bebas.

Menurut kabar dari Telegraph, beberapa pemain ditarget oleh ultras setempat apabila pemain tersebut menolak untuk hadir di acara yang diadakan oleh ultras, atau mereka tidak menunjukkan respek.

Camorra pun turut andil dalam ‘memanaskan’ suasana. Di bulan November tahun 2017 lalu, SSC Napoli diinvestigasi karena diduga memberikan tiket secara cuma-cuma ke mafia tersebut. Beberapa pemain pun dicurigai memiliki koneksi dengan para mafia, yang dikabarkan mendapatkan tiket dari pemain-pemain tersebut. Tak hanya itu, isu pengaturan skor dan kekerasan yang terjadi antar-ultras kabarnya dilatarbelakangi oleh aktivitas mafia tersebut.

Sungguh sangat disayangkan, karena gairah publik Napoli terhadap sepak bola begitu besar. Kesuksesan klub dengan warna biru langit yang ikonik tersebut juga ditambah dengan fakta bahwa Diego Maradona, salah satu pesepak bola terbaik sepanjang masa, menjadi legenda di klub Napoli, membuat orang berdatangan tak hanya dari Italia, namun juga dari seluruh penjuru dunia. Penjabaran Sergio Chesi, jurnalis Goal, barangkali yang paling tepat untuk menyimpulkan Naples.

“Apabila Maradona adalah sebuah kota, ia adalah Naples, dan apabila Naples adalah pesepak bola, maka kota tersebut adalah Maradona. Mereka sama satu sama lain, sama-sama memiliki masalah yang rumit, sama-sama memiliki momen naik turun, dan sama-sama memiliki keindahan tersendiri.”

Itulah keindahan dari Naples, kota sepak bola yang menyimpan sejuta marabahaya.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket