Eropa Italia

Fabio Quagliarella dan Penguntit yang Menghancurkan Kariernya di Napoli

Tribes, masih ingat dengan Fabio Quagliarella? Juru gedor gesit asal Italia ini termasuk ke dalam salah satu pesepak bola yang nomaden, meskipun semua kariernya dia habiskan di negara kelahirannya. Total ada delapan klub profesional di Italia yang pernah ia bela, mulai dari Torino, Udinese, Fiorentina, hingga Juventus.

Bersama Juventus, Quagliarella berhasil meraih tiga gelar Serie A berturut-turut di musim 2011/2012 hingga 2013/2014. Kini, penyerang yang sudah memasuki senja kariernya itu merumput bersama Sampdoria. Meskipun begitu, tahukah kalian kalau Quagliarella bisa saja menjadi legenda bagi Napoli, selayaknya Diego Maradona dan Marek Hamsik?

Quagliarella lahir di Castellammare di Stabia, sebuah comune dari kota Napoli, Italia Selatan. Sebagai putra asli Napoli, wajar impian Quagliarella kecil adalah menjadi idola di San Paolo, seperti, tentu saja, Maradona. Menariknya, pemain yang sekarang berusia 34 tahun ini, menapaki karier sepak bolanya bersama Torino terlebih dahulu di tahun 1999.

Butuh 10 tahun baginya untuk bisa mengenakan seragam biru langit Napoli yang ikonik, ketika Il Partenopei mengakuisisinya di awal musim 2009/2010 dari Udinese. Kepindahannya ke Napoli adalah mimpi yang jadi nyata bagi Quagliarella, seperti yang diungkapkan sang pemain ke Mediaset, dikutip dari Independent. Namun, apa daya, mimpi indah tersebut berubah menjadi buruk karena seorang penguntit yang mengganggu hidupnya dan keluarganya.

“Saya selalu membayangkan saya menjadi kapten Napoli, memenangkan sesuatu bersama mereka. Apabila hal buruk tak terjadi, saya yakin saya masih bermain bersama mereka.”

Ya, begitu berartinya Napoli bagi Quagliarella, dan cintanya kepada klub tersebut juga bersambut. Para suporter menyukainya, mereka menyebut bahwa Quagliarella adalah putra daerah yang selalu menjadi kebanggaan, dan kepulangannya kembali ke Napoli adalah hal terbaik yang datang bagi klub tersebut setelah sekian lama. Bahkan, mereka membuatkannya lagu sendiri, sesuatu yang tak dilakukan suporter Napoli sejak kehadiran Maradona.

Baca juga: Rumor Kepulangan Fabio Quagliarella ke Napoli

Awal kariernya di kota kelahirannya berjalan bahagia, hingga kemunculan seorang polisi bernama Raffaele Piccolo. Polisi inilah yang telah menguntit Quagliarella selama sang pemain tinggal di Napoli. Kisahnya begitu ironis, hingga layak untuk dijadikan cerita misteri yang penuh dengan kejutan. Berikut ini adalah penuturan Quagliarella tentang permulaan mimpi buruknya.

“Seorang penguntit telah mengikuti saya selama beberapa lama. Saya tak tahu apa yang ada di pikirannya, karena saya pikir ia adalah seorang polisi, dan saya merasa bahwa ia adalah orang yang bisa saya percaya.”

“Semua berawal ketika saya meminta tolong ia (Piccolo) dengan masalah password yang saya miliki, dan ia berhasil menyelesaikan itu.”

“Setelah itu, saya mulai mendapatkan beberapa surat tanpa nama berisikan foto-foto gadis kecil telanjang dengan tuduhan bahwa saya adalah seorang pedofil, saya bekerja bagi Camorra (mafia), saya berdagang narkoba, dan saya mengatur skor pertandingan.”

“Ayah saya mendapatkan surat ancaman yang mengerikan. Di surat-surat itu ditulis bahwa akan ada seseorang yang akan menembak kepala saya, atau mengebom rumah saya.”

Tragisnya, Piccolo-lah orang pertama yang menjadi tumpuan Quagliarella untuk mencari siapa yang sudah menguntit dan mengganggu hidupnya. Piccolo, sang polisi yang sebenarnya merupakan tersangka utama dari hidup Quagliarella yang mengerikan.

Teror yang menimpanya pun berlanjut begitu parah dan aneh. Ia mendapatkan peti mati berisikan fotonya ketika membuka pintu rumahnya, mendapatkan screenshot berisikan video porno yang berjudulkan “Fabio Quagliarella bersama gadis kecil”, dan semacamnya. Semua hal tersebut ia adukan kepada Piccolo, yang meresponsnya dengan senang hati. Merasa terbantu dengan kehadiran sang polisi, Quagliarella pun tak segan untuk memberikan Piccolo beberapa tiket untuk laga Napoli.

Piccolo memang cukup pintar dalam melakukan aksinya. Dalam laporan yang dituliskan Bleacherreport, sang polisi mengatakan kepada Quagliarella bahwa ia sudah melakukan tugasnya, namun karena Quagliarella telat melapor, ia tak mampu mengatasi hal-hal seperti ini. Tak hanya itu, ia juga meminta mantan penyerang timnas Italia ini untuk merahasiakan hal ini dari semua orang, dan tidak melaporkan ke polisi lain karena akan mengganggu ‘investigasi’ Piccolo.

Kejahatan Piccolo akhirnya terbongkar setelah Giovani Barile, seorang pengacara yang tinggal di commune yang sama dengan Quagliarella, membocorkan semuanya. Berdasarkan penuturan Barile, Piccolo-lah yang berada dibalik penyiksaan yang diterima Quagliarella.

Pengakuan Barile memperkuat asumsi Vittorio Quagliarella, ayah Fabio, yang sudah mulai menaruh kecurigaan kepada Piccolo. Singkat cerita, semua aksi sang polisi jahat terbongkar, dan ia pun divonis penjara, meskipun berdasarkan artikel investigatif Bleacherreport¸ Piccolo masih hidup di luar jeruji.

Sayang, nasi sudah menjadi bubur. Tak kuat menahan segala hal menyeramkan kepadanya selama masih berada di Napoli, Quagliarella dilego oleh manajemen klub ke Juventus, yang merupakan rival berat Napoli, di musim berikutnya. Wajar saja, para ultras I Ciucciarelli yang terkenal panas mencercanya habis-habisan. Ia dituduh pindah karena mengincar uang, ibunya diejek sebagai pelacur, dan hinaan lainnya yang tak dapat dituliskan di sini.

Reaksi yang sebenarnya bisa dimengerti, karena mereka telah menganggap Quagliarella sebagai titisan Maradona, setidaknya sebagai pemain yang mampu menjadi ikon Napoli selanjutnya.  

“Orang-orang menuduh saya pindah hanya karena uang, yang sama sekali tidak benar. Saya dan keluarga saya sangat sedih mendengarnya. Mereka peduli terhadap saya dan merasa dikhianati, namun saat itu mereka tak tahu mengapa saya hengkang. Mereka melihat saya menjadi kapten masa depan klub, mengangkat trofi bagi mereka.”

Untungnya, setelah kisah ini terungkap di awal tahun 2017 lalu, suporter Napoli meminta maaf kepada dirinya. Di laga melawan Crotone awal tahun lalu yang bertempat di San Paolo, sebuah banner terbentang bertuliskan, “Anda mampu melewati hidup bagai neraka dengan harga diri dan ketabahan yang luar biasa. Kami akan menerima anda kembali Fabio, putra asli kota Napoli.”

Sungguh malang nasib Fabio Quagliarella. Kisah seperti ini menunjukkan bagaimana kehidupan di luar lapangan sepak bola mampu mengubah nasib seorang pesepak bola secara drastis. Di pengujung kariernya sekarang, Quagliarella nampak menikmati hidup bersama Sampdoria, namun tentu, ia tak akan dapat memaafkan sosok Raffaele Piccolo yang telah merenggut impiannya dengan cara yang menjijikkan.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket