Eropa Italia

Fabio Quagliarella dan Kisah Ketajaman Attacante Gaek di Sejarah Serie A

Benarkah Serie A Italia adalah kompetisi para pesepak bola yang sudah tua? Jawabannya tergantung Anda. Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Mau dikata liganya para sesepuh boleh, dikatakan tidak pun juga silakan. Terserah apa mau dikata. Lagipula faktanya, di sana yang tua banyak hitungannya dan yang muda-muda juga bertebaran di mana-mana.

Kalau pun berkukuh melabelkan Serie A dengan stigma “tua”, tak perlu dipersoalkan terlalu jauh. Justru terkadang muncul keunikan tersendiri dari stigmatisasi tersebut. Beberapa genitori atau “orang tua” di Serie A, tak jarang masih menunjukkan performa prima meski kariernya menuju senja. Hal itulah yang sedang terjadi pada kapten dan penyerang Sampdoria, Fabio Quagliarella.

Sampdoria memang sedang naik daun musim ini. Klub asuhan Marco Giampaolo itu menduduki tujuh besar klasemen Serie A hingga giornata ke-15 ini. Pesatnya perkembangan klub asal kota Genoa itu tidak lain karena performa pemainnya yang juga sedang naik. Mereka yang berperan besar pada kebangkitan Il Samp seperti Duvan Zapata, Lucas Torreira, Bartosz Berezynsky, Gian Marco Ferrari, hingga sang kapten, Fabio Quagliarella.

Khusus Fabio Quagliarella, jelang akhir tahun hingga selepas melawan Cagliari (10 Desember), pesepak bola berusia 34 tahun itu sudah mengemas 9 gol dan 6 asis di liga. Catatan impresif seperti itu, barangkali bukan yang terhebat dari mantan primapunta dari Udinese ini. Tetapi, terus produktif di umur yang tak muda lagi tentu merupakan sesuatu yang spesial dan langka.

Tidak semua pemain senior bisa menjaga performa yang bagus di liga top Eropa seperti Serie A. Karena spesial itulah, setidaknya keberadaan Quaqliarella membuat kita flashback dan bernostalgia tentang beberapa penyerang tua-tua keladi, yang tetap galak di depan gawang walau berusia senja.

 

Kredit: Thesefootballtimes

Dario Hübner

Pemain yang dari nama belakangnya tidak berciri khas penamaan Italia ini, memang hanya menuai pamor di klub-klub kasta bawah di Serie C dan Serie B. Cesena, Brescia, Piacenza, Ancona, Perugia, dan Mantova adalah beberapa klub yang pernah ia bela sepanjang kariernya. Meski begitu, dirinya seperti dilahirkan untuk mencetak gol. Hübner penah meraih capocannoniere atau pencetak gol terbanyak di beberapa tingkatan liga mulai dari Serie C, Serie B, dan Serie A.

Prestasi terbesar Bisonte (si Bison), julukan Hübner, yakni kala menjadi top skor Serie A musim 2001/2002, bersama klub semenjana, Piacenza. Hebatnya lagi, selain mengemas  banyak gol dari klub gurem itu, dia juga melakukan hal itu kala usianya sudah memasuki 35 tahun. Musim itu dia mempunyai angka 24 gol dan menjadi yang tertajam bersama David Trezeguet. Meski tak bermain di klub besar atau timnas Italia, dengan pernah menjadi top skor Serie A, nama Dario Hübner tetap pantas dijadikan “legenda”.

 
Alessandro Del Piero

Alessandro Del Piero

Posisi Alessandro Del Piero sendiri bukan penyerang murni. Karena dia bisa diplot sebagai penyerang utama, penyerang bayangan, gelandang serang atau bahkan diberi peran sebagai trequartista sekalipun. Meski bukan predator penunggu di depan kotak penalti, jangan remehkan soal kemampuan mantan kapten Juventus itu dalam menjebol gawang lawan.

Pemain ini pandai memberikan lukisan yang indah sesuai julukan Il Pinturiccio (si pelukis) dengan kakinya untuk mencetak gol. Kreasi terbaiknya muncul pada musim 2007/2008, ketika menjadi sosok terbanyak dengan 21 golnya di Serie A bersama Juventus. Alex pada saat itu berusia 33 tahun, cukup uzur untuk menjadi raja gol di kompetisi, meski di Italia hal tersebut tergolong tak tua-tua betul.

 
karier Di Natale

Antonio Di Natale

Antonio “Toto” Di Natale, adalah legenda hidup klub asal Italia utara, Udinese. Pemain kelahiran Naples itu total mencetak 301 gol sepanjang karier dengan rincian 209 yang ia lakukan di Serie A. Dia juga menjadi top skor sepanjang masa bagi klub bernama lain Il Zebrette itu dengan total 227 gol. Masa-masa terbaik Di Natale adalah musim 2009/2010 dan 2010/2011 lalu dengan menjadi top skor Serie A, masing-masing 29 dan 28 gol. Ketika pertama kali menjadi top skor, Di Natale telah memasuki angka 33 pada usianya. Di Natale juga dikenal berkat duetnya dengan Alexis Sanchez semasa di Udinese dulu.

Meski bukan penyerang papan atas Italia, Di Natale masuk skuat Azzurri di Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Bahkan dia termasuk andalan di Piala Eropa 2012. Meski kalah di final, Anda yang menonton penyisihan grup Italia kontra Spanyol pasti masih ingat persis bagaimana Di Natale mencetak gol placing ke gawang Iker Casillas, setelah menerima umpan terobosan manis Andrea Pirlo.

 
Luca Toni

Luca Toni

Penyerang ini bahkan menjadi pencetak gol terbanyak dalam satu musim di Serie A ketika usianya sudah 38 tahun. Orang tersebut adalah Luca Toni. Pemain jangkung dengan tinggi 193 sentimeter ini melakukan hal sensasional itu kala bermain di Hellas Verona musim 2014/2015. Pemain dengan selebrasi menggerak-gerakkan tangan dekat telinga itu mencetak 22 gol, dia menjadi top skor bersama Mauro Icardi musim tersebut.

Toni sebenarnya pernah meledak musim 2005/2006 dengan mencetak 31 gol di Fiorentina. Capaian itulah yang membuatnya mengunci satu pos lini depan timnas Italia ketika mereka juara Piala Dunia 2006. Dia pernah bermain di Bayern München, AS Roma dan Juventus. Saat ini Luca Toni adalah pemegang rekor sebagai top skor Serie A dengan usia tertua: 38 tahun.

Sebenarnya masih ada lainnya pemain dengan usia 30 atau lebih yang menjadi top skor Serie A seperti Christian Vieri, Cristiano Lucarelli, Francesco Totti, atau Edin Džeko musim lalu. Hal ini tentu semakin menebalkan stigma Serie A Italia sebagai liganya para tetua.

Setelah pensiunnya Di Natale atau Toni, jarang ada old crack striker yang menyeruak dan menantang perburan gelar top skor. Memang benar, Edin  Džeko juga sudah berusia 31 saat menjadi pencetak gol terbanyak musim lalu. Tetapi usia itu terhitung tak jauh dari masa keemasan pesepak bola yang biasanya di kisaran 28, 29, dan 30 tahun.

Tren itu bisa berlanjut, andai stabilnya performa Fabio Quagliarella bisa dijaga. Baru jelang setengah musim berjalan, mantan pemain Juventus itu sudah mencetak 9 gol. Artinya itu peningkatan pesat, karena dia hanya mencetak 12 gol di liga sepanjangan musim lalu. Berbeda dari Džeko, keberadaan Quagliarella unik karena dia tetap tajam meski sudah terlewat jauh dari era potensialnya.

Maka dari itu, mari berharap pada kapten Il Samp itu, agar dia menjadi si tua keladi baru di Serie A. Buktikan itu, Quagliarella!

Author: Haris Chaebar (@chaebar_haris)