Generasi saat ini mungkin tidak banyak yang tahu dengan nama Chrisitian Ziege. Ia merupakan bintang timnas Jerman di era 1990-an hingga 2000-an awal. Yang eksentrik bukan saja gaya rambut seperti yang ia tunjukkan di Piala Dunia 2002, tetapi gaya bermain Ziege sebagai pemain belakang juga tidak biasa.
Di masa jayanya, Ziege yang bermain sebagai bek kiri ini betul-betul agresif. Ia bisa naik jauh bahkan merangsek masuk hingga kotak penalti lawan. Karena itulah Ziege tergolong produktif untuk ukuran pemain bertahan. Kariernya lebih banyak dihabiskan di Jerman dan Inggris, juga sempat bermain untuk AC Milan selama dua musim hingga kemudian hijrah ke Middlesbrough pada pergantian milenium baru. Ziege juga merupakan pemain yang terlibat ketika Liverpool meraih trigelar pada tahun 2001.
Lama tak terdengar kabar setelah ia pensiun dari sepak bola profesional pada tahun 2005, mulai tahun 2018 nanti, Ziege dipastikan akan menangani kesebelasan asal Liga Thailand, Ratchaburi Mitr Phol FC. Ziege datang menggantikan Jose “Pacheta” Rojo yang kembali ke Spanyol setelah dua musim menangani kesebelasan berjuluk The Dragons tersebut.
Kedatangan Ziege pertanda bahwa Ratchaburi siap menggapai level yang lebih baik. Mereka menempati peringkat keenam klasemen akhir Liga Thailand dalama dua musim beruntun. Tentunya, Ratchaburi ingin bisa tampil lebih baik lagi. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Ziege merupakan sosok yang tepat untuk mengangkat prestasi Ratchaburi?.
Kariernya sebagai pelatih lebih banyak berkutat di tim usia muda. Setelah pensiun pada tahun 2005 ia banyak berkerja di kesebelasan terakhirnya Borussia Mönchengladbach sebagai pelatih tim U-17, direktur olahraga, dan asisten pelatih. Kecemerlangannya di sana kemudian membawa Ziege ditawari pekerjaan sebagai pelatih timnas usia muda oleh federasi sepak bola Jerman.
Sejak tahun 2011 hingga 2015, Ziege menangani timnas usia muda Jerman dari kelompok umur 16 tahun hingga 19 tahun. Pekerjaan terakhirnya sebelum mendarat di Thailand adalah menangani tim Segunda B, level ketiga sepak bola Spanyol, Atletico Baleares.
Ratchaburi jelas melakukan sebuah keputusan yang sangat berani, mengingat Ziege betul-betul asing dengan sepak bola Asia, bahkan sepak bola Thailand khususnya. Banyak yang menyebut bahwa keputusan klub untuk mengontrak Ziege lebih kepada aspek bisnis dan diharapkan kehadiran Ziege bisa memikat para pemain asing untuk bermain di tim yang bermarkas di Mitr Phol Stadium ini.
Sebetulnya, ketika Bryan Robson menangani timnas Thailand pada periode 2009 hingga 2011, bisa menjadi pembelajaran. Bahwa nama besar sebagai pemain belum tentu juga akan menghadirkan kesuksesan ketika menjadi pelatih. Robson kala itu bahkan gagal total di Piala AFF 2010, di mana ia gagal membawa timnas Thailand melaju dari fase grup. Tetapi poin positif yang bisa diambil adalah, dengan kedatangan Ziege, bisa diasumsikan bahwa sepak bola Thailand tengah menyasar level yang lebih baik dari di mana mereka berada saat ini.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia