Lini depan Liverpool adalah senjata tajam yang pasti membuat tim mana saja menaikkan kewaspadaannya. Mohamed Salah, Philippe Coutinho, dan Sadio Mane menjadi tiga pemain yang paling menyita perhatian, terutama nama pertama yang baru bergabung musim ini. Namun, ada satu pemain lagi, Roberto Firmino, yang layak mendapatkan altar puji-pujian untuk dirinya sendiri.
Hingga pekan ke-19, nama Mohamed Salah masih memimpin daftar pencetak gol terbanyak di Liga Primer Inggris dengan 15 gol. Ia berbagi tempat dengan Harry Kane, penyerang Tottenham Hotspur. Namun, Salah unggul dari sisi efektivitas. Untuk mencapai 15 gol, Salah membutuhkan 1.444 menit bermain, sementara Kane butuh 1.576 menit. Tambahan, Salah membuat empat asis, berbanding satu dari Kane.
Dari sisi statistik, praktis terlihat bahwa Salah adalah penampil terbaik Liverpool hingga separuh musim 2017/2018 ini. Ketajamannya, meski bermain sebagai penyerang sayap sebelah kanan, membuat pemain asal Mesir ini banjir pujian. Salah satu sebab performanya yang mengilap adalah mampu beradaptasi dengan cepat.
Menjadi pemain terbaik di tahun pertama, praktis, setiap minggu, nama Salah menghiasai wajah media Eropa. Jika bukan Salah, biasanya, media lebih suka mengangkat cerita soal Philippe Coutinho. Setiap gelagat, setiap asis, setiap gol, setiap ekspresi Coutinho adalah material berita utama yang layak jual.
Pembaca pasti memahami saga Coutinho dengan Barcelona masih dan akan terus berlanjut. Apalagi, menjelang dibukanya jendela transfer musim dingin yang tinggal empat hari lagi. Salah dan Coutinho, banyak orang yang seperti melupakan kontribusi satu pemain. Ia belum banyak mencetak gol musim ini. Namun, keberadannya sangat penting untuk cara bermain ala Jürgen Klopp.
Baca juga: Berkenalan dengan Sistem Tiga Bek ala Jürgen Klopp
Meski berposisi sebagai penyerang, hingga pekan ke-19, Firmino baru mencetak tujuh gol dan empat asis. Peran pentingnya memang bukan hanya soal mencetak gol dan membuat asis. Kerja pemain asal Brasil tersebut ditekankan kepada tiga kelebihannya, yaitu work rate, kesadaran akan ruang, dan kemampuannya menjadi playmaker.
Tiga kelebihan Firmino tersebut jelas saling berkaitan ketika bermain. Untuk menggambarkan pentingnya keberadaan Firmino, kita bisa menengoknya lewat beberapa ciri khas cara bermain Klopp ketika menukangi Liverpool.
Ciri pertama adalah istilah counter-press atau gegenpressing yang populer berkat Klopp. Secara singkat, counter-press adalah sebuah usaha untuk memenangi kembali penguasaan bola seketika setelah kehilangan bola. Ciri ini menguntungkan Liverpool ketika berhasil mengambil kembali penguasaan bola karena dekat dengan gawang lawan.
Bermain dengan skema dasar (dan favorit Klopp), 4-3-3, Firmino ditempatkan sebagai penyerang. Namun, mantan pemain Hoffenheim tersebut tak berperan sebagai penyerang tradisional. Ia banyak turun ke bawah, ke ruang di mana #10 (gelandang serang) biasanya berada. Posisi ini, ditambah stamina yang mumpuni, Firmino sangat berguna dalam aksi counter-press.
Ketika kehilangan penguasaan, Firmino langsung “menyergap” pemain lawan yang tengah menguasai bola. Kerja Firmino ini tak selalu harus berhasil merebut bola. Bisa saja, tekanan yang diberikan Firmino bertujuan mengarahkan lawan ke ruang tertentu, di mana ia tak bisa melakukan progresi dengan baik. Atau, biasa juga supaya lawan masuk ke dalam pressing trap yang sudah dirancang sehingga pemain Liverpool lainnya bisa merebut bola dengan lebih mudah.
Tanpa work rate yang tinggi, peran ini tak akan bisa dimainkan Firmino dengan baik karena menuntut pemain untuk bergerak secara konstan. Dimulai dari ketika menguasai bola, lalu kehilangannya, Firmino dituntut menunjukkan respons dengan cepat, yaitu bergerak seketika mendekati bek lawan yang memegang bola.
Pergerakan konstan ini membuat Firmino menjadi penyerang dengan atribut bertahan yang baik. Maka masuk akal apabila musim lalu Firmino menjadi penyerang dengan catatan tekel terbaik, yaitu 67 kali percobaan sukses.
Pentingnya keberadaan Firmino yang kedua adalah pergerakannya seperti #10, yang ditunjang kemampuan playmaking yang bisa diandalkan.
Dari catatan rata-rata posisi, Firmino justru berposisi lebih rendah ketimbang Mane dan hampir sejajar dengan Salah. Bahkan, di beberapa pertandingan, Firmino bermain cukup dekat dengan Coutinho. Dengan pergerakan Firmino ini, ada dua situasi yang coba dimaksimalkan oleh Liverpool.
Pertama, memaksimalkan akselerasi Mane dan Salah di dua sisi lapangan. Barisan bek lawan yang ditarik lebih maju oleh Firmino menciptakan ruang yang cukup lebar untuk dieksploitasi Mane dan Salah. Dengan situasi ini, Salah mampu mencetak banyak gol ketika mendapatkan ruang yang lega di sisi kanan lapangan.
Kedua, menciptakan situasi menang jumlah pemain (overload) ketika serangan balik di beberapa ruang. Dengan tidak berdiri di “ujung tombak” serangan, Firmino akan lebih dekat dengan siapa saja pemain Liverpool yang terlibat dalam serangan balik. Ia bisa menjadi kanal umpan vertikal dari lini di belakangnya. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:
Ketika masuk dalam transisi serangan balik, Firmino akan menempatkan diri berbeda seperti penyerang pada umumnya. Ia turun ke bawah untuk menerima bola. Pergerakan ini bertujuan menciptakan keraguan pada bek lawan yang mencoba mengikuti pergerakan Firmino. Situasi menang jumlah pemain (2 lawan 1) ini sangat menguntungkan ketika di dalam proses serangan balik.
Jika bek lawan tersebut memutuskan untuk menekan Firmino, maka Mane akan mendapatkan ruang yang sangat luas untuk berlari. Sebaliknya, jika ia memutuskan mengantisipasi pergerakan Mane, maka Firmino akan mendapatkan ruang untuk berbalik badan dan menggiring bola mendekati gawang. Teknik olah bola dan kesadaran akan ruang membuat Firmino bisa menerima bola di berbagai situasi untuk memudahkan kawannya bergerak masuk ke kotak penalti.
Tingkat kecerdasan playmaking Firmino juga terlihat ketika ia merusak baris pertahanan lawan yang tertata rapi (solid).
Dari ilustrasi: (1) Georginio Wijnaldum memberikan umpan pendek ke belakang kepada Emre Can. Umpan ini memancing bek lawan A untuk mengejar Can. (2) Can melihat gerak Firmino dari dalam kotak penalti menuju kepadanya. Setelah memberikan umpan pendek kepada Firmino, Can berlari masuk ke kotak penalti. (3) Firmino, yang bergerak ke bawah, menyeret juga bak lawan B. Tujuannya, supaya Can mendapatkan ruang bebas di kotak penalti, yang tadinya ditempati bek lawan B. (4) Firmino memberikan umpan pendek akurat untuk Can di dalam kotak penalti.
Jika Firmino tak menyadari ruang di depan kotak penalti lawan yang terbuka lalu bergerak menempatinya, Liverpool akan kesulitan masuk kotak penalti karena padat oleh bek lawan. Kesadaran akan ruang, dan visi sebagai playmaker, membantu Liverpool membuka pertahanan lawan yang rapat.
Hal-hal seperti inilah yang tak terekam oleh statistik, luput dari banyak pemirsa, dan tak medapatkan apresiasi yang layak.
Tanpa Firmino, baik Mane maupun Salah tak akan bisa banyak mencetak gol dan. Tulisan ini mengajak pembaca untuk melihat sepak bola secara holistik. Memberikan penghargaan kepada pemain yang seharusnya layak menerimanya. Dan untuk Firmino, altar persembahan puji-pujian sudah selayaknya didirikan oleh Kopites sedunia.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen