Nasional Bola

12 Pemain Berbakat Keturunan Indonesia yang Belum Dinaturalisasi (Bagian Kedua)

Meneruskan artikel di edisi pertama, berikut kami kumpulkan 12 nama pemain berbakat keturuan Indonesia yang belum dinaturalisasi. Bakat mereka cukup besar, dan beberapa di antaranya mungkin dapat meningkatkan kualitas timnas Indonesia, baik di tingkat junior maupun senior.

Lalu, siapa saja yang masuk di daftar kami kali ini?

 

Mark van der Maarel

Salah satu pemain blasteran Indonesia-Belanda dengan nilai pasar tertinggi. Berdasarkan data dari Transfermarkt, harga pemain berusia 28 tahun ini berkisar 750 ribu euro (sekitar 12 miliar rupiah). Ia memiliki darah Indonesia dari ibunya yang berasal dari Jakarta.

Berposisi sebagai bek tengah, van der Maarel merupakan pemain inti di FC Utrecht musim ini. Menariknya, ia sempat menolak panggilan Timnas U-23 Indonesia bersama Stefano Lilipaly, tahun 2011 lalu, tapi dua tahun kemudian dikabarkan tertarik untuk memperkuat timnas Indonesia.

 

Thomas Gardner

Bergeser ke Kanada, Indonesia juga memiliki bibit pemain muda yang layak dinaturalisasi, bernama Thomas Gardner. Masih berusia 19 tahun, Gardner kini bermain untuk Whitecaps FC 2 di United Soccer League (USL), satu tingkat di bawah Major Soccer League (MLS).

Gardner biasa beroperasi di gelandang tengah, dan sempat memperkuat Timnas U-15 dan U-17 Kanada. Karier junior Gardner cukup mentereng, karena pernah menjabat kapten tim di kategori U-16 klubnya, dengan raihan 13 gol dari 64 laga.

 

Tom Hiariej

Kembali ke Belanda, kali ini ada pemain yang sedang merumput di A-League bersama Central Coast Mariners, bernama Tom Hiariej. Berposisi bek kanan, pemain berusia 29 tahun ini merupakan keturunan Belanda-Maluku.

Sebelum berlabuh di Liga Australia, Tom sebelumnya pernah berseragam FC Groningen, SC Cambuur, dan FC Emmen, yang merupakan eks klub Sergio van Dijk. Menariknya, semasa di Groningen ia pernah ditangani langsung oleh Pieter Huistra, pelatih yang pernah menjadi direktur teknik PSSI.

 

Kevin Diks Bakarbessy

Sesuai nama belakangnya, pemain pinjaman Feyenoord dari Fiorentina ini memiliki darah Maluku. Ia berposisi asli sebagai bek kanan, tapi juga bisa bermain di bek kiri dan tengah. Sangat komplet, terlebih dengan usianya yang masih 21 tahun, kemampuannya masih bisa berkembang lagi.

Diks adalah jebolan akademi Vitesse Arnhem. Sejak musim lalu ia dibeli Fiorentina, tapi karena tak kunjung menembus tim inti, akhirnya ia kembali ke Vitesse dengan status pinjaman, dan di awal musim ini dipinjam Feyenoord. Mengenai peluangnya untuk dinaturalisasi tentunya sangat kecil, mengingat kiprahnya di Eropa yang cukup menjanjikan.

 

Mickaël Partodikromo

Namanya cukup tenar di Oseania, karena pernah bergabung dengan tim junior Sheffield United pada pertengahan 2013. Di tahun itu juga, ia menyandang ban kapten Kaledonia Baru U-17 di ajang OFC Championship 2013. Dua tahun berselang, ia berhasil membawa Kaledonia Baru U-19 meraih medali emas di Pacific Game 2015.

Untuk ukuran pemain junior di zona federasinya, kariernya cukup sukses. Tantangan selanjutnya adalah, apakah ia bisa tetap konsisten dan membuat mata PSSI meliriknya untuk dinaturalisasi?

 

Calvin Verdonk

Namanya sempat menjadi buah bibir karena mencetak gol tendangan jarak jauh spektakuler saat melawan Skotlandia di Piala Dunia U-17 bersama Belanda. Verdonk memang dikenal memiliki cannon ball mematikan yang menyerupai John Arne Riise, karena sama-sama berposisi bek kiri.

Lulus dari akademi Feyenoord pada 2015, pemain berusia 20 tahun ini masih berjuang menembus tim inti. Musim lalu ia dipinjamkan ke PEC Zwolle, dan musim ini bermain untuk NEC Nijmegen, juga dengan status pinjaman.

 

Levi Opdam

Ia menjadi satu dari 24 nama pemain keturunan Indonesia-Belanda yang masuk dalam daftar Kemenpora untuk dinaturalisasi. Levi merupakan pemain keturunan Maluku yang belum lama lulus dari akademi AZ Alkmaar. Masih berusia 21 tahun, ada baiknya ia mematangkan dulu kemampuannya, dan bermain reguler untuk klubnya, sebelum bersumpah menjadi warga negara Indonesia.

 

Matthew Steenvoorden

Bertinggi 188 sentimeter dan masih berusia 24 tahun, Steenvorden merupakan pemain jebolan akademi Feyenoord. Ia lahir di Belanda, tapi mendapat darah Indonesia dari kakeknya yang berasal dari Semarang. Steenvorden termasuk pemain yang versatile. Meski posisi aslinya bek tengah, ia juga bisa bermain sebagai gelandang jangkar dan tengah. Musim ini ia bermain di SC Cambuur, setelah selalu berpindah-pindah klub sejak 2012 lalu dengan status pinjaman.

 

Joey Pelupessy

Satu lagi pemain keturunan Indonesia-Belanda di bawah usia 25 tahun, dan nilai pasarnya cukup mahal. Berstatus penggawa inti Heracles Almelo, harga Joey saat ini cukup mahal untuk ukuran pemain keturunan Indonesia, yakni 1,13 juta paun. Posisinya adalah gelandang bertahan, dan ia dikenal memiliki bangunan tubuh yang kokoh. Ia juga sudah membela timnas junior Belanda di beragam kategori usia seperti U-18, U-19, dan U-20, yang artinya memiliki cukup pengalaman di pertandingan internasional, jika nantinya dinaturalisasi.

 

Jordy Tutuarima

Kembali ke Maluku, ada lagi pemain keturunan Pulau Rempah tersebut yang kini berkarier di Belanda. Jordy Tutuarima, bek kiri utama De Graafschap berusia 24 tahun, sempat mengungkapkan keinginannya untuk membela timnas Garuda di ajang SEA Games 2017 lalu.

Keinginan kuat tersebut sempat ia perlihatkan dengan mengunggah foto perjuangan timnas Indonesia pada Piala AFF 2016 di akun Instagram-nya. Namun, sejauh ini belum ada upaya nyata dari PSSI untuk mengabulkan keinginan Jordy.

 

Darren Sidoel

Dia anak Betawi, tapi dia bukan anak sekolahan lagi dan bukan pula bintang film. Sidoel yang satu ini adalah pemain Ajax U-21, yang digaet dari akademi ADO Den Haag. Hingga tulisan ini dirilis, ia masih bermain untuk tim akademi Ajax di Eerstedivisie dan menjadi pemain inti.

Berposisi sebagai bek tengah, posturnya sebenarnya cukup pendek untuk ukuran Eropa, yakni hanya 180 sentimeter, tapi ia diberkahi teknik bertahan yang baik. Di usianya yang belum genap 20 tahun, ia bahkan sudah dua kali meraih gelar juara Liga U-19 bersama timnya.

 

Andri Syahputra Sudarmanto

Di usia yang masih belia, 18 tahun, ia sudah menjadi rebutan dua negara. Qatar yang menjadi tempatnya berkarier sejak kecil, dan Indonesia yang merupakan negara kelahiran putra daerah Lhokseumawe ini. Bakat Andri memang luar biasa. Di usianya saat ini, ia sudah bermain untuk klub papan atas Liga Qatar, Al-Gharafa. Ia juga tiga kali menyabet gelar pemain terbaik dan top skor, yakni pada 2013, 2014, dan 2015. Ia juga sudah melakukan debutnya di tim senior pada usia 17 tahun, dan pernah berhadapan dengan Xavi Hernandez kala Al-Gharafa berjumpa Al-Sadd.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.