Geliat positif yang terjadi di Cina pada bidang ekonomi membuat perkembangan negara yang satu ini begitu masif dalam beberapa tahun terakhir. Fakta-fakta itu sendiri membuat sejumlah pengusaha asal Cina berani menginvestasikan kekayaan melimpah mereka ke bidang sepak bola, khususnya di benua Eropa.
Mereka seolah ingin mengikuti jejak para taipan minyak dan Emir dari Timur Tengah yang sudah lebih dulu melakukan hal tersebut. Dari sekian nama investor Cina yang telah menancapkan kukunya di beberapa klub Eropa, Suning Group yang dikomandoi Zhang Jindong jelas sangat akrab di telinga.
Pada pertengahan 2016 yang lalu, Suning Group telah mengakuisisi saham mayoritas Internazionale Milano yang dimiliki oleh International Sports Capital milik pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir. Semenjak saat itu, Suning Group pun lumayan masif dalam menyuntikkan dananya buat klub yang bermarkas di Stadion Giuseppe Meazza tersebut.
Beberapa investasi yang sudah diperbuat Suning Group antara lain berupa pemugaran area latihan di Appiano Gentile, serta pembelian pemain-pemain baru yang dianggap bisa mengangkat prestasi I Nerazzurri. Kocek yang digelontorkan untuk beberapa hal itu pun tidak sedikit.
Namun baru-baru ini, dilansir oleh salah satu media ternama Italia, Corriere Della Sera, muncul sebuah kabar bila pemerintah Cina sedang menggodok aturan-aturan baru terkait investasi di luar negeri.
Inti dari aturan tersebut adalah menghentikan proses terjadinya perputaran uang fiktif baik dari Cina ke luar negeri ataupun sebaliknya dalam bentuk apapun, utamanya dari perusahaan-perusahaan swasta Negeri Tirai Bambu.
Deklarasi tentang aturan itu sendiri kabarnya telah disepakati oleh Komisi Reformasi Cina (EDC), Menteri Perdagangan, Bank Rakyat Cina, dan enam departemen lain yang ada di bawah naungan pemerintah.
Salah satu majalah di Cina, Titan, bahkan menggunakan headline Suning Group harus angkat kaki dari Inter jika seluruh perusahaan swasta yang menanamkan modalnya di luar negeri harus mengikuti aturan tersebut. Hal itu mesti dilakukan sebagai bentuk patriotisme kepada negara.
Meski konon, deklarasi tersebut tidak menyebutkan nama Suning Group ataupun beberapa pengusaha Cina lain yang berinvestasi di kancah sepak bola Eropa seperti Yonghong Li (AC Milan), Jiang Lizhang (Parma), dan Guochuan Lai (West Bromwich Albion) sebagai ‘incaran’ pemerintah supaya menghentikan aktivitas mereka di luar negeri.
Lagipula, headline majalah Titan bukanlah ultimatum dari pihak pemerintah Cina sehingga keharusan Suning Group melepas sahamnya di Inter tidak absolut. Malah dari sejumlah kabar yang juga beredar beberapa waktu terakhir, Suning Group justru siap mengambil alih saham kepunyaan Erick Thohir guna menjadi ‘penguasa tunggal’ di Inter.
Dalam beberapa waktu terakhir, aturan mengenai investasi perusahaan swasta Cina di luar negeri memang jadi bahan pertimbangan khusus oleh pemerintahan Presiden Xi Jinping.
Dibuatnya sejumlah aturan terkait investasi di luar negeri pun dianggap sebagai langkah strategis yang disiapkan agar perekonomian Cina tidak mudah limbung bila dihantam krisis.
Walau pemerintah Cina siap mengeluarkan sejumlah aturan baru yang dapat mengekang aktivitas perusahaan swasta mereka di luar negeri, Interisti tak sepatutnya panik dengan kondisi ini meski kemungkinan, pergerakan I Nerazzurri di bursa transfer musim dingin mendatang akan sedikit terbatas (lebih disebabkan oleh kondisi finansial Inter).
Kecuali, jika pemerintah Cina benar-benar menerbitkan aturan yang melarang para pengusaha Cina buat menginvestasikan duitnya di luar negeri. Suatu hal yang tampaknya juga mustahil dilakukan mengingat perekonomian global justru memaksa para pengusaha untuk membuka diri seluas-luasnya dengan pihak lain, baik dari negara yang sama ataupun dari negara lain.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional