Eropa

Madu dan Racun di Tangan Yonghong Li

Harta bukan segalanya, dan kaya bukan berarti akan berjaya. Yonghong Li dan AC Milan membuktikannya.

Ketika pria asal Cina ini mengakuisisi Milan pada April lalu, harapan sempat membubung tinggi di kalangan pendukung I Rossoneri. Dengan dana 740 juta euro dikucurkan untuk mengambil alih kepemilikan klub dari tangan Silvio Berlusconi. Ini merupakan rekor akuisisi terbesar di sepak bola.

Kejutan berikutnya, pengusaha yang akrab disapa Mr. Li ini melakukan perombakan besar-besaran. Milan yang selama tiga musim terakhir hanya mampu mendatangkan pemain pinjaman dan gretongan, musim ini disulap menjadi klub kaya raya dan langsung mendatangkan 11 pemain baru sekaligus!

Tagar #WeAreSoRich kemudian berkumandang, menemani tagar #WeAreACMilan yang sudah lebih dulu identik dengan klub asal kota mode ini.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Bermula dari laporan The New York Times yang mengatakan bahwa nama Mr. Li di Cina sama sekali tidak populer dan tidak termasuk salah satu orang terkaya di sana, perombakan besar yang dilakukannya di Milan pun mengundang pertanyaan besar. Dari mana uang itu berasal?

Jawabannya (yang beberapa dari kalian mungkin juga sudah mengetahuinya) cukup mengejutkan. Dari total 740 juta euro yang dikeluarkan Mr. Li dari dompetnya, 303 juta euro adalah dana pinjaman, dan 200 juta euro lainnya adalah utang yang belum terbayar. Jadi, lebih dari separuh duit yang dipakainya untuk membeli Milan adalah uang pinjaman.

Fenomena itu bukan yang pertama terjadi di sepak bola. Beberapa tahun silam, keluarga Glazer juga melakukan langkah serupa saat membeli Manchester United (MU). Bedanya, MU sudah menjadi brand dunia yang tidak sulit mendapat pemasukan dari sektor lain untuk menambal pengeluaran Glazer, sedangkan Milan saat ini bagaikan warung makan legendaris yang hanya dikenang namanya karena tak lagi bisa menyajikan mutu hidangan yang sama.

 

Tenggat waktu

Inilah permasalahan lain yang dibawa Mr. Li ketika ia mengakuisisi Milan. Dana pinjaman tersebut bukan ia dapatkan dari bank, tapi dari perusahaan rentenir bernama Elliott Management yang dipimpin oleh Paul Elliott Singer.

Berdasarkan temuan Gabriel Marcotti, jurnalis senior ESPN, Paul Singer adalah tipikal orang yang tanpa kompromi dan tidak ragu untuk melucuti harta kliennya jika ia tidak sanggup mengembalikan utang beserta bunganya.

Argentina pernah mengalami nasib nahas ini. Akibat tidak mampu mengembalikan dana pinjamannya, Singer menghasut pemerintah Ghana untuk merampas kapal angkatan laut Argentina sementara, hingga negara tersebut dapat melunasinya.

Masih menurut Marcotti, hanya ada dua tipe orang di dunia ini yang berani meminjam uang ke Singer. Pertama, jika orang tersebut yakin dapat melunasinya tepat waktu, Kedua, jika orang itu sudah putus asa dan tak ada lagi sumber dana yang bisa menyediakan uang pinjaman yang dibutuhkannya.

Kembali ke Mr. Li, ia memiliki deadline hingga Oktober 2018 untuk mengembalikan semua uang Singer. Tak heran jika musim ini Milan diwajibkan lolos ke Liga Champions, karena bonus saat menginjak fase grup saja bisa mencapai 60-120 juta euro. Uang sejumlah itu akan sangat banyak membantu Mr. Li untuk melunasi utangnya ke Singer.

Permasalahannya adalah, Milan saat ini masih terpaut 14 poin dari batas akhir zona Liga Champions, bahkan untuk sekadar lolos lagi ke Liga Europa saja Milan berjarak enam angka dengan Sampdoria.

Lalu bagaimana jika Mr. Li gagal melunasi utangnya? Ada dua kabar buruk.

Pertama, Milan dapat terkena sanksi UEFA. Mulai dari larangan tampil di kompetisi Eropa, hingga embargo transfer. Bahkan, uang hadiah Milan di Liga Europa saat ini bisa ditahan untuk sementara waktu.

Kedua, ini yang terburuk. Elliott Management akan mengambil alih kepemilikan Milan. Dengan karakter Singer yang tak ragu melucuti aset kliennya, ada kemungkinan ia sesegera mungkin menutup pengeluarannya pada Mr. Li dengan menjual para pemain bintang Il Diavolo Rosso.

Gianluigi Donnarumma yang memiliki klausul penebusan 70 juta euro tentu menjadi yang terdepan dalam situasi ini, disusul pemain berbanderol tinggi lainnya seperti Alessio Romagnoli, Leonardo Bonucci, hingga André Silva.

Akan tetapi, dengan segala potensi yang dimiliki Milan, jika nantinya Elliott Management benar-benar menjadi pemilik baru, mereka mungkin akan mencoba menjalankan klub, atau melimpahkan tanggung jawab itu pada tangan kanan mereka.

 

Tak perlu khawatir berlebihan

Sungguh pelik, dan tak heran jika Milanisti mengkhawatirkan masa depan klub kesayangannya ini. Namun, tidak perlu sampai berpikiran kalau Milan akan bangkrut seperti Parma atau Fiorentina.

Dengan nama besar dan sejarah yang dimilikinya, pasti masih ada miliarder lainnya yang tertarik membeli Milan, yang semoga saja memiliki sokongan dana lebih kuat dan tidak membawa Milan ke jurang yang sama.

Musim ini rataan penonton Milan di San Siro naik hingga 40 persen, dan Milan juga memiliki barisan orang-orang ternama di manajemen mereka, juga pemain muda potensial. Artinya, Milan masih memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran.

Jika situasi musim ini tidak berubah, eksodus besar-besaran mungkin akan terjadi di akhir musim. Beberapa pemain pilar mungkin akan hengkang, tapi yakinlah pasti ada pemain lain yang bersinar setelahnya. Akan selalu ada berkah di balik musibah.

Percayalah, para petinggi Milan pasti akan mengupayakan yang terbaik, karena tidak ada yang mau rugi di dunia ini.

Disclaimer: Artikel ini disarikan dari kolom Gabriel Marcotti di ESPN berjudul Milan’s Uncertain Future: Q&A on Ownership, possible FFP Sanctions, dan ditambah opini dari penulis.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.