Eropa Italia

Polemik Kepantasan Leonardo Bonucci sebagai Kapten AC Milan

Datang dengan harga tebus senilai 42 juta euro, membuat nama Leonardo Bonucci berada di bawah sorotan. Terlebih, dirinya pindah dari Juventus ke AC Milan, dua klub yang sama-sama punya sejarah rivalitas panas dan tradisi kuat di kancah sepak bola Italia.

Konon, dua hal yang membuat Bonucci bersedia menanggalkan seragam Juventus usai membela klub tersebut selama tujuh musim adalah nominal gaji yang lebih tinggi dan jaminan ban kapten dari kubu Milan.

Sejak melakoni debut dengan kostum I Rossoneri, ban kapten yang selama ini dipegang oleh Riccardo Montolivo, memang berpindah ke lengan Bonucci. Sialnya, performa sang kapten baru malah tidak menunjukkan grafik yang positif.

Kekokohan dalam menggalang lini belakang, kemampuan dalam menginisiasi serangan dari bawah, maupun melepas umpan terukur yang mengarah tepat kepada para pemain di baris depan dari Bonucci, seolah lenyap ditelan performa jebloknya. Kondisi pelik ini akhirnya memunculkan berbagai kritik dari pendukung fanatik Milan.

Bonucci dituding sebagai penyebab mengapa lini belakang I Rossoneri yang digalangnya bersama Matteo Musacchio dan Alessio Romagnoli terlihat ringkih dan mudah diobrak-abrik para pemain lawan. Tak lagi bermain dengan Andrea Barzagli dan Giorgio Chiellini seolah menghilangkan daya magis dari alumnus akademi Internazionale Milano itu.

Buruknya performa Bonucci dan polemik yang ditinggalkannya terkait jabatan kapten ini, sampai membuat salah seorang legenda Milan, Demetrio Albertini, ikut mengutarakan pendapatnya.

“Klub telah membuat keputusan kontroversial dengan memberinya jabatan kapten. Padahal, Montolivo masih berada di skuat ini. Saya rasa, satu-satunya hal yang jadi pertimbangan klub sehingga menunjuk Bonucci sebagai kapten adalah probabilitasnya yang tinggi untuk menjadi starter pada setiap laga yang dijalani Milan”, ujar Albertini seperti dirilis oleh footballitalia.

Padahal, menurut Albertini lagi, orang yang pantas dan layak untuk mengemban tanggung jawab sebagai kapten setidaknya mengerti bagaimana atmosfer klub tersebut, khususnya di ruang ganti. Suatu hal yang pastinya tak akan mudah dipahami begitu saja oleh Bonucci yang ‘cuma’ anak baru.

“Saya percaya jika pemimpin di sebuah kesebelasan bukanlah mereka yang selalu mengemban jabatan kapten. Tapi dia yang punya karisma, memahami bagaimana tim ini bekerja sebagai sebuah unit dan berpegang teguh pada filosofi yang hidup di dalam klub sehingga bisa diimplementasikan pada setiap momen dirinya mengenakan seragam merah-hitam”, lanjutnya.

Ketika Bonucci absen pada laga lanjutan Serie A melawan Chievo Verona tengah kemarin (26/10), jabatan kapten dipegang oleh penggawa baru lainnya, Lucas Biglia. Ajaibnya, tanpa kehadiran Bonucci di atas lapangan, I Rossoneri justru sanggup memenangi laga dengan skor mencolok 4-1.

Namun jelang pertandingan big match melawan Juventus akhir pekan ini (29/10), di mana Bonucci juga masih absen akibat hukuman kartu, kabarnya ban kapten takkan lagi dikenakan oleh Biglia. Gelandang energik asal Spanyol yang dalam dua musim terakhir menjadi andalan, Suso, disebut-sebut bakal mengemban jabatan tersebut.

Jika benar, maka Vincenzo Montella selaku allenatore sudah pasti memiliki perhitungan sendiri mengenai hal tersebut sehingga keputusannya tidak memunculkan polemik berkepanjangan, sekarang maupun di masa yang akan datang, pada skuat yang sedang berusaha bangkit ini.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional